Senin, 01 April 2013

Filled Under:

Siksa Kubur & Penderitaannya

Dari Barrak ‘Azib: Kami bersama Rasulullah saw mengiringi jenazah sahabat Anshar. Setelah sampai di pemakaman beliau duduk dan kami pun duduk di sekitarnya seperti ada burung di kepala kami. Kemudian beliau mengangkat kepala seraya bersabda, “Berlindunglah kalian kepada Allah dari siksa kubur!” Beliaupun mengulanginya hingga tiga kali. Kemudian beliau meneruskan perkataannya bahwa orang mukmin ketika akan mati didatangi malaikat yang wajahnya putih seperti matahari. mereka duduk di depannya sambil memegang kafan surga. Tidak lama kemudian datang pula malaikat maut duduk di sebelahnya dan menyeru padanya, “Hai jiwa yang tenang, keluarlah menuju ampunan dan keridlaan Allah swt”. Lalu ruhnya mengalir keluar seperti tetesan air, ia diterima dan dimasukkan kafan, kemudian dibawa keluar. Baunya harum seperti minyak kasturi untuk selanjutnya dibawa naik. Setiap melewati kumpulan para malaikat mereka bertanya, “Ruh siapakah yang harum ini?” Pertanyaan itu dijawab dengan ruhnya fulan bin fulan. Hal demikian terus berlangsung hingga ke langit. Para penghuninya menyambut baik kedatangan ruh terebut. Setiap menaiki jenjangnya, malaikat Muqarrabun mengantarkan hingga langit ke tujuh. Allah berfirman, “Tulislah ketentuannya di surga ‘Illiyyin!”. Lalu dikembalikan ke bumi karena dari sanalah Kami ciptakan dan ke dalamnya Kami pulangkan. Pada saatnya akan Kami bangkitkan. Maka bergabunglah kembali ruh tersebut dengan jasadnya di dalam kubur. Tidak lama kemudian datanglah malaikat Munkar-Nakir seraya bertanya, “Siapakah Tuhanmu?” Dijawab: Allah Tuhanku. “Apa agamamu?” Dijawab: Islam agamaku. “Bagaimana tanggapanmu terhadap orang yang diutus di tengah-tengah kamu?” Dijawab: Beliau utusan Allah. “Dari mana pengetahuan itu?” Dijawab: Aku belajar dari kitab Allah, iman kepadanya dan membenarkannya. Maka datanglah panggilan, “Betul hambaku, berikan kepadanya hamparan dan pakaian surga. Bukakan pintu yang menuju surga agar harum dan hawanya ia nikmati. Lapangkan kuburnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah sesosok yang tampan lagi harum baunya dan berkata: “Terimalah kabar gembira yang dulu dijanjikan Tuhan.” Dijawab: Siapa sebenarnya dirimu itu? “Aku adalah jelmaan amal baikmu dulu.” Dijawab: Ya Allah, segerakan hari Kiamat agar aku dapat cepat-cepat berkumpul bersama keluarga dan sahabat-sahabatku. Kemudian Nabi saw melanjutkan ceritanya. Sedangkan bagi orang kafir, ketika akan mati. Mereka didatangi oleh malaikat yang hitam mukanya lagi hitam pakaiannya dan mereka duduk di depannya. Tidak lama kemudian datang pula malaikat maut duduk di sebelahnya dan berkata, “Hai ruh jahat. Keluarlah menuju kemarahan Allah. Tersebarlah ke semua anggota tubuhnya.” Lalu ruh dicabut, seperti mencabut besi dari bulu basah. Urat dan ototnya putus-putus. Ruh itu diterima dan dimasukkan ke dalam kain hitam untuk dibawa keluar. Baunya busuk seperti bangkai. Lalu ruh itu dibawa naik. Setiap melewati kumpulan malaikat, mereka bertanya, “Ruh jahat siapakah yang busuk itu?” Pertanyaan itu dijawab dengan, “Ruh fulan bin fulan”. Jawaban itu terdengar