Jumat, 15 Agustus 2014

PPSMB (Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru) di UGM

Bismillah, Udah lama bgt gak nyentuh blog lg semenjak udah lulus SMA. Kali ini Saya mau nulis mengenai PPSMB atau Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru yang ada di UGM. Alhamdulillah, saya diterima di UGM Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi Prodi Teknologi Informasi. Saya diterima lewat jalur SNMPTN, sungguh beruntungnya aku :’( Alhamdulillah PPSMB atau Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru adalah sebuah Pelatihan untuk Maba (Mahasiswa Baru) agar Maba terbiasa dengan suasana perkuliahan mulai dari sarana & prasarana, dosen, dan Mahasiswa lainnya. *sotoy PPSMB ini terdiri dari 7 hari yaitu 2 hari PPSMB Universitas, 2 hari PPSMB Fakultas, 2 hari softskill/hardskil dan 1 hari penutupan (Inagurasi). Di PPSMB Universitas kita bakal dikumpulin se-Mahasiswa UGM, bayangin aja lebih dari 1000 Mahasiswa akan berkumpul di Lapangan GSP (Graha Sabha Permana) dan diatur oleh panitia yang terdiri dari kakak tingkat 2013 dan 2012. Kebayang dong bakal keren rame banget PPSMB Universitas, dan semoga kakak kelasnya baik-baik biar acaranya tambah keren Di PPSMB hari ke 3 sm 4 ada PPSMB Fakultas nanti kita bakal dibagi ke Fakultas masing-masing dan tingkat kesusahannya naik nih katanya supaya kita lebih kompak dan dekat tentunya. Games nya semoga aja seru-seru dan bisa bikin tambah kompak. PPSMB Fakultas ku (Teknik) dinamain PRISMA Di PPSMB hari ke 5 sm 6 nanti kita bakal ngehadirin sebuah seminar ttg softskill/hardskill. apa itu softskill/hardskill? softskill itu singkatnya adalah cara kita berbicara di depan publik sedangkan hardskill adalah mengenai pengetahuan/ilmu kita. Kemaren jg anak2 jurusan TETI mulai gathering pertamanya yang namanya “ANALOG” atau “Ayo Kenalan Dong”. Wihh kesan pertama ku sm anak-anak ini adalah LUAR BIASA, mereka semua pd asyik-asyik dehh. Dan Games yg ksh kakak panitia pun seru-seru dan kompak-kompakan banget. Kakak-kakak TETI jg baik-baik banget deh Kalo ditanya apa pentingnya PPSMB ya banyak banget deh, Pertama, kita mulai beradaptasi dengan lingkungan kampus dan tugas-tugas dari kampus. Jadi ya tugas di PPSMB emang terbilang banyak, tp kata kakak kelasku itu cuman awal-awal aja nanti juga pada kebiasa juga. Kalo mau liat tugas PPSMB lgsg aja ke ppsmbpalapa.ugm.ac.id Kedua, kita bisa berbaur sm Mahasiswa lain. Nah point ini penting bgt buat Mahasiswa terutama yang dari luar daerah Jogja terutama luar jawa kayak aku. Disini bisa mempercepat adaptasi ku sm adaptasi lingkungan kampus, apalagi sm cara2 orang jawa melakukan sesuatu kayak sosialisasi dan cara belajarnya gitu. Ketiga, kita bisa lebih paham dengan sarana dan prasana, dan juga dosen-dosen pengajarnya. Katanya nih nanti Maba bakal diajak keliling kampus untuk ngenalin ke sarana dan prasarana kayak laboratorium, perpustakaan, dan juga sarana dan prasarana pembelajaran lainnya. Nahh makanya dr mulai skrg ini kita harus buka pikiran kalo PPSMB atau kegiatan ospek-ospek gitu tuh tujuannya untuk memperkenalkan kita ke kampus-kampus baru yg akan kita huni selama kurang lebih 5 tahun. Sekian dulu ya postingannya karna aku jg blm ngalamin PPSMB jadi blm tau betul gmn itu PPSMB. Itu semua baru gambaran2 aku sendiri ttg PPSMB Makasih untuk yang udah mau baca postingannya ini, Semoga bermanfaat.

Sabtu, 25 Januari 2014

Sutrah Dalam Sholat

1. Dari Ibnu `Umar radliallahu `anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kamu shalat kecuali menghadap sutrah (batas tempat sholat) dan jangan biarkan seorang pun lewat di depanmu, jika ia enggan maka perangilah karena bersamanya ada qarin (teman).” (HR. Muslim dalam As-Shahih no. 260, Ibnu Khuzaimah dalam As-Shahih 800, Al- Hakim dalam Al-Mustadrak 1/251 dan Baihaqi dalam As-Sunan Al- Kubra 2/268) 2. Dari Abu Said Al-Khudri radliallahu `anhu ia berkata: “Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Jika shalat salah seorang diantara kalian, hendaklah shalat menghadap sutrah dan hendaklah mendekat padanya dan jangan biarkan seorangpun lewat antara dia dengan sutrah. Jika ada seseorang lewat (didepannya) maka perangilah karena dia adalah syaitan.” (HR. Ibnu Abi yaibah dalam Al-Mushannaf 1/279, Abu Dawud dalam As-Sunan 297, Ibnu Majah dalam As-Sunan no. 954, Ibnu Hibban dalam As-Shahih 4/48, 49-Al-Ihsan, dan Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra 2/267, sanadnya hasan) Di dalam riwayat lain (yang artinya): “(Karena) sesungguhnya setan lewat antara dia dengan sutrah.” Mengomentari hadits Abu Said di atas As-Syaukani berkata: “Padanya (menunjukkan) bahwa memasang sutrah itu adalah wajib.” (Nailul Authar 3/2). Beliau juga berkata: “Dan kebanyakan hadits- hadits (dalam masalah ini) mengandung perintah dengannya dan dhahir perintah (menunjukkan) wajib. Jika dijumpai sesuatu yang memalingkan perintah-perintah ini dari wajib ke mandub maka itulah hukumnya. Dan tidak tepat dijadikan pemaling (pengubah hukum) sabda shallallahu `alaihi wa sallam (yang artinya): “Sesungguhnya tidak memudharatkan apapun yang lewat di depannya karena menghindarnya orang shalat dari perkara yang memudharatkan shalatnya dan menghindari hilangnya sebagian pahalanya adalah wajib atasnya.” (As-Sailul Jarar 1/176) Di antara perkara yang menguatkan wajibnya: Sesungguhnya sutrah merupakan sebab syari yang menyebabkan tidak sahnya shalat karena lewatnya wanita baligh, keledai dan anjing hitam sebagaimana telah sah yang demikian itu dalam hadits yang menyatakan larangan orang lewat di depan orang shalat, dan hukum-hukum lainnya yang berkaitan dengan sutrah. (Tamamul Minnah hal. 300) 5. Qurrah bin Iyas berkata: “Umar melihatku sedangkan aku (ketika itu) shalat di antara dua tiang. Maka dia memegang tengkukku dan mendekatkan aku ke sutrah seraya berkata: Shalatlah menghadap kepadanya.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya 1/577 [lihat pula Al-Fath] secara muallaq 3 dengan lafadz jazm (pasti datang dari Rasulullah, pent) dan disambungkan [sanadnya] oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 2/370) Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Umar memaksudkan perbuatannya itu agar shalat (Qurrah bin Iyas) menghadap sutrah.” (Fathul Bari 1/577) 6. Dari Nafi,ia berkata :”Bahwa Ibnu Umar jika tidak mendapati tempat yang menghadap tiang dari tiang-tiang Masjid, lalu ia berkata padaku :”Palingkan kepadaku punggungmu (untuk dijadikan sutroh,pent).(Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 1/279 dengan sanad shahih). 7. (Dalam suatu riwayat) bahwa Salamah bin Al-Akhwa meletakkan batu di tanah.Jika dia mau mengejakan Sholat ,dia menghadap kepadanya.(Ibnu Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1/278) 8. Dari Ibnu Abbas r.a. “Aku memasang tongkat di depan Rosulullah SAW ketika di Arafah.Beliau sholat menghadapnya dan keledai lewat dibelakang tongkat.”(Ahmad dalam Al-Musnad 1/243,Ibnu Khuzaimah dalah As-Shahih 840,Thabari dalam Al-Mujamul Kabir 11/243 dan sanad dari Imam Ahmad:hasan) TENTANG JARAK KITA DENGAN SUTROH 9. Diriwayatkan bahwa :”Rasulullah SAW berdiri di dekat tabir.Jarak antara beliau dengan tabir itu ada 3 hasta (HR.Bukhari dan Ahmad) 10. Diantara tempat sujud beliau dengan dinding ada tempat berlalu kambing (H.R Bukhari dan Muslim) 11. Beliau bersabda :”Apabila salah seorang di antara kamu sholat menghadap tabir, maka hendaklah ia mendekatkan dirinya kepada tabir itu, sehingga setan tidak memutuskan dia dari sholatnya “. (Abu Daud Al-Bazzar (p.54 Az-Zawaid),Al-Hakim dan dishahihkan olehnya,dan disepakati oleh Adz-Dzahabi dan An-Nawawi) BENDA-BENDA YANG BISA DIJADIKAN SUTROH 12. Dan kadangkala beliau menjadikan kendaraannya sebagai tabir,lalu sholat dengan menghadap kendaraannya itu. (H.R Bukhari dan Ahmad) 13. Hal ini berbeda dengan sholat di tempat berbaring unta .Karena beliau telah melarangnya (Muslim dan Ibnu Khuzaimah (92/2) dan Ahmad 14. Kadangkala :”Beliau membawa semacam pelana ,lalu meluruskannya ,kemudian beliau sholat dengan menghadap kepada ujung pelana itu (H.R Bukhari dan Ahmad) 15. Rasulullah SAW bersabda : “Apabila salah seorang diantara kamu meletakkan semacam ujung pelana di hadapannya,maka hendaklah ia shalat dengan tidak menghiraukan orang yang berlalu di belakangnya(ujung pelana itu)” (H.R Mulim dan Abu Daud) 16. Diriwayatkan bahwa :”Sesekali beliau shalat dengan menghadap ke sebuah pohon.(H.R NasaI dan Ahmad dengan sanad yang shahih). 17. “Kadangkala beliau shalat dengan menghadap ke tempat tidur,sedangkan Aisyah r.a berbaring di atasnya -dibawah beludrunya- (Al Bukhari,Muslim,dan Abu Yala(3/1107 -Mushawwaratu l-Maktab) 18. Rasulullah SAW tidak pernah membiarkan sesuatu berlalu diantara dirinya dengan tabir.Dan pernah : “Beliau shalat,tiba-tiba datanglah seekor kambing berlari di hadapannya,lalu beliau berlomba dengannya hingga beliau menempelkan perutnya ke tabir -dan berlalulah kambing itu di belakang beliau-” (Ibnu Khuzaimah di dalam ash-Shahih (1/95/1),Ath-Thabrani(3/104/3),Al-Hakim dan dishahihkan olehnya,dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. PERINGATAN KERAS BAGI YANG MELANGGAR SUTROH ORANG YANG SHOLAT 19. :”Sekiranya orang yang berlalu di hadapan orang yang shalat itu mengetahui apa yang akan menimpanya,niscaya untuk berhenti selama 40 tahun,adalah lebih baik baginya daripada untuk berlalu dihadapannya “.(H.R Al – Bukhari dan Muslim,riwayat lainnya adalah riwayat Ibnu Khuzaimah(1/94/1)). 20. HAL-HAL YANG MEMUTUSKAN SHALAT Rasulullah SAW bersabda: “Shalat seorang laki-laki,apabila tidak ada semacam ujung pelana dihadapannya,maka akan diputus oleh :wanita -yang haid (atau balighah), keledai dan anjing hitam “. Abu Dzar berkata bahwasanya ia berkata,”Wahai Rasulullah,apa bedanya antara anjing hitam dengan anjing merah ?” beliau bersabda,”Anjing hitam adalah setan “. (H.R Muslim,Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah (1/95/2) Sumber : 1. Kitab Al-Qaulul Mubin fi Akhtail Mushallin.Diterjemahkan oleh Suyuthi Abdullah 2. Kitab Sifat Sholat Nabi , oleh Syeikh Nashiruddin Al-Albani

sujud-shalat-di-masjid

Sutrah Dalam Sholat 1. Dari Ibnu `Umar radliallahu `anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kamu shalat kecuali menghadap sutrah (batas tempat sholat) dan jangan biarkan seorang pun lewat di depanmu, jika ia enggan maka perangilah karena bersamanya ada qarin (teman).” (HR. Muslim dalam As-Shahih no. 260, Ibnu Khuzaimah dalam As-Shahih 800, Al- Hakim dalam Al-Mustadrak 1/251 dan Baihaqi dalam As-Sunan Al- Kubra 2/268) 2. Dari Abu Said Al-Khudri radliallahu `anhu ia berkata: “Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Jika shalat salah seorang diantara kalian, hendaklah shalat menghadap sutrah dan hendaklah mendekat padanya dan jangan biarkan seorangpun lewat antara dia dengan sutrah. Jika ada seseorang lewat (didepannya) maka perangilah karena dia adalah syaitan.” (HR. Ibnu Abi yaibah dalam Al-Mushannaf 1/279, Abu Dawud dalam As-Sunan 297, Ibnu Majah dalam As-Sunan no. 954, Ibnu Hibban dalam As-Shahih 4/48, 49-Al-Ihsan, dan Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra 2/267, sanadnya hasan) Di dalam riwayat lain (yang artinya): “(Karena) sesungguhnya setan lewat antara dia dengan sutrah.” Mengomentari hadits Abu Said di atas As-Syaukani berkata: “Padanya (menunjukkan) bahwa memasang sutrah itu adalah wajib.” (Nailul Authar 3/2). Beliau juga berkata: “Dan kebanyakan hadits- hadits (dalam masalah ini) mengandung perintah dengannya dan dhahir perintah (menunjukkan) wajib. Jika dijumpai sesuatu yang memalingkan perintah-perintah ini dari wajib ke mandub maka itulah hukumnya. Dan tidak tepat dijadikan pemaling (pengubah hukum) sabda shallallahu `alaihi wa sallam (yang artinya): “Sesungguhnya tidak memudharatkan apapun yang lewat di depannya karena menghindarnya orang shalat dari perkara yang memudharatkan shalatnya dan menghindari hilangnya sebagian pahalanya adalah wajib atasnya.” (As-Sailul Jarar 1/176) Di antara perkara yang menguatkan wajibnya: Sesungguhnya sutrah merupakan sebab syari yang menyebabkan tidak sahnya shalat karena lewatnya wanita baligh, keledai dan anjing hitam sebagaimana telah sah yang demikian itu dalam hadits yang menyatakan larangan orang lewat di depan orang shalat, dan hukum-hukum lainnya yang berkaitan dengan sutrah. (Tamamul Minnah hal. 300) 5. Qurrah bin Iyas berkata: “Umar melihatku sedangkan aku (ketika itu) shalat di antara dua tiang. Maka dia memegang tengkukku dan mendekatkan aku ke sutrah seraya berkata: Shalatlah menghadap kepadanya.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya 1/577 [lihat pula Al-Fath] secara muallaq 3 dengan lafadz jazm (pasti datang dari Rasulullah, pent) dan disambungkan [sanadnya] oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 2/370) Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Umar memaksudkan perbuatannya itu agar shalat (Qurrah bin Iyas) menghadap sutrah.” (Fathul Bari 1/577) 6. Dari Nafi,ia berkata :”Bahwa Ibnu Umar jika tidak mendapati tempat yang menghadap tiang dari tiang-tiang Masjid, lalu ia berkata padaku :”Palingkan kepadaku punggungmu (untuk dijadikan sutroh,pent).(Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 1/279 dengan sanad shahih). 7. (Dalam suatu riwayat) bahwa Salamah bin Al-Akhwa meletakkan batu di tanah.Jika dia mau mengejakan Sholat ,dia menghadap kepadanya.(Ibnu Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1/278) 8. Dari Ibnu Abbas r.a. “Aku memasang tongkat di depan Rosulullah SAW ketika di Arafah.Beliau sholat menghadapnya dan keledai lewat dibelakang tongkat.”(Ahmad dalam Al-Musnad 1/243,Ibnu Khuzaimah dalah As-Shahih 840,Thabari dalam Al-Mujamul Kabir 11/243 dan sanad dari Imam Ahmad:hasan) TENTANG JARAK KITA DENGAN SUTROH 9. Diriwayatkan bahwa :”Rasulullah SAW berdiri di dekat tabir.Jarak antara beliau dengan tabir itu ada 3 hasta (HR.Bukhari dan Ahmad) 10. Diantara tempat sujud beliau dengan dinding ada tempat berlalu kambing (H.R Bukhari dan Muslim) 11. Beliau bersabda :”Apabila salah seorang di antara kamu sholat menghadap tabir, maka hendaklah ia mendekatkan dirinya kepada tabir itu, sehingga setan tidak memutuskan dia dari sholatnya “. (Abu Daud Al-Bazzar (p.54 Az-Zawaid),Al-Hakim dan dishahihkan olehnya,dan disepakati oleh Adz-Dzahabi dan An-Nawawi) BENDA-BENDA YANG BISA DIJADIKAN SUTROH 12. Dan kadangkala beliau menjadikan kendaraannya sebagai tabir,lalu sholat dengan menghadap kendaraannya itu. (H.R Bukhari dan Ahmad) 13. Hal ini berbeda dengan sholat di tempat berbaring unta .Karena beliau telah melarangnya (Muslim dan Ibnu Khuzaimah (92/2) dan Ahmad 14. Kadangkala :”Beliau membawa semacam pelana ,lalu meluruskannya ,kemudian beliau sholat dengan menghadap kepada ujung pelana itu (H.R Bukhari dan Ahmad) 15. Rasulullah SAW bersabda : “Apabila salah seorang diantara kamu meletakkan semacam ujung pelana di hadapannya,maka hendaklah ia shalat dengan tidak menghiraukan orang yang berlalu di belakangnya(ujung pelana itu)” (H.R Mulim dan Abu Daud) 16. Diriwayatkan bahwa :”Sesekali beliau shalat dengan menghadap ke sebuah pohon.(H.R NasaI dan Ahmad dengan sanad yang shahih). 17. “Kadangkala beliau shalat dengan menghadap ke tempat tidur,sedangkan Aisyah r.a berbaring di atasnya -dibawah beludrunya- (Al Bukhari,Muslim,dan Abu Yala(3/1107 -Mushawwaratu l-Maktab) 18. Rasulullah SAW tidak pernah membiarkan sesuatu berlalu diantara dirinya dengan tabir.Dan pernah : “Beliau shalat,tiba-tiba datanglah seekor kambing berlari di hadapannya,lalu beliau berlomba dengannya hingga beliau menempelkan perutnya ke tabir -dan berlalulah kambing itu di belakang beliau-” (Ibnu Khuzaimah di dalam ash-Shahih (1/95/1),Ath-Thabrani(3/104/3),Al-Hakim dan dishahihkan olehnya,dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. PERINGATAN KERAS BAGI YANG MELANGGAR SUTROH ORANG YANG SHOLAT 19. :”Sekiranya orang yang berlalu di hadapan orang yang shalat itu mengetahui apa yang akan menimpanya,niscaya untuk berhenti selama 40 tahun,adalah lebih baik baginya daripada untuk berlalu dihadapannya “.(H.R Al – Bukhari dan Muslim,riwayat lainnya adalah riwayat Ibnu Khuzaimah(1/94/1)). 20. HAL-HAL YANG MEMUTUSKAN SHALAT Rasulullah SAW bersabda: “Shalat seorang laki-laki,apabila tidak ada semacam ujung pelana dihadapannya,maka akan diputus oleh :wanita -yang haid (atau balighah), keledai dan anjing hitam “. Abu Dzar berkata bahwasanya ia berkata,”Wahai Rasulullah,apa bedanya antara anjing hitam dengan anjing merah ?” beliau bersabda,”Anjing hitam adalah setan “. (H.R Muslim,Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah (1/95/2) Sumber : 1. Kitab Al-Qaulul Mubin fi Akhtail Mushallin.Diterjemahkan oleh Suyuthi Abdullah 2. Kitab Sifat Sholat Nabi , oleh Syeikh Nashiruddin Al-Albani