sampai ke langit. Ketika akan masuk, pintu tidak dibukakan. Nabi saw pun membaca ayat “…sekali-kali tidak akan dibukakan pintu-pintu langit buat mereka. Dan tidak dapat masuk surga kecuali jika ada unta yang masuk ke dalam lubang jarum ini (sesuatu hal yang mustahil). Demikianlah balasan bagi orang-orang yang dhalim.” (QS al-A’raf: 40) Lalu perintah Allah, “Tulislah ketentuannya di neraka Sijjin, dan lemparkanlah ruh itu.” Allah berfirman “Barangsiapa menyekutukan Allah. Tidak ada bedanya seperti terjun dari langit lalu disambar burung besar atau dibanting angin ke jurang curam sejauhnya.” (QS al-Hajj: 31) Kemudian ruh tersebut melekat lagi ke tubuhnya di dalam kubur. Tidak lama kemudian datang malaikat Munkar-Nakir dan memeganginya lagi menggertak: “Siapa Tuhanmu?” Dijawab: Aku tidak kenal. “Apa agamamu?” Dijawab: Aku belum mengenalnya. “Bagaimana tanggapanmu tentang orang yang diutus di tengah-tengah hidupmu?” Dijawab: Itupun aku tidak kenal. Maka datanglah seruan keras, “Dusta dia, hamparkan dan bukakan pintu neraka baginya.” Lalu terasalah hawa panasnya, kuburnya menghimpit dan hancurlah tulang rusuknya. Tidak lama kemudian datang seorang yang buruk rupa, berbau busuk dan menggertak, “Sambutlah hari buruk bagimu. Saat yang dulu kamu membantahnya ketika diperingatkan.” Ditanyalah kepadanya, “Siapakah kamu ini?” Dijawab bahwa ia adalah perilaku jahatnya. Lalu jenazah itu pun berkata, “Ya Tuhan, tundalah dulu hari Kiamat. Jangan terburu-buru hari Kiamat.” Dari Abu Hurairah ra., Nabi saw bersabda, Bahwasanya orang mukmin dikunjungi malaikat yang memegang kain sutra berisi minyak kasturi di saat sakratul maut. Ia mencabut ruhnya dengan pelan seperti mengambil rambut dari dalam adonan seraya menyeru “Hai jiwa yang tenang. Pulanglah ke hadirat Tuhanmu dengan hati puas dan diridlai Tuhan”. (QS al-Fajr: 27-28) Pulanglah dengan rahmat dan ridla Allah. Ketika ruh keluar, lalu diletakkan pada minyak kasturi dan bunga-bunga dalam bungkusan sutra dan ditunjukkan ke surga ‘Illiyyin. Bagi orang kafir ketika sakratul maut, malaikat membawa kain bulu berisi api. Lalu ruh dicabut dengan sekerasnya dari tubuhnya dan dikatakan kepadanya, “Hai jiwa yang jahat. Keluarlah menuju kemarahan Tuhan. Menuju tempat terhina dan siksaNya.” Sesudah ruh keluar, lalu diletakkan di atas bara api mendidih, dilipat dan dibawa ke neraka Sijjin. Dari Abdullah bin Umar ra. katanya, Seorang mukmin ketika masuk kubur menjadi luaslah kuburnya hingga 70 hasta. Bunga-bunga harum bertaburan. Sutra dihamparkan baginya. Sedikit hafalan dari al-Qur’an menjadi penerang baginya seperti cahaya matahari, layaknya seperti pengantin baru. Tiada seorangpun yang berani membangunkannya dari tidurnya kecuali sang kekasih (demikianlah nikmatnya)…. Bagi orang kafir, kuburan menjadi sempit hingga tulang rusuknya hancur ditelah. Ular sebesar leher unta menghampirinya dan menyabit-nyabit dagingnya sampai hanya tinggal tulang belulang. Malaikat yang buta tuli lagi bisu memukulnya dengan gada besi. Jeritannya tidak didengar dan keadaannya tidak dilihat. Ditambah lagi hidangan siksa api neraka pada setiap pagi dan sore. Sehubungan dengan itu al-Faqih