PERINGATAN KERAS BAGI YANG MELANGGAR SUTROH ORANG YANG SHOLAT

sujud-shalat-di-masjidSutrah Dalam Sholat 1. Dari Ibnu `Umar radliallahu `anhu ia berkata: Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kamu shalat kecuali menghadap sutrah (batas tempat sholat) dan jangan biarkan seorang pun lewat di depanmu, jika ia enggan maka perangilah karena bersamanya ada qarin (teman).” (HR. Muslim dalam As-Shahih no. 260, Ibnu Khuzaimah dalam As-Shahih 800, Al- Hakim dalam Al-Mustadrak 1/251 dan Baihaqi dalam As-Sunan Al- Kubra 2/268) 2. Dari Abu Said Al-Khudri radliallahu `anhu ia berkata: “Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda: “Jika shalat salah seorang diantara kalian, hendaklah shalat menghadap sutrah dan hendaklah mendekat padanya dan jangan biarkan seorangpun lewat antara dia dengan sutrah. Jika ada seseorang lewat (didepannya) maka perangilah karena dia adalah syaitan.” (HR. Ibnu Abi yaibah dalam Al-Mushannaf 1/279, Abu Dawud dalam As-Sunan 297, Ibnu Majah dalam As-Sunan no. 954, Ibnu Hibban dalam As-Shahih 4/48, 49-Al-Ihsan, dan Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra 2/267, sanadnya hasan) Di dalam riwayat lain (yang artinya): “(Karena) sesungguhnya setan lewat antara dia dengan sutrah.” Mengomentari hadits Abu Said di atas As-Syaukani berkata: “Padanya (menunjukkan) bahwa memasang sutrah itu adalah wajib.” (Nailul Authar 3/2). Beliau juga berkata: “Dan kebanyakan hadits- hadits (dalam masalah ini) mengandung perintah dengannya dan dhahir perintah (menunjukkan) wajib. Jika dijumpai sesuatu yang memalingkan perintah-perintah ini dari wajib ke mandub maka itulah hukumnya. Dan tidak tepat dijadikan pemaling (pengubah hukum) sabda shallallahu `alaihi wa sallam (yang artinya): “Sesungguhnya tidak memudharatkan apapun yang lewat di depannya karena menghindarnya orang shalat dari perkara yang memudharatkan shalatnya dan menghindari hilangnya sebagian pahalanya adalah wajib atasnya.” (As-Sailul Jarar 1/176) Di antara perkara yang menguatkan wajibnya: Sesungguhnya sutrah merupakan sebab syari yang menyebabkan tidak sahnya shalat karena lewatnya wanita baligh, keledai dan anjing hitam sebagaimana telah sah yang demikian itu dalam hadits yang menyatakan larangan orang lewat di depan orang shalat, dan hukum-hukum lainnya yang berkaitan dengan sutrah. (Tamamul Minnah hal. 300) 5. Qurrah bin Iyas berkata: “Umar melihatku sedangkan aku (ketika itu) shalat di antara dua tiang. Maka dia memegang tengkukku dan mendekatkan aku ke sutrah seraya berkata: Shalatlah menghadap kepadanya.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahihnya 1/577 [lihat pula Al-Fath] secara muallaq 3 dengan lafadz jazm (pasti datang dari Rasulullah, pent) dan disambungkan [sanadnya] oleh Ibnu Abi Syaibah di dalam Al-Mushannaf 2/370) Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Umar memaksudkan perbuatannya itu agar shalat (Qurrah bin Iyas) menghadap sutrah.” (Fathul Bari 1/577) 6. Dari Nafi,ia berkata :”Bahwa Ibnu Umar jika tidak mendapati tempat yang menghadap tiang dari tiang-tiang Masjid, lalu ia berkata padaku :”Palingkan kepadaku punggungmu (untuk dijadikan sutroh,pent).(Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 1/279 dengan sanad shahih). 7. (Dalam suatu riwayat) bahwa Salamah bin Al-Akhwa meletakkan batu di tanah.Jika dia mau mengejakan Sholat ,dia menghadap kepadanya.(Ibnu Syaibah di dalam Al-Mushannaf 1/278) 8. Dari Ibnu Abbas r.a. “Aku memasang tongkat di depan Rosulullah SAW ketika di Arafah.Beliau sholat menghadapnya dan keledai lewat dibelakang tongkat.”(Ahmad dalam Al-Musnad 1/243,Ibnu Khuzaimah dalah As-Shahih 840,Thabari dalam Al-Mujamul Kabir 11/243 dan sanad dari Imam Ahmad:hasan) TENTANG JARAK KITA DENGAN SUTROH 9. Diriwayatkan bahwa :”Rasulullah SAW berdiri di dekat tabir.Jarak antara beliau dengan tabir itu ada 3 hasta (HR.Bukhari dan Ahmad) 10. Diantara tempat sujud beliau dengan dinding ada tempat berlalu kambing (H.R Bukhari dan Muslim) 11. Beliau bersabda :”Apabila salah seorang di antara kamu sholat menghadap tabir, maka hendaklah ia mendekatkan dirinya kepada tabir itu, sehingga setan tidak memutuskan dia dari sholatnya “. (Abu Daud Al-Bazzar (p.54 Az-Zawaid),Al-Hakim dan dishahihkan olehnya,dan disepakati oleh Adz-Dzahabi dan An-Nawawi) BENDA-BENDA YANG BISA DIJADIKAN SUTROH 12. Dan kadangkala beliau menjadikan kendaraannya sebagai tabir,lalu sholat dengan menghadap kendaraannya itu. (H.R Bukhari dan Ahmad) 13. Hal ini berbeda dengan sholat di tempat berbaring unta .Karena beliau telah melarangnya (Muslim dan Ibnu Khuzaimah (92/2) dan Ahmad 14. Kadangkala :”Beliau membawa semacam pelana ,lalu meluruskannya ,kemudian beliau sholat dengan menghadap kepada ujung pelana itu (H.R Bukhari dan Ahmad) 15. Rasulullah SAW bersabda : “Apabila salah seorang diantara kamu meletakkan semacam ujung pelana di hadapannya,maka hendaklah ia shalat dengan tidak menghiraukan orang yang berlalu di belakangnya(ujung pelana itu)” (H.R Mulim dan Abu Daud) 16. Diriwayatkan bahwa :”Sesekali beliau shalat dengan menghadap ke sebuah pohon.(H.R NasaI dan Ahmad dengan sanad yang shahih). 17. “Kadangkala beliau shalat dengan menghadap ke tempat tidur,sedangkan Aisyah r.a berbaring di atasnya -dibawah beludrunya- (Al Bukhari,Muslim,dan Abu Yala(3/1107 -Mushawwaratu l-Maktab) 18. Rasulullah SAW tidak pernah membiarkan sesuatu berlalu diantara dirinya dengan tabir.Dan pernah : “Beliau shalat,tiba-tiba datanglah seekor kambing berlari di hadapannya,lalu beliau berlomba dengannya hingga beliau menempelkan perutnya ke tabir -dan berlalulah kambing itu di belakang beliau-” (Ibnu Khuzaimah di dalam ash-Shahih (1/95/1),Ath-Thabrani(3/104/3),Al-Hakim dan dishahihkan olehnya,dan disepakati oleh Adz-Dzahabi. PERINGATAN KERAS BAGI YANG MELANGGAR SUTROH ORANG YANG SHOLAT 19. :”Sekiranya orang yang berlalu di hadapan orang yang shalat itu mengetahui apa yang akan menimpanya,niscaya untuk berhenti selama 40 tahun,adalah lebih baik baginya daripada untuk berlalu dihadapannya “.(H.R Al – Bukhari dan Muslim,riwayat lainnya adalah riwayat Ibnu Khuzaimah(1/94/1)). 20. HAL-HAL YANG MEMUTUSKAN SHALAT Rasulullah SAW bersabda: “Shalat seorang laki-laki,apabila tidak ada semacam ujung pelana dihadapannya,maka akan diputus oleh :wanita -yang haid (atau balighah), keledai dan anjing hitam “. Abu Dzar berkata bahwasanya ia berkata,”Wahai Rasulullah,apa bedanya antara anjing hitam dengan anjing merah ?” beliau bersabda,”Anjing hitam adalah setan “. (H.R Muslim,Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah (1/95/2) Sumber : 1. Kitab Al-Qaulul Mubin fi Akhtail Mushallin.Diterjemahkan oleh Suyuthi Abdullah 2. Kitab Sifat Sholat Nabi , oleh Syeikh Nashiruddin Al-Albani

Seperti Apa Fungsi Tutup Pentil?

Beberapa waktu lalu petugas merazia kendaraan yang parkir sembarangan dengan cara mengambil tutup pentil ban kendaraan tersebut. Sebenarnya, apa fungsi tutup pentil (valve cap) ini sebenarnya? Untuk menjawab hal itu, divisi Humas Mabes Polri pun memberi sedikit penjelasan. “Masih banyaknya pertanyaan, Polisi masih sering mencari-cari kesalahan bahkan tutup pentil pun dipermasalahkan, sedikit kami berikan gambaran betapa pentingnya tutup pentil ban kendaraan Mitra Humas, karena tutup pentil (valve cap) sering dianggap sepele oleh pemilik kendaraan,” tulis mereka di laman Facebook resminya. “Entah karena bentuk fisiknya yang kecil atau karena harganya yang murah. Padahal komponen ini punya peran penting dalam menjaga ban tetap dalam tekanan ideal,” tambahnya. Lebih lanjut mereka lalu menjelaskan kalau fungsi utama valve cap adalah melindungi pentil ban dari kotoran. Debu atau air yang masuk ke pentil dapat merusak katup, membuat material karet sebagai sil di dalam valve menjadi getas, atau menyebabkan terjadinya korosi. Kalau kerusakan ini terjadi, udara di dalam ban akan keluar secara perlahan. Akibatnya tekanan angin ban menurun. Kebocoran kecil ini sulit dideteksi. “Padahal menurut data NHTSA (National Highway Traffic Administration), 85% penyebab berkurangnya tekanan angin ban adalah akibat kebocoran halus yang terjadi dalam periode lama. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tutup pentil,” lugas mereka. “Fungsi lain dari valve cap adalah mereduksi kebocoran pentil agar tekanan angin ban tidak menurun secara drastis. Hal ini sangat penting ketika kendaraan sedang melaju di kecepatan tinggi. Mari kita lindungi diri sendiri dengan meminimalisir segala kemungkinan yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan,” tuntasnya. (syu/ddn) *** Syubhan Akib – detikOto

tutup pentil

Seperti Apa Fungsi Tutup Pentil? Beberapa waktu lalu petugas merazia kendaraan yang parkir sembarangan dengan cara mengambil tutup pentil ban kendaraan tersebut. Sebenarnya, apa fungsi tutup pentil (valve cap) ini sebenarnya? Untuk menjawab hal itu, divisi Humas Mabes Polri pun memberi sedikit penjelasan. “Masih banyaknya pertanyaan, Polisi masih sering mencari-cari kesalahan bahkan tutup pentil pun dipermasalahkan, sedikit kami berikan gambaran betapa pentingnya tutup pentil ban kendaraan Mitra Humas, karena tutup pentil (valve cap) sering dianggap sepele oleh pemilik kendaraan,” tulis mereka di laman Facebook resminya. “Entah karena bentuk fisiknya yang kecil atau karena harganya yang murah. Padahal komponen ini punya peran penting dalam menjaga ban tetap dalam tekanan ideal,” tambahnya. Lebih lanjut mereka lalu menjelaskan kalau fungsi utama valve cap adalah melindungi pentil ban dari kotoran. Debu atau air yang masuk ke pentil dapat merusak katup, membuat material karet sebagai sil di dalam valve menjadi getas, atau menyebabkan terjadinya korosi. Kalau kerusakan ini terjadi, udara di dalam ban akan keluar secara perlahan. Akibatnya tekanan angin ban menurun. Kebocoran kecil ini sulit dideteksi. “Padahal menurut data NHTSA (National Highway Traffic Administration), 85% penyebab berkurangnya tekanan angin ban adalah akibat kebocoran halus yang terjadi dalam periode lama. Salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tutup pentil,” lugas mereka. “Fungsi lain dari valve cap adalah mereduksi kebocoran pentil agar tekanan angin ban tidak menurun secara drastis. Hal ini sangat penting ketika kendaraan sedang melaju di kecepatan tinggi. Mari kita lindungi diri sendiri dengan meminimalisir segala kemungkinan yang dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan,” tuntasnya. (syu/ddn) *** Syubhan Akib – detikOto

Hidup Kaya Raya Tidak Selalu Berarti Disayang Allah

Hidup kaya raya di dunia tidak selalu berarti di sayang Allah, saudaraku. seringkali kita melihat dan memperhatikan bahwa pelaku bisnis kotor, pegawai yang korup, orang-orang non muslim, kok hidup didunia ini terlihat senang, kaya raya, bahkan terhormat. Sebaliknya, mengapa ummat Islam yang sehari-harinya rajin ibadah, masih sangat banyak yang hidupnya serba miskin dan kesusahan. Pertanyaannya, apa rahasia Allah dibalik semua ini? Mengapa seolah membiarkan yang jahat hidupnya lebih makmur dan berkuasa, bahkan menindas terus kaum lemah? Mengapa para penjahat kelas hiu tetap terbebas dari hukum dunia, mereka bebas berkeliaraan dan beraktivitas secara normal bahkan dapat mengeruk terus kekayaaan dari bisnisnya? Tentunya masih akan banyak lagi berbagai pertanyaan dari benak kita, yang terutama akan muncul dari sesama muslim yang hidupnya hingga saat ini masih dalam taraf kesusahan. Susah dalam mendapatkan penghasilan yang memadai, susah untuk menyekolahkan anak dengan layak, bahkan tidak sedikit yang kesusahan sekalipun untuk memenuhi makan sehari-hari, apalagi kalau ingin makan dengan syarat makan yang sehat, tentunya masih jauh sekali. Jika manusia ternyata lebih banyak berkeluh kesah dalam menyikapi perjalanan hidup ini, itu sangat wajar dan normal karena jelas jawabannya ada dalam Al-Qur’an sebagai Firman Allah yang Maha Tahu segalanya tentang kehidupan ini dari awal penciptaan hingga berakhirnya kehidupan di dunia kelak. Mari kita perhatikan petikan ayat Al-Quran berikut ini: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”. (Al Ma’arij: 19-21) Allah yang Maha Bijaksana, yang selalu menunjukkan jalan untuk kebaikan bagi manusia, pada ayat selanjutnya Allah memberikan jalan keluar agar manusia yang memiliki sifat dasar keluh kesah, kikir, tersebut dapat memilihnya. “Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya”. (Al Ma’arij: 22-27) Kembali pada pertanyaan mengapa Allah memberikan dan memperlihatkan hidup di dunia lebih makmur bagi orang kafir, atau orang jahat, daripada kepada umat islam yang ahli ibadah. Jawabanya juga sangat jelas tersedia dalam ayat berikut: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (At Taubah: 55) Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang ayat di atas: Allah Ta’ala berfirman kepada Rasul-Nya, “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.” Penggalan di atas seperti firman Allah Ta’ala, “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. 23:55,56). Qatadah menafsirkan, “Susunan kalimat yang dikemudiankan dan diakhirkan”. Asal ayat ini kira-kira, “Maka janganlah harta dan anak-anak mereka mempesonamu dalam kehidupan dunia. Sesungguhnya Allah hendak menyiksa mereka dengannya di akhirat.”. Namun Hasan Basri menafsirkan, “Dia menyiksa mereka karena menolak zakat dan tidak menginfakkan sebagian hartanya dijalan Allah.” Firman Allah Ta’ala, “Dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” Yakni, Dia hendak mematikan mereka dalam keadaan kafir agar hal itu lebih menistakan mereka dan memberatkan siksanya. Saudaraku, jadi sangat jelas, bahwa ummat Islam agar tidak termasuk manusia yang memiliki sifat keluh kesah jika ditimpa kesusahan, dan tidak kikir jika diberikan kebahagiaan oleh Allah Ta’ala, maka obatnya ikuti saja petunjuk-Nya. Dan ummat Islam tidak perlu bersusah payah seperti membenci berat, terhadap manusia yang kafir, dan yang berlaku jahat, padahal mereka hidup dengan bergelimang harta, bahkan dihormati. Tetapi cukup menyikapinya dengan sangat berlapang dada, dan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Pemilik Rencana Matang dan Adil, yaitu Allah akan membiarkan mereka dalam keadaan yang sangat menyedihkan, yaitu mati dalam keadaan kafir, dan mendapatkan siksa yang teramat pedih di akhirat kelak. Ummat Islam yang hingga saat ini kehidupannya masih kesusahaan, Allah sedang menguji apakah berkeluh kesah atau sebaliknya semakin beriman. Bagi ummat Islam yang kehidupannya telah diberikan kemapanan, Allah juga sedang menguji apakah mereka kikir atau semakin beriman pula. Dengan demikian Allah telah jelas memberikan dua jalan pilihan bagi manusia, yaitu jalan yang baik untuk menuju Surga, dan jalan penuh maksiat dan jahat untuk menuju Neraka. Silahkan pilih jalan mana? Saudaraku, sebaiknya kita berlindung kepada Allah Ta’ala, agar dimatikan dalam keadaan Islam dan iman. Wallahu ‘alam bishshowaab *** (Diambil dari http://www.eramuslim.com)

harta karun

Hidup Kaya Raya Tidak Selalu Berarti Disayang Allah Hidup kaya raya di dunia tidak selalu berarti di sayang Allah, saudaraku. seringkali kita melihat dan memperhatikan bahwa pelaku bisnis kotor, pegawai yang korup, orang-orang non muslim, kok hidup didunia ini terlihat senang, kaya raya, bahkan terhormat. Sebaliknya, mengapa ummat Islam yang sehari-harinya rajin ibadah, masih sangat banyak yang hidupnya serba miskin dan kesusahan. Pertanyaannya, apa rahasia Allah dibalik semua ini? Mengapa seolah membiarkan yang jahat hidupnya lebih makmur dan berkuasa, bahkan menindas terus kaum lemah? Mengapa para penjahat kelas hiu tetap terbebas dari hukum dunia, mereka bebas berkeliaraan dan beraktivitas secara normal bahkan dapat mengeruk terus kekayaaan dari bisnisnya? Tentunya masih akan banyak lagi berbagai pertanyaan dari benak kita, yang terutama akan muncul dari sesama muslim yang hidupnya hingga saat ini masih dalam taraf kesusahan. Susah dalam mendapatkan penghasilan yang memadai, susah untuk menyekolahkan anak dengan layak, bahkan tidak sedikit yang kesusahan sekalipun untuk memenuhi makan sehari-hari, apalagi kalau ingin makan dengan syarat makan yang sehat, tentunya masih jauh sekali. Jika manusia ternyata lebih banyak berkeluh kesah dalam menyikapi perjalanan hidup ini, itu sangat wajar dan normal karena jelas jawabannya ada dalam Al-Qur’an sebagai Firman Allah yang Maha Tahu segalanya tentang kehidupan ini dari awal penciptaan hingga berakhirnya kehidupan di dunia kelak. Mari kita perhatikan petikan ayat Al-Quran berikut ini: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”. (Al Ma’arij: 19-21) Allah yang Maha Bijaksana, yang selalu menunjukkan jalan untuk kebaikan bagi manusia, pada ayat selanjutnya Allah memberikan jalan keluar agar manusia yang memiliki sifat dasar keluh kesah, kikir, tersebut dapat memilihnya. “Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya”. (Al Ma’arij: 22-27) Kembali pada pertanyaan mengapa Allah memberikan dan memperlihatkan hidup di dunia lebih makmur bagi orang kafir, atau orang jahat, daripada kepada umat islam yang ahli ibadah. Jawabanya juga sangat jelas tersedia dalam ayat berikut: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (At Taubah: 55) Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang ayat di atas: Allah Ta’ala berfirman kepada Rasul-Nya, “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.” Penggalan di atas seperti firman Allah Ta’ala, “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. 23:55,56). Qatadah menafsirkan, “Susunan kalimat yang dikemudiankan dan diakhirkan”. Asal ayat ini kira-kira, “Maka janganlah harta dan anak-anak mereka mempesonamu dalam kehidupan dunia. Sesungguhnya Allah hendak menyiksa mereka dengannya di akhirat.”. Namun Hasan Basri menafsirkan, “Dia menyiksa mereka karena menolak zakat dan tidak menginfakkan sebagian hartanya dijalan Allah.” Firman Allah Ta’ala, “Dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” Yakni, Dia hendak mematikan mereka dalam keadaan kafir agar hal itu lebih menistakan mereka dan memberatkan siksanya. Saudaraku, jadi sangat jelas, bahwa ummat Islam agar tidak termasuk manusia yang memiliki sifat keluh kesah jika ditimpa kesusahan, dan tidak kikir jika diberikan kebahagiaan oleh Allah Ta’ala, maka obatnya ikuti saja petunjuk-Nya. Dan ummat Islam tidak perlu bersusah payah seperti membenci berat, terhadap manusia yang kafir, dan yang berlaku jahat, padahal mereka hidup dengan bergelimang harta, bahkan dihormati. Tetapi cukup menyikapinya dengan sangat berlapang dada, dan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Pemilik Rencana Matang dan Adil, yaitu Allah akan membiarkan mereka dalam keadaan yang sangat menyedihkan, yaitu mati dalam keadaan kafir, dan mendapatkan siksa yang teramat pedih di akhirat kelak. Ummat Islam yang hingga saat ini kehidupannya masih kesusahaan, Allah sedang menguji apakah berkeluh kesah atau sebaliknya semakin beriman. Bagi ummat Islam yang kehidupannya telah diberikan kemapanan, Allah juga sedang menguji apakah mereka kikir atau semakin beriman pula. Dengan demikian Allah telah jelas memberikan dua jalan pilihan bagi manusia, yaitu jalan yang baik untuk menuju Surga, dan jalan penuh maksiat dan jahat untuk menuju Neraka. Silahkan pilih jalan mana? Saudaraku, sebaiknya kita berlindung kepada Allah Ta’ala, agar dimatikan dalam keadaan Islam dan iman. Wallahu ‘alam bishshowaab *** (Diambil dari http://www.eramuslim.com)

Sebarkan ke saudara-saudara kita, mudah-mudahan bermanfaat.

harta karunHidup Kaya Raya Tidak Selalu Berarti Disayang Allah Hidup kaya raya di dunia tidak selalu berarti di sayang Allah, saudaraku. seringkali kita melihat dan memperhatikan bahwa pelaku bisnis kotor, pegawai yang korup, orang-orang non muslim, kok hidup didunia ini terlihat senang, kaya raya, bahkan terhormat. Sebaliknya, mengapa ummat Islam yang sehari-harinya rajin ibadah, masih sangat banyak yang hidupnya serba miskin dan kesusahan. Pertanyaannya, apa rahasia Allah dibalik semua ini? Mengapa seolah membiarkan yang jahat hidupnya lebih makmur dan berkuasa, bahkan menindas terus kaum lemah? Mengapa para penjahat kelas hiu tetap terbebas dari hukum dunia, mereka bebas berkeliaraan dan beraktivitas secara normal bahkan dapat mengeruk terus kekayaaan dari bisnisnya? Tentunya masih akan banyak lagi berbagai pertanyaan dari benak kita, yang terutama akan muncul dari sesama muslim yang hidupnya hingga saat ini masih dalam taraf kesusahan. Susah dalam mendapatkan penghasilan yang memadai, susah untuk menyekolahkan anak dengan layak, bahkan tidak sedikit yang kesusahan sekalipun untuk memenuhi makan sehari-hari, apalagi kalau ingin makan dengan syarat makan yang sehat, tentunya masih jauh sekali. Jika manusia ternyata lebih banyak berkeluh kesah dalam menyikapi perjalanan hidup ini, itu sangat wajar dan normal karena jelas jawabannya ada dalam Al-Qur’an sebagai Firman Allah yang Maha Tahu segalanya tentang kehidupan ini dari awal penciptaan hingga berakhirnya kehidupan di dunia kelak. Mari kita perhatikan petikan ayat Al-Quran berikut ini: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”. (Al Ma’arij: 19-21) Allah yang Maha Bijaksana, yang selalu menunjukkan jalan untuk kebaikan bagi manusia, pada ayat selanjutnya Allah memberikan jalan keluar agar manusia yang memiliki sifat dasar keluh kesah, kikir, tersebut dapat memilihnya. “Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya”. (Al Ma’arij: 22-27) Kembali pada pertanyaan mengapa Allah memberikan dan memperlihatkan hidup di dunia lebih makmur bagi orang kafir, atau orang jahat, daripada kepada umat islam yang ahli ibadah. Jawabanya juga sangat jelas tersedia dalam ayat berikut: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka dalam kehidupan di dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” (At Taubah: 55) Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tentang ayat di atas: Allah Ta’ala berfirman kepada Rasul-Nya, “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu.” Penggalan di atas seperti firman Allah Ta’ala, “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.” (QS. 23:55,56). Qatadah menafsirkan, “Susunan kalimat yang dikemudiankan dan diakhirkan”. Asal ayat ini kira-kira, “Maka janganlah harta dan anak-anak mereka mempesonamu dalam kehidupan dunia. Sesungguhnya Allah hendak menyiksa mereka dengannya di akhirat.”. Namun Hasan Basri menafsirkan, “Dia menyiksa mereka karena menolak zakat dan tidak menginfakkan sebagian hartanya dijalan Allah.” Firman Allah Ta’ala, “Dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir.” Yakni, Dia hendak mematikan mereka dalam keadaan kafir agar hal itu lebih menistakan mereka dan memberatkan siksanya. Saudaraku, jadi sangat jelas, bahwa ummat Islam agar tidak termasuk manusia yang memiliki sifat keluh kesah jika ditimpa kesusahan, dan tidak kikir jika diberikan kebahagiaan oleh Allah Ta’ala, maka obatnya ikuti saja petunjuk-Nya. Dan ummat Islam tidak perlu bersusah payah seperti membenci berat, terhadap manusia yang kafir, dan yang berlaku jahat, padahal mereka hidup dengan bergelimang harta, bahkan dihormati. Tetapi cukup menyikapinya dengan sangat berlapang dada, dan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Pemilik Rencana Matang dan Adil, yaitu Allah akan membiarkan mereka dalam keadaan yang sangat menyedihkan, yaitu mati dalam keadaan kafir, dan mendapatkan siksa yang teramat pedih di akhirat kelak. Ummat Islam yang hingga saat ini kehidupannya masih kesusahaan, Allah sedang menguji apakah berkeluh kesah atau sebaliknya semakin beriman. Bagi ummat Islam yang kehidupannya telah diberikan kemapanan, Allah juga sedang menguji apakah mereka kikir atau semakin beriman pula. Dengan demikian Allah telah jelas memberikan dua jalan pilihan bagi manusia, yaitu jalan yang baik untuk menuju Surga, dan jalan penuh maksiat dan jahat untuk menuju Neraka. Silahkan pilih jalan mana? Saudaraku, sebaiknya kita berlindung kepada Allah Ta’ala, agar dimatikan dalam keadaan Islam dan iman. Wallahu ‘alam bishshowaab *** (Diambil dari http://www.eramuslim.com)

KENAPA AKU DIUJI?

Kenapa Aku Diuji “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan; ”Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta.” -Surah Al-Ankabut ayat 2-3 KENAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-IDAMKAN? “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” -Surah Al-Baqarah ayat 216 KENAPA UJIAN SEBERAT INI? “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” -Surah Al-Baqarah ayat 286 RASA FRUSTASI? “Jgnlah kamu bersikap lemah, dan jgnlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah org2 yg paling tinggi darjatnya, jika kamu org2 yg beriman.” - Surah Al-Imran ayat 139 BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA? “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan), dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya, kamu berjaya (mencapai kemenangan).” -Surah Al-Imran ayat 200 “Dan mintalah pertolongan(kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk” -Surah Al-Baqarah ayat 45 APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI? “Sesungguhnya Allah telah membeli dr org2 mu’min, diri, harta mereka dengan memberikan syurga utk mereka… .. -Surah At-Taubah ayat 111 KEPADA SIAPA AKU BERHARAP? “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain drNya. Hanya kepadaNya aku bertawakkal.” -Surah At-Taubah ayat 129 AKU DAH TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!! “… ..dan jgnlah kamu berputus asa dr rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dr rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.” -Surah Yusuf ayat 12 Dan apabila kamu diberikan penghormatan dengan sesuatu ucapan hormat seperti memberi salam), maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah dia (dengan cara yang sama).Sesungguhnya Allah sentiasa menghitung tiap-tiap sesuatu. -Surah An-Nisaa’ ayat 86 *** Wallahua’lam bishshowwab Dari sahabat: Yuni Mardiyanto

ujian Alah

Kenapa Aku Diuji KENAPA AKU DIUJI? “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan; ”Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta.” -Surah Al-Ankabut ayat 2-3 KENAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-IDAMKAN? “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” -Surah Al-Baqarah ayat 216 KENAPA UJIAN SEBERAT INI? “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” -Surah Al-Baqarah ayat 286 RASA FRUSTASI? “Jgnlah kamu bersikap lemah, dan jgnlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah org2 yg paling tinggi darjatnya, jika kamu org2 yg beriman.” - Surah Al-Imran ayat 139 BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA? “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan), dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya, kamu berjaya (mencapai kemenangan).” -Surah Al-Imran ayat 200 “Dan mintalah pertolongan(kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk” -Surah Al-Baqarah ayat 45 APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI? “Sesungguhnya Allah telah membeli dr org2 mu’min, diri, harta mereka dengan memberikan syurga utk mereka… .. -Surah At-Taubah ayat 111 KEPADA SIAPA AKU BERHARAP? “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain drNya. Hanya kepadaNya aku bertawakkal.” -Surah At-Taubah ayat 129 AKU DAH TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!! “… ..dan jgnlah kamu berputus asa dr rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dr rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.” -Surah Yusuf ayat 12 Dan apabila kamu diberikan penghormatan dengan sesuatu ucapan hormat seperti memberi salam), maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah dia (dengan cara yang sama).Sesungguhnya Allah sentiasa menghitung tiap-tiap sesuatu. -Surah An-Nisaa’ ayat 86 *** Wallahua’lam bishshowwab Dari sahabat: Yuni Mardiyanto