Abu Laits as-Samarqandiy menegaskan bahwa barangsiapa yang menghendaki selamat dari siksa kubur, maka lakukanlah hal di bawah ini secara berkesinambungan: Shalat lima waktu Banyak bersedekah Selalu membaca al-Qur’an Banyak bertasbih (minimal lafal Subhanallah). Dan tinggalkanlah perkara di bawah ini: Dusta Khianat Adu domba Menyisakan air kencing, seperti disabdakan oleh Nabi saw, “Bersihkanlah air kencing dengan sebersihnya. Karena kebanyakan siksa kubur akibat air kencing (yang tersisa, sekalipun sudah dibersihkan)”. Rasul saw bersabda “Empat perkara dibenci Allah, yaitu: Main-main ketika shalat Bergurau di tengah-tengah baca al-Qur’an Berkata keji ketika puasa Tertawa-tawa di kuburan” Muhammad bin as-Samak berpesan bahwa ketika melihat kuburan, “Janganlah tenang dan diamnya kubur membujuk Anda karena tidak sedikit orang bingung di dalamnya. Janganlah ratanya kubur menipu Anda karena di dalamnya terdapat perbedaan yang mencolok antara penghuni yang satu dengan yang lain. Maka bagi akal sehat, sebaiknya sering memikirkan kuburan sebelum masuk ke dalamnya.” Sufyan ats-Tsauri berpesan, “Barangsiapa sering memikirkan tentang kubur, pastilah ia memperoleh kebun surga. Tetapi bagi yang melupakannya, pasti terjerumus ke jurang neraka.” Sayyidina Ali ra. berpesan dalam khutbahnya, “Hai sekalian manusia. Pikirkanlah maut yang tidak mungkin kamu hindari. Di mana saja engkau berada ia pasti menghampirimu. Engkau lari maka diapun mengejarnya. Ia selalu terikat pada ubun-ubunmu. Lalu sebaiknya carilah jalan selamat. Carilah jalan selamat. Dan cepatlah karena kubur di belakangmu selalu mengejar. Ingatlah bahwa kubur merupakan kebun surga atau jurang neraka. Setiap hari ia memperingatkan kita bahwa dia adalah rumah gelap, tempat sunyi dan rumah ulat-ulat. Pikirkanlah bahwa sesudah itu kamu masuk hari yang lebih mengerikan. Anak kecil menjadi beruban. Orangtua menjadi bingung seperti mabuk. Para ibu lupa dengan bayi yang disusuinya. Wanita yang hamil tapi kandungannya gugur. Suatu kenyataan yang sulit diingkari bahwa mereka bukan mabuk akibat minuman keras. Tetapi siksa Allah yang dahsyat lagi mengerikan. Pikirkanlah sekali lagi bahwa setelah itu akan terjadi kobaran api neraka yang sangat panas lagi curam. Dengan besi sebagai perhiasan, darah bercampur nanah yang mengalir darinya. Jauh dari rahmat Allah. Menangislah orang Islam dan berkata bahwa di samping itu terdapat surga seluas langit dan bumi bagi orang yang bertakwa. Mudah-mudahan Allah menyelamatkan kami dari azab yang pedih dan memasukkan kami ke dalam surga kenikmatan. Amin.” Pesan Usayid bin Abdurrahman: Aku memperoleh kabar bahwa seorang mukmin yang meninggal ketika dibawa dalam keranda berkata, “Cepatlah membawaku dalam keranda ini.” Dan setelah masuk kubur tanahnya berbicara, “Aku senang ketika kamu hidup di atasku.” Tetapi saat seorang yang kafir meninggal, dirinya berkata, “Pulangkan aku ini”, katanya di dalam keranda. Setelah masuk kubur, tanah pun mengomel, “Sejak dulu aku benci padamu ketika kau hidup di atasku. Lebih-lebih sekarang setelah kau mati, aku tidak habis-habisnya membencimu.” Bahwasanya Utsman bin Affan ra. menangis ketika berdiri di atas kubur. Seseorang bertanya padanya, “Mengapa Anda menangis karena kubur? Ketika menerangkan mengenai surga dan neraka Anda tidak menangis.” Jawabnya, “Rasulullah saw bersabda: Kubur adalah tempat awal bagi akhirat. Jika seseorang selamat dalam kubur maka harapan baik baginya. Karena sesudah itu ringan baginya. Tetapi jika seseorang celaka dalam kubur maka pertanda buruk. Karena sesudah itu sangat berat baginya.” Abdul Hamid bin Mahmud al-Maghuli berpesan: Aku sedang duduk bersama Ibnu Abbas. Lalu datanglah serombongan orang yang bertanya kepadanya, “Kami jamaah haji. Salah seorang dari kami ada yang meninggal di daerah Dzatish-shifah. Lalu kami mengurusnya dan sewaktu menggali kubur ternyata ada ular melingkarinya. Kemudian kami pindah ke kubur lain, ternyata ada ularnya pula. Hal ini kami lakukan hingga tiga kali dan ternyata setiap kubur terdapat ularnya. Lalu apa yang kami lakukan terhadap jenazah itu?” Ibnu Abbas menjawab, “Itulah amal perbuatan sang almarhum ketika di dunia. Sebaiknya kuburlah ular itu. Demi Allah jika bumi ini kau gali semua, pasti kau akan menemukan ular di dalamnya.” Lalu pulanglah mereka selesai menguburkan jenazah tersebut dan mengembalikan barang bawaan (bekal) perjalanan hajinya pada keluarganya. Rombongan itu pun bertanya pada sang keluarga mengenai perbuatan selama hidupnya. Sang istri almarhum menjawab, “Dia penjual gandum dalam karung. Untuk makan sehari-harinya dia ambilkan dari karung tersebut dan menggantinya dengan tangkai-tangkai gandum seberat gandum yang dimakannya sehari.” Abu Laits as-Samarqandiy menjelaskan perihal kisah tersebut dan berpesan bahwa khianat adalah penyebab siksa kubur. Kisah nyata di atas merupakan peringatan bagi kita agar tidak mudah berkhianat. Dikatakan bahwa setiap hari bumi menyeru manusia sebanyak lima kali, yakni: Hai umat manusia! Kalian hidup dan berjalan di atas punggungku. Ke dalam perutkulah kalian mati dan dikembalikan. Hai umat manusia! Kalian makan di atasku. Di dalam perutku kalian dimakan ulat. Hai umat manusia! Kalian bersenang-senang di atasku. Di dalam perutku kalian akan menangis. Hai umat manusia! Di atas punggungku kalian bersorak sorai dan bersedih di dalam perutku. Hai umat manusia! Di atas punggungku kalian berbuat maksiat dan di dalam perutku kalian disiksa. Amr bin Dinar bercerita bahwa ada seorang penduduk Madinah yang memiliki saudara perempuan di sebelah kota yang sedang sakit. Tidak lama kemudian ia meninggal. Setelah sang jenazah dikubur, sang penduduk Madinah teringat bahwa ada sesuatu yang ikut terkubur saat pemakaman. Kemudian dengan bantuan beberapa orang penduduk setempat, ia menggali lagi kuburan saudaranya. Benda miliknya yang terkubur pun diketemukannya kembali. Namun ketika ia membuka sedikit liang lahatnya, ia melihat api yang menyala. Kemudian kuburan itu diratakan lagi dan ia pulang dan menanyakan pada ibunya, “Apakah yang dilakukan saudaraku semasa hidupnya?” Sang ibu menjawab, “Mengapa engkau bertanya tentang itu padahal ia telah meninggal dunia?” Ia pun terus mendesak ibunya agar menjawab pertanyaannya. Hingga sang ibu menjawab, “Ia selalu mengakhirkan waktu shalatnya. Melengahkan kesucian dan mengadu domba sesama tetangga.” Itulah sebabnya mengapa ia disiksa dalam kuburnya. Oleh karenanya barangsiapa menghendaki selamat dari siksa kubur, maka hindarilah perilaku adu domba baik antar tetangga maupun dengan orang lain. Dari Barrak bin ‘Azib, Nabi saw bersabda, Ketika orang Islam ditanya dalam kubur maka mengakui tiada Tuhan yang lain kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Firman Allah: “Allah mengokohkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh dalam hidupnya di dunia dan akhirat.” (QS Ibrahim:27) Keteguhan orang mukmin akan dialami dalam menghadapi tiga fase. Rincian dari fase-fase tersebut adalah sebagai berikut: 1. Melihat malaikat maut Terpelihara dari kekafiran dan istiqamah dalam tauhid sehingga saat nyawanya keluar dia tetap dalam keadaan Islam. Malaikat menyenangkan dirinya dengan rahmat. Ditujukkan tempat kediaman surganya. 2. Menjawab pertanyaan Munkar-Nakir Jawaban dengan ilham yang diridlai Allah. Tiada rasa gentar ataupun takut. Tidak berada dalam kubur tetapi dalam kebun surga. 3. Perhitungan amal (yaumul hisab) Semua pertanyaan dijawab benar dengan ilham Allah Perhitungannya ringan dan mudah. Semua dosa dan kesalahannya diampuni. Namun beberapa ulama menyatakan bahwa fase-fase tersebut terdiri dari empat, yaitu maut, kubur, perhitungan, dan fase shirat (meniti jembatan dengan secepat kilat). Pertanyaan dalam kubur. Seandainya orang bertanya mengenai pertanyaan-pertanyaan dalam kubur seperti apakah bentuknya. Maka berikut adalah beberapa pendapat ulama: Setengahnya menyatakan bahwa pertanyaan ditujukan pada ruh (jiwanya). Ketika itu jiwa masuk raga namun hanya sampai di dada. Setengah lainnya mengatakan bahwa ruh berada di antara raga dan kafan pembungkus. Pertanyaan-pertanyaan dalam kubur hendaknya diterima dengan penuh iman tanpa banyak perdebatan tentang tata caranya. Umumnya ada dua faktor penyebab mengapa orang dapat membantah mengenai pertanyaan dalam kubur tersebut, yakni: Pernyataan kubur tidak masuk akal karena bertentangan dengan sunnatullah (hukum alam). Tidak adanya bukti atau dalil bahwa pertanyaan kubur diterima akal sehat dan sejalan dengan hukum alam. Kemudian jika kedua faktor tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk membantah ataupun menolak mengenai adanya pernyataan dalam kubur. Hal ini berarti dia bukanlah orang yang beragama. Karena orang yang beragama Islam yang beriman, dituntut oleh imannya untuk mengakui adanya kenabian dan mukjizat. Para Nabi mulai dari Adam as. hingga Muhammad saw. adalah manusia biasa dan berperilaku serupa. Tetapi mereka memiliki berbagai keistimewaan yang bertentangan dengan sunnatullah. Bukan hanya mukjizat seperti tongkat yang berubah menjadi ular, tongkat yang membelah lautan, tongkat yang menyemburkan mata air dari batu oleh Nabi Musa as, api yang mendingin bagi Nabi Ibrahim as.,maupun kemampuan menghidupkan orang mati bagi Nabi Isa. Kesemua mukjizat tersebut tidak ada yang mampu dinalar oleh akal manusia. Bahkan kenabian pun bertentangan dengan hukum alam karena wahyu yang mereka terima terkadang langsung dari Allah swt lewat mimpi ataupun lewat perjumpaan dengan malaikat. Tidak semua manusia mampu menerima wahyu, bahkan harusnya binasa jika mengikuti hukum alam. Tetapi para Nabi adalah manusia terpilih, kuat dan tangguh. Mengenai bukti atau dalil tentang adanya pertanyaan kubur sudah cukup memadai dari hadits-hadits Nabi yang termuat dalam kitab ini. Hal tersebut merupakan landasan kuat untuk berpijak bagi orang yang mau beriman. Firman Allah: “Barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka penghidupan yang sempit akan menimpanya (termasuk siksa–atau berupa pertanyaan dalam kubur menurut penafsiran para ahli tafsir) dan kelak di hari Kiamat Kami akan kelompokkan mereka dalam keadaan buta.” (QS Thaahaa: 124) Adapun bukti ataupun dalil mengenai hal itu bisa kita dapatkan dari firman Allah dalam al-Qur’an surat Ibrahim ayat 27 yang telah tertera di atas. Penjelasan dalam hadits antara lain sebagai berikut. Abu Laits as-Samarqandiy meriwayatkan dari Said ibn Musayyah, dari Umar ra., Nabi saw bersabda, “Ketika mukmin masuk kubur, datanglah dua malaikat untuk mengujinya, mendudukkan dan mengajukan pertanyaan kepadanya. Padahal ia masih mendengar suara sandal pengantarnya yang pulang dari melawat jenazah tersebut. Lalu kedua malaikat bertanya, “Siapa Tuhanmu? Apa agamamu? dan siapa nabimu?” Jawabnya, “Allah Tuhanku, Islam agamaku dan Nabi Muhammad saw nabiku.” Kata kedua malaikat, “Yang mengokohkanmu pada ucapan itu adalah Allah dan kamu boleh tidur nyenyak.” Demikian arti firman Allah (QS Ibrahim: 27). Bagi mereka yang aniaya, Allah tidak memberi petunjuk dengan taufikNya dan disesatkan. Sehingga ketika mereka menerima pertanyaan dari malaikat tentang ketiga hal di atas, mereka menjawab dengan, “Tidak tahu.” Menerima jawaban tersebut, kedua malaikat berkata, “Tidak tahu? Terimalah pukulan gada ini!” Maka dengan pukulan tersebut sang jenazah menjerit hingga semua makhluk mendengarnya kecuali manusia dan jin. Dari Abu Hazim, dari Ibnu Umar ra., Rasul saw bersabda, “Wahai Umar, apa yang kau lakukan ketika malaikat berdua (Munkar-Nakir) datang mengujimu di kubur. Rupa kedua malaikat adalah hitam semu biru, siungnya mengguris bumi, rambutnya panjang dan suaranya sekeras petir. Matanya pun seperti kilat menyambar.” Umar balik bertanya, “Ya Rasul, sadarkan pikiranku saat itu seperti sekarang?” Rasul menjawab, “Ya, kau sadar seperti saat ini.” Umar pun menyahut, “Kalau begitu saya akan atasi keduanya dengan izin Allah swt.” Rasul saw pun bersabda, “Umar adalah orang yang diberi taufik (oleh Allah).” Dari Abu Hurairah, Rasul saw bersabda, Setiap jenazah akan mendengkur yang akan terdengar oleh semua hewan kecuali manusia. Jika manusia mendengarnya, maka mereka pasti akan pingsan. Lalu ketika sang jenazah diantar ke pemakaman, ia mengatakan, “Percepat langkahmu, jika kalian tahu balasan amal baik di depanku, pasti kalian akan mempercepatnya.” Hal itu berlaku bagi orang yang baik. Sedangkan bagi orang yang jahat ketika jenazahnya diantar ke pemakaman maka ia berkata, “Tidak perlu terburu-buru. Jika kalian tahu bahaya mencekam di depanku, pastilah kalian akan memperlambat.” Sesudah masuk kubur datanglah dua malaikat yang hitam semu biru dari arah kepalanya. Lalu ibadah (shalatnya) menolak kedatangan mereka, “Jangan datang dari arahku. Terkadang ia terjaga semalaman mengkhawatirkan hal seperti ini.” Ketika mereka datang dari arah kaki ditolak oleh ketaatan pada kedua orangtuanya, “Jangan lewat arahku. Karena ia berjalan tegak mengkhawatirkan hal seperti ini.” Kedatangan malaikat dari arah kanan juga ditolak, “Jangan lewat arahku, ia bersedekah, mengkhawatirkan hal seperti ini.” Sedangkan kedatangan dari arah kiri ditolak puasanya, “Jangan melewati aku. Karena ia lapar dan dahaga mengkhawatirkan hal seperti ini.” Kemudian sang jenazah dibangunkan dan ditanya, “Tahukah orang yang menyampaikan ajaran kepadamu?” Sahutnya, “Siapa dia?” “Yaitu Nabi Muhammad saw.” Jawabnya,”Aku bersaksi bahwa ia Rasul Allah swt.” Malaikat berdua berkata, “Kamu hidup menjadi orang mukmin, dan mati sebagai mukmin. Lapanglah kuburnya dan terbukalah karomah Allah baginya. Marilah kita mohon taufik dan benteng dari Allah. Mohon perlindungan dari nafsu sesat lagi menyesatkan serta terlena. Mohon perlindungan dari siksa kubur sebagaimana Nabi saw berlindung darinya.” Dari ‘Aisyah ra.: Semula aku tidak mengerti tentang adanya siksa kubur sampai seorang wanita Yahudi datang minta sesuatu kepadaku. Setelah kuberi sesuatu ia mendoakanku, “Mudah-mudahan Allah menyelamatkan aku dari siksa kubur.” Aku menyangka ucapan tersebut hanyalah tipuan Yahudi hingga akhirnya aku sampaikan hal tersebut pada Nabi saw. Beliau bersabda, “Bahwasanya siksa kubur adalah benar. Setiap muslim harus berlindung darinya, menyiapkan bekal amal baik secukupnya. Karena Allah masih memudahkan amal baik selama ia hidup di dunia. Nanti kalau sudah masuk ke dalam kubur, amal baik sedikitpun tidak akan diperkenankan Allah. Sekalipun ia ingin melakukannya, hingga tinggal penyesalan yang tersisa. Maka bagi akal sehat, hendaknya berpikir tentang hal itu (kematian). Mereka yang sudah mati sangat menginginkan (jika dapat) untuk melakukan shalat 2 rakaat, menyebut kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ sekali, bertasbih sekali. Tetapi semuanya itu tidak diperkenankan.” Hal ini mengherankan manusia yang masih hidup mengapa hari-hari kehidupan mereka disia-siakan untuk bermain tak berarti dan terlena. Hai saudaraku, jangan sia-siakan hidupmu karena kehidupanmu adalah pokok kejayaanmu. Kamu dapat dengan mudah mengumpulkan keuntungan sebesar-besarnya jika menghargai pokoknya. Nanti akan tiba saatnya kamu tidak dapat melakukan hal itu karena sudah mati. Sekalipun kamu menginginkan untuk beriman, beramal dan beribadah kepada Allah swt. Akhirnya marilah kita berdoa memohon taufik kepada Allah, mempersiapkan bekal yang mencukupi di waktu sangat hajat agar tidak menyesal di kemudian hari. Memohon agar dimudahkan ketika sakratul maut dan di kubur. Amin. Bahwasanya Dia Yang Maha Pengasih, Maha Mencukupi dan sebaik-baik Wakil. Tidak ada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Tinggi lagi Agung *** Dari: Tanbihul Ghafilin (Pengingat manusia yang lengah) Karya Abu Laits as-Samarqandiy

0 comments:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 Muslim Journey.