Dari sahabat: Yuni Mardiyanto

Kenapa Aku Diuji ujian aAlahKENAPA AKU DIUJI? “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan; ”Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya kami telah menguji org2 yg sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui org2 yg benar dan sesungguhnya Dia mengetahui org2 yg dusta.” -Surah Al-Ankabut ayat 2-3 KENAPA AKU TAK DAPAT APA YG AKU IDAM-IDAMKAN? “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” -Surah Al-Baqarah ayat 216 KENAPA UJIAN SEBERAT INI? “Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” -Surah Al-Baqarah ayat 286 RASA FRUSTASI? “Jgnlah kamu bersikap lemah, dan jgnlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah org2 yg paling tinggi darjatnya, jika kamu org2 yg beriman.” - Surah Al-Imran ayat 139 BAGAIMANA HARUS AKU MENGHADAPINYA? “Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu (menghadapi segala kesukaran dalam mengerjakan perkara-perkara yang berkebajikan), dan kuatkanlah kesabaran kamu lebih daripada kesabaran musuh, di medan perjuangan), dan bersedialah (dengan kekuatan pertahanan di daerah-daerah sempadan) serta bertaqwalah kamu kepada Allah supaya, kamu berjaya (mencapai kemenangan).” -Surah Al-Imran ayat 200 “Dan mintalah pertolongan(kepada Allah) dengan jalan sabar dan mengerjakan sembahyang; dan sesungguhnya sembahyang itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang khusyuk” -Surah Al-Baqarah ayat 45 APA YANG AKU DAPAT DARI SEMUA INI? “Sesungguhnya Allah telah membeli dr org2 mu’min, diri, harta mereka dengan memberikan syurga utk mereka… .. -Surah At-Taubah ayat 111 KEPADA SIAPA AKU BERHARAP? “Cukuplah Allah bagiku, tidak ada Tuhan selain drNya. Hanya kepadaNya aku bertawakkal.” -Surah At-Taubah ayat 129 AKU DAH TAK DAPAT BERTAHAN LAGI!!!!! “… ..dan jgnlah kamu berputus asa dr rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dr rahmat Allah melainkan kaum yg kafir.” -Surah Yusuf ayat 12 Dan apabila kamu diberikan penghormatan dengan sesuatu ucapan hormat seperti memberi salam), maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik daripadanya, atau balaslah dia (dengan cara yang sama).Sesungguhnya Allah sentiasa menghitung tiap-tiap sesuatu. -Surah An-Nisaa’ ayat 86 *** Wallahua’lam bishshowwab Dari sahabat: Yuni Mardiyanto

Ingin Nyaman Di Rumah? Ciptakan Suasana Itu Bersama!

Bagaimana perasaan anda, jika pas tiba di rumah setelah tugas kantor cukup lama di luar kota, keadaan rumah berantakan, anak-anak rewel, dan penampilan isteri compang-camping? Pasti perasaan anda kesal setengah mati. Bayangan semula bahwa setelah pulang bisa beristirahat, disambut hangat istri, bisa bercengkerama dengan anak-anak, kontan buyar. Rasa penat setelah perjalanan jauh bukannya hilang, bahkan tambah capek. Soalnya pikiran ruwet, membuat fisik kian lesu tak bersemangat. Sebaliknya hati jadi panas. Emosi gampang meledak. Itu barangkali ekses dari suasana di dalam rumah yang tidak nyaman. Jika ketidaknyamanan suasana seperti ini kerap terjadi, jelas sangat mengancam kelangsungan kehidupan rumah tangga pasangan suami-isteri (pasutri). Ini bukan persoalan sepele. Sebab dia menyangkut fondasi bangunan keluarga. Fondasi itu tidak boleh dibiarkan mengalami erosi karena persoalan-persoalan seperti di atas. Patut dicatat bahwa pada banyak kasus, untuk menghindari ketidaknyamanan suasana di rumah, kebanyakan pria tak jarang mengambil jalan penyelesaian pintas. Keluar rumah dan cari tempat istirahat yang tenang. Entah itu rumah teman atau tempat penginapan lainnya. Atau dia keluar ke tempat-tempat hiburan untuk menghilangkan pikiran yang suntuk. Bila ini yang terjadi, sangat beresiko. Soalnya, mencari ketenangan, khususnya bagi pria yang telah berkeluarga, akan berkonotasi dia perlu “pendamping alternatif” untuk tempat pelampiasan uneg-uneg atau tempat pelepas beban pikirannya. Entah bersifat sementara atau permanen. Apa yang terjadi selanjutnya, bila seorang suami merasa rumah tidak bisa lagi dijadikan tempatnya beristirahat? Andalah yang bisa menjawabnya. Tapi tentu saja, persoalan itu tidak bisa semata-mata menuding isteri sebagai penyebabnya. Dengan kata lain, suami seharusnya tidak mendramatisir persoalan itu sebagai kesalahan istrinya. Karena suami juga punya kewajiban ikut bertanggung jawab menciptakan kenyamanan di dalam rumahnya. Secara bersama, para pasutri sebetulnya bisa mengantisipasi bakal terjadinya kasus-kasus gawat yang akan melanda kehidupan rumah tangga mereka. Kasus seorang suami yang pulang dari tugas di tempat jauh misalnya, sebetulnya bisa diatur kepulangannya. Sehingga saat ia pulang, keadaan rumah rapi dan para anggota keluarga menyambutnya dengan hangat. Hal darurat lainnya adalah, isteri jangan sekali-kali mengizinkan orang lain (tamu wanita tentunya) menginap di rumahnya selama suami tidak di rumah. Soalnya ini bisa mengganggu kebebasan bercengkerama suaminya dengan anggota keluarga, khususnya dengan dirinya. Ini artinya, seorang suami/ayah akan lebih baik bila tidak pulang dengan cara dadakan, sehingga orang rumah tidak melakukan persiapan. Karena itu perlu ada komunikasi dan koordinasi dengan isteri sebelum seorang suami pulang setelah dari bepergian jauh dalam waktu lama. Sebagai suami, kita sebetulnya bisa mengkomunikasikan dan mengatur jadwal waktu kepulangan kita dengan isteri kita. Mau malam atau siang, termasuk juga jam kepulangan. Pukul berapa kira-kira waktu yang kondusif bagi kita sampai di rumah. Jika kita menghendaki agenda kencan dengan isteri setelah tiba di rumah, toh semuanya bisa diatur. Kalau jadwal kepulangan kita malam hari, kita bisa kontak istri agar menyediakan air panas untuk mandi malam kita misalnya. Atau kita minta pada isteri agar dimasakkan makanan kesukaan kita. Atau misalnya, kita bisa minta pada isteri agar anak-anak di rumah dimandikan dan memakai pakaian yang rapi, karena ayah mereka sebentar lagi datang. Bukankah semua itu bisa dikomunikasikan dan direkayasa? Setelah lama bepergian, wajar jika muncul kekangenan seorang ayah pada anggota keluarganya. Selain tentunya, kerinduan ingin berkencan dengan sang isteri. Ini perasaan manusiawi yang ada pada diri setiap orang. Seorang sahabat bernama Jabir bin Abdullah, ra juga pernah mengalami perasaan serupa. Di bawah ini cuplikan kisahnya. Jabir bin Abdullah, ra berkata; “Suatu hari kami pulang dari peperangan bersama Nabi saw. Aku bergegas mempercepat untaku yang semula berjalan lambat. Tapi tiba-tiba seorang pengendara menyusul dari belakang dan mendorong bagian belakang untaku dengan tongkat yang dibawanya. Lalu untaku menjadi unta paling cepat yang pernah kami lihat. Ternyata orang itu adalah Rasulullah saw. “Apa yang membuatmu tergesa-gesa,” tanya Rasulullah saw. “Aku belum lama menikah,” jawabku. “Gadis atau janda?” tanya beliau lagi. “Janda,” jawabku. “Mengapa tidak dengan gadis sehingga kamu bisa bersenda gurau dengannya?” lanjut beliau. Ketika kami hampir sampai, beliau saw berkata; “Jangan tergesa-gesa. Usahakan menemui keluarga di malam hari (ketika hari sudah gelap). Supaya mereka menyisir rambutnya yang lusuh dan menyiapkan diri (untuk menyambut kedatangan suaminya), setelah ditinggal pergi.” (HR Bukhori) Hadits di atas mengisyaratkan dengan gamblang, agar seorang suami yang ingin bercumbu dengan isterinya setelah bepergian jauh, untuk memberikan waktu kepada si isteri bersolek. Agar penampilan isteri segar ketika menyambut sang suami yang sudah kangen berat. Secara umum riwayat di atas juga mengajarkan, bahwa hendaknya isteri selalu berpenampilan rapi dan selalu “ready” jika diajak bercumbu dengan suaminya. Persoalannya, bagaimana jika isteri selalu sibuk dengan pekerjaan di rumah seharian penuh sehingga tidak fresh menghadapi suaminya pada malam hari? Itu pun merupakan persoalan yang sebetulnya bisa didiskusikan dengan suami. Jika persoalan rutin isteri adalah kesibukan pekerjaan rumah tangga, kenapa suami tidak mencarikan pembantu untuk meringankan beban pekerjaan rutin sang isteri? Andaikan anggaran untuk menggaji pembantu juga belum ada? Maka suami seharusnya bisa turun tangan untuk sementara waktu ikut meringankan beban pekerjaan isterinya. Walhasil, tidak ada persoalan besar, jika masalahnya didiskusikan dan dipecahkan bersama. Sebaliknya tidak ada persoalan yang ringan, jika hal itu dibiarkan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian. Jadi saling berkomunikasi antara pasutri itu penting dan wajib, agar bahtera rumah-tangga kita tetap bisa berlayar walaupun diterpa berbagai badai cobaan. Wallahu a’lam. *** Diambil dari eramuslim (sulthoni)

keluarga-muslim

Ingin Nyaman Di Rumah? Ciptakan Suasana Itu Bersama! Bagaimana perasaan anda, jika pas tiba di rumah setelah tugas kantor cukup lama di luar kota, keadaan rumah berantakan, anak-anak rewel, dan penampilan isteri compang-camping? Pasti perasaan anda kesal setengah mati. Bayangan semula bahwa setelah pulang bisa beristirahat, disambut hangat istri, bisa bercengkerama dengan anak-anak, kontan buyar. Rasa penat setelah perjalanan jauh bukannya hilang, bahkan tambah capek. Soalnya pikiran ruwet, membuat fisik kian lesu tak bersemangat. Sebaliknya hati jadi panas. Emosi gampang meledak. Itu barangkali ekses dari suasana di dalam rumah yang tidak nyaman. Jika ketidaknyamanan suasana seperti ini kerap terjadi, jelas sangat mengancam kelangsungan kehidupan rumah tangga pasangan suami-isteri (pasutri). Ini bukan persoalan sepele. Sebab dia menyangkut fondasi bangunan keluarga. Fondasi itu tidak boleh dibiarkan mengalami erosi karena persoalan-persoalan seperti di atas. Patut dicatat bahwa pada banyak kasus, untuk menghindari ketidaknyamanan suasana di rumah, kebanyakan pria tak jarang mengambil jalan penyelesaian pintas. Keluar rumah dan cari tempat istirahat yang tenang. Entah itu rumah teman atau tempat penginapan lainnya. Atau dia keluar ke tempat-tempat hiburan untuk menghilangkan pikiran yang suntuk. Bila ini yang terjadi, sangat beresiko. Soalnya, mencari ketenangan, khususnya bagi pria yang telah berkeluarga, akan berkonotasi dia perlu “pendamping alternatif” untuk tempat pelampiasan uneg-uneg atau tempat pelepas beban pikirannya. Entah bersifat sementara atau permanen. Apa yang terjadi selanjutnya, bila seorang suami merasa rumah tidak bisa lagi dijadikan tempatnya beristirahat? Andalah yang bisa menjawabnya. Tapi tentu saja, persoalan itu tidak bisa semata-mata menuding isteri sebagai penyebabnya. Dengan kata lain, suami seharusnya tidak mendramatisir persoalan itu sebagai kesalahan istrinya. Karena suami juga punya kewajiban ikut bertanggung jawab menciptakan kenyamanan di dalam rumahnya. Secara bersama, para pasutri sebetulnya bisa mengantisipasi bakal terjadinya kasus-kasus gawat yang akan melanda kehidupan rumah tangga mereka. Kasus seorang suami yang pulang dari tugas di tempat jauh misalnya, sebetulnya bisa diatur kepulangannya. Sehingga saat ia pulang, keadaan rumah rapi dan para anggota keluarga menyambutnya dengan hangat. Hal darurat lainnya adalah, isteri jangan sekali-kali mengizinkan orang lain (tamu wanita tentunya) menginap di rumahnya selama suami tidak di rumah. Soalnya ini bisa mengganggu kebebasan bercengkerama suaminya dengan anggota keluarga, khususnya dengan dirinya. Ini artinya, seorang suami/ayah akan lebih baik bila tidak pulang dengan cara dadakan, sehingga orang rumah tidak melakukan persiapan. Karena itu perlu ada komunikasi dan koordinasi dengan isteri sebelum seorang suami pulang setelah dari bepergian jauh dalam waktu lama. Sebagai suami, kita sebetulnya bisa mengkomunikasikan dan mengatur jadwal waktu kepulangan kita dengan isteri kita. Mau malam atau siang, termasuk juga jam kepulangan. Pukul berapa kira-kira waktu yang kondusif bagi kita sampai di rumah. Jika kita menghendaki agenda kencan dengan isteri setelah tiba di rumah, toh semuanya bisa diatur. Kalau jadwal kepulangan kita malam hari, kita bisa kontak istri agar menyediakan air panas untuk mandi malam kita misalnya. Atau kita minta pada isteri agar dimasakkan makanan kesukaan kita. Atau misalnya, kita bisa minta pada isteri agar anak-anak di rumah dimandikan dan memakai pakaian yang rapi, karena ayah mereka sebentar lagi datang. Bukankah semua itu bisa dikomunikasikan dan direkayasa? Setelah lama bepergian, wajar jika muncul kekangenan seorang ayah pada anggota keluarganya. Selain tentunya, kerinduan ingin berkencan dengan sang isteri. Ini perasaan manusiawi yang ada pada diri setiap orang. Seorang sahabat bernama Jabir bin Abdullah, ra juga pernah mengalami perasaan serupa. Di bawah ini cuplikan kisahnya. Jabir bin Abdullah, ra berkata; “Suatu hari kami pulang dari peperangan bersama Nabi saw. Aku bergegas mempercepat untaku yang semula berjalan lambat. Tapi tiba-tiba seorang pengendara menyusul dari belakang dan mendorong bagian belakang untaku dengan tongkat yang dibawanya. Lalu untaku menjadi unta paling cepat yang pernah kami lihat. Ternyata orang itu adalah Rasulullah saw. “Apa yang membuatmu tergesa-gesa,” tanya Rasulullah saw. “Aku belum lama menikah,” jawabku. “Gadis atau janda?” tanya beliau lagi. “Janda,” jawabku. “Mengapa tidak dengan gadis sehingga kamu bisa bersenda gurau dengannya?” lanjut beliau. Ketika kami hampir sampai, beliau saw berkata; “Jangan tergesa-gesa. Usahakan menemui keluarga di malam hari (ketika hari sudah gelap). Supaya mereka menyisir rambutnya yang lusuh dan menyiapkan diri (untuk menyambut kedatangan suaminya), setelah ditinggal pergi.” (HR Bukhori) Hadits di atas mengisyaratkan dengan gamblang, agar seorang suami yang ingin bercumbu dengan isterinya setelah bepergian jauh, untuk memberikan waktu kepada si isteri bersolek. Agar penampilan isteri segar ketika menyambut sang suami yang sudah kangen berat. Secara umum riwayat di atas juga mengajarkan, bahwa hendaknya isteri selalu berpenampilan rapi dan selalu “ready” jika diajak bercumbu dengan suaminya. Persoalannya, bagaimana jika isteri selalu sibuk dengan pekerjaan di rumah seharian penuh sehingga tidak fresh menghadapi suaminya pada malam hari? Itu pun merupakan persoalan yang sebetulnya bisa didiskusikan dengan suami. Jika persoalan rutin isteri adalah kesibukan pekerjaan rumah tangga, kenapa suami tidak mencarikan pembantu untuk meringankan beban pekerjaan rutin sang isteri? Andaikan anggaran untuk menggaji pembantu juga belum ada? Maka suami seharusnya bisa turun tangan untuk sementara waktu ikut meringankan beban pekerjaan isterinya. Walhasil, tidak ada persoalan besar, jika masalahnya didiskusikan dan dipecahkan bersama. Sebaliknya tidak ada persoalan yang ringan, jika hal itu dibiarkan berlarut-larut tanpa ada penyelesaian. Jadi saling berkomunikasi antara pasutri itu penting dan wajib, agar bahtera rumah-tangga kita tetap bisa berlayar walaupun diterpa berbagai badai cobaan. Wallahu a’lam. *** Diambil dari eramuslim (sulthoni)

Kolom Tetap Harian Fajar, dengan judul ‘Permainan Ibu Guru’ dari milist Faktual

Beginilah Musuh Islam, dan Beginilah Umat Islam Ibu Guru berjilbab rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah “Penghapus!” Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat. Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah “Penghapus!”, jika saya angkat penghapus, maka katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali. Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. “Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.” “Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-muridnya. “Paham Bu Guru” “Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?” Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil. Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet. “Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…” “Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan.” “Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?” tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo’a dahulu sebelum pulang…” Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya. *** Ini semua adalah fenomena Ghazwu lFikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya: “Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu.” (9:32). Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius ummat Islam untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa. Maka tampak dari luar masih Muslim, padahal internal dalam jiwa ummat, khususnya generasi muda sesungguhnya sudah ibarat poteng (tapai singkong, peuyeum). Maka rasakan dan pikirkanlah itu dan ingatlah bahwa dunia ini hanya persinggahan sementara, ingatlah akan Hari Pengadilan. WaLlahu a’lamu bishshawab. *** Diambil dari: eramuslim H.Muh.Nur Abdurrahman Kolom Tetap Harian Fajar, dengan judul ‘Permainan Ibu Guru’ dari milist Faktual

Beginilah Musuh Islam, dan Beginilah Umat Islam

Beginilah Musuh Islam, dan Beginilah Umat Islam Ibu Guru berjilbab rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah “Penghapus!” Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat. Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah “Penghapus!”, jika saya angkat penghapus, maka katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali. Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. “Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.” “Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-muridnya. “Paham Bu Guru” “Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?” Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil. Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet. “Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…” “Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan.” “Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?” tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo’a dahulu sebelum pulang…” Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya. *** Ini semua adalah fenomena Ghazwu lFikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya: “Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu.” (9:32). Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius ummat Islam untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa. Maka tampak dari luar masih Muslim, padahal internal dalam jiwa ummat, khususnya generasi muda sesungguhnya sudah ibarat poteng (tapai singkong, peuyeum). Maka rasakan dan pikirkanlah itu dan ingatlah bahwa dunia ini hanya persinggahan sementara, ingatlah akan Hari Pengadilan. WaLlahu a’lamu bishshawab. *** Diambil dari: eramuslim H.Muh.Nur Abdurrahman Kolom Tetap Harian Fajar, dengan judul ‘Permainan Ibu Guru’ dari milist Faktual

kisah-teladan-islam

Beginilah Musuh Islam, dan Beginilah Umat Islam Ibu Guru berjilbab rapi tampak bersemangat di depan kelas sedang mendidik murid-muridnya dalam pendidikan Syari’at Islam. Di tangan kirinya ada kapur, di tangan kanannya ada penghapus. Ibu Guru berkata, “Saya punya permainan. Caranya begini, di tangan kiri saya ada kapur, di tangan kanan ada penghapus. Jika saya angkat kapur ini, maka berserulah “Kapur!”, jika saya angkat penghapus ini, maka berserulah “Penghapus!” Murid muridnya pun mengerti dan mengikuti. Ibu Guru mengangkat silih berganti antara tangan kanan dan tangan kirinya, kian lama kian cepat. Beberapa saat kemudian sang guru kembali berkata, “Baik sekarang perhatikan. Jika saya angkat kapur, maka berserulah “Penghapus!”, jika saya angkat penghapus, maka katakanlah “Kapur!”. Dan permainan diulang kembali. Maka pada mulanya murid-murid itu keliru dan kikuk, dan sangat sukar untuk mengubahnya. Namun lambat laun, mereka sudah biasa dan tidak lagi kikuk. Selang beberapa saat, permainan berhenti. Sang guru tersenyum kepada murid-muridnya. “Anak-anak, begitulah ummat Islam. Awalnya kalian jelas dapat membedakan yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. Namun kemudian, musuh musuh ummat Islam berupaya melalui berbagai cara, untuk menukarkan yang haq itu menjadi bathil, dan sebaliknya. Pertama-tama mungkin akan sukar bagi kalian menerima hal tersebut, tetapi karena terus disosialisasikan dengan cara-cara menarik oleh mereka, akhirnya lambat laun kalian terbiasa dengan hal itu. Dan kalian mulai dapat mengikutinya. Musuh-musuh kalian tidak pernah berhenti membalik dan menukar nilai dan etika.” “Keluar berduaan, berkasih-kasihan tidak lagi sesuatu yang pelik, zina tidak lagi jadi persoalan, pakaian seksi menjadi hal yang lumrah, sex sebelum nikah menjadi suatu hiburan dan trend, materialistik kini menjadi suatu gaya hidup, korupsi menjadi kebanggaan dan lain lain. Semuanya sudah terbalik. Dan tanpa disedari, kalian sedikit demi sedikit menerimanya. Paham?” tanya Guru kepada murid-muridnya. “Paham Bu Guru” “Baik permainan kedua,” Ibu Guru melanjutkan. “Bu Guru ada Qur’an, Bu Guru akan meletakkannya di tengah karpet. Quran itu “dijaga” sekelilingnya oleh ummat yang dimisalkan karpet. Sekarang anak-anak berdiri di luar karpet. Permainannya adalah, bagaimana caranya mengambil Qur’an yang ada di tengah dan ditukar dengan buku lain, tanpa memijak karpet?” Murid-muridnya berpikir. Ada yang mencoba alternatif dengan tongkat, dan lain-lain, tetapi tak ada yang berhasil. Akhirnya Sang Guru memberikan jalan keluar, digulungnya karpet, dan ia ambil Qur’an ditukarnya dengan buku filsafat materialisme. Ia memenuhi syarat, tidak memijak karpet. “Murid-murid, begitulah ummat Islam dan musuh-musuhnya. Musuh-musuh Islam tidak akan memijak-mijak kalian dengan terang-terangan. Karena tentu kalian akan menolaknya mentah-mentah. Orang biasapun tak akan rela kalau Islam dihina dihadapan mereka. Tetapi mereka akan menggulung kalian perlahan-lahan dari pinggir, sehingga kalian tidak sadar. Jika seseorang ingin membuat rumah yang kuat, maka dibina pundasi yang kuat. Begitulah ummat Islam, jika ingin kuat, maka bangunlah aqidah yang kuat. Sebaliknya, jika ingin membongkar rumah, tentu susah kalau fondasinya dahulu. Lebih mudah hiasan-hiasan dinding akan dikeluarkan dahulu, kursi dipindahkan dahulu, lemari dikeluarkan dahulu satu persatu, baru rumah dihancurkan…” “Begitulah musuh-musuh Islam menghancurkan kalian. Mereka tidak akan menghantam terang-terangan, tetapi ia akan perlahan-lahan meletihkan kalian. Mulai dari perangai, cara hidup, pakaian dan lain-lain, sehingga meskipun kalian itu Muslim, tetapi kalian telah meninggalkan Syari’at Islam sedikit demi sedikit. Dan itulah yang mereka inginkan.” “Kenapa mereka tidak berani terang-terangan menginjak-injak Bu Guru?” tanya mereka. Sesungguhnya dahulu mereka terang-terang menyerang, misalnya Perang Salib, Perang Tartar, dan lain-lain. Tetapi sekarang tidak lagi. Begitulah ummat Islam. Kalau diserang perlahan-lahan, mereka tidak akan sadar, akhirnya hancur. Tetapi kalau diserang serentak terang-terangan, baru mereka akan sadar, lalu mereka bangkit serentak. Selesailah pelajaran kita kali ini, dan mari kita berdo’a dahulu sebelum pulang…” Matahari bersinar terik tatkala anak-anak itu keluar meninggalkan tempat belajar mereka dengan pikiran masing-masing di kepalanya. *** Ini semua adalah fenomena Ghazwu lFikri (perang pemikiran). Dan inilah yang dijalankan oleh musuh-musuh Islam. Allah berfirman dalam surat At Taubah yang artinya: “Mereka hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut-mulut mereka, sedang Allah tidak mau selain menyempurnakan cahayaNya, sekalipun orang-orang kafir itu benci akan hal itu.” (9:32). Musuh-musuh Islam berupaya dengan kata-kata yang membius ummat Islam untuk merusak aqidah ummat umumnya, khususnya generasi muda Muslim. Kata-kata membius itu disuntikkan sedikit demi sedikit melalui mas media, grafika dan elektronika, tulisan-tulisan dan talk show, hingga tak terasa. Maka tampak dari luar masih Muslim, padahal internal dalam jiwa ummat, khususnya generasi muda sesungguhnya sudah ibarat poteng (tapai singkong, peuyeum). Maka rasakan dan pikirkanlah itu dan ingatlah bahwa dunia ini hanya persinggahan sementara, ingatlah akan Hari Pengadilan. WaLlahu a’lamu bishshawab. *** Diambil dari: eramuslim H.Muh.Nur Abdurrahman Kolom Tetap Harian Fajar, dengan judul ‘Permainan Ibu Guru’ dari milist Faktual

tukang_becak1

Pak Engkos Pak Engkos, begitulah masyarakat sekitar rumahnya biasa memanggil. Beliau seorang tukang becak yang rajin ke masjid. Sholat jama’ah Maghrib, Isya’ dan subuh, hampir tak pernah absent. Seorang ibu bilang kepada saya, bahwa sebelumnya pak Engkos memiliki beberapa becak dan menyewakannya kepada tukang becak yang lain. Tinggal di rumah yang cukup lumayan, didampingi seorang istri dan seorang anak yang berusia dibawah sepuluh tahun. Karena kebijakan pemerintah setempat yang tidak mengijinkan becak beroperasi di kawasan tertentu, suatu hari becak pak Engkos kena operasi tramtib. Becakpun digusur dan dibuang ke laut. Jadilah pak Engkos tidak memiliki sarana pencari nafkah lagi. Rumah tinggalpun akhirnya ganti, dari rumah sederhana menjadi rumah yang hampir tak layak dihuni. Namun pak Engkos tetap tabah. Dia jalani kehidupannya dengan istiqomah, tetap berada di jalan Allah, tetap rajin sholat berjama’ah ke masjid, dan sekali-sekali bertindak menjadi imam sholat. Kami terkesan dengan bacaan qolqolahnya yang demikian kental. Untuk menyambung hidupnya, pak Engkos kembali menjadi tukang becak. Namun kali ini dia hanya sekedar buruh becak, yang harus memberikan uang setoran kepada majikannya. Hujan dan panas tak merintanginya bekerja menarik becak. Hingga ketuaan mulai menyapanya. Saat kondisi fisik sudah kurang mendukung, dia menderita sakit. Semakin hari semakin parah penyakitnya. Namun tak ada uang untuk pergi berobat. Hingga suatu malam datanglah seorang mahasiswa menyambangi rumahnya dan menawarkan bantuan pengobatan dengan syarat dia pindah agama. Dengan tegas pak Engkos menjawab, “Lebih baik saya mati dalam keadaan tetap beragama Islam, dari pada saya sembuh tapi harus pindah agama”. Mendengar kejadian itu, remaja masjidpun berembug. Kemudian membawa pak Engkos berobat kerumah sakit dengan pelayanan gratis tanpa biaya. Pak Engkospun bersyukur, begitu juga para remaja masjid. Karena pak Engkos berhasil berobat dengan tetap menjaga keimanannya. Janji Allah senantiasa benar. “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat:30). Ditengah kondisi ekonomi yang menghimpit, ditambah dengan menderita sakit, pak Engkos berani menolak tawaran yang menggiurkan. Dia tidak takut mati, asal dalam keadaan tetap Islam dari pada sembuh tapi harus pindah agama. Pak Engkos-pun menjadi gembira, karena pertolongan Allah melalui tangan-tangan remaja masjid yang membawanya berobat dan merawatnya di rumah sakit hingga sembuh. Pak Engkos yang istiqomah. Kini beliau sudah tiada. Allah Swt berkenan memanggilnya beberapa saat setelah pulang dari rumah sakit. Semoga Allah Swt menerima segala amal kebaikannya, mengampuni kesalahannya, dan menempatkannya ditempat yang layak. Kesulitan ekonomi bukan penghalang untuk tetap istiqomah. Penderitaan fisik, rasa sakit dan ketidak beruntungan hidup di dunia bukan penghalang untuk tetap beriman kepada-Nya. Istiqomah di jalan Allah, akan mengantarkan kita kepada kehidupan yang kekal abadi di yaumil akhir nanti. Kesulitan kita, derita Pak Engkos… mungkin belum seberapa dibandingkan dengan perjuangan dan derita Rasul serta para sahabatnya. Malu rasanya.. jika kita harus gadaikan komitmen dan keimanan kita hanya demi sesuap nasi atau bahkan agar kita dipandang mapan di tengah masyarakat yang kian materialistis.. Robbanaa laa tuzigh-quluubanaa ba’da ‘idz hadaitanaa wahab-lanaa milladunka rahmatan innaka antal wahhaab. Aamiin. (Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (Petunjuk). (QS. Ali Imran:8). Wallahu ‘a’lam bishshowab. *** (Diambil dari http://www.eramuslim.com)

Renungan Jumat: Pak Engkos

tukang_becak1Pak Engkos Pak Engkos, begitulah masyarakat sekitar rumahnya biasa memanggil. Beliau seorang tukang becak yang rajin ke masjid. Sholat jama’ah Maghrib, Isya’ dan subuh, hampir tak pernah absent. Seorang ibu bilang kepada saya, bahwa sebelumnya pak Engkos memiliki beberapa becak dan menyewakannya kepada tukang becak yang lain. Tinggal di rumah yang cukup lumayan, didampingi seorang istri dan seorang anak yang berusia dibawah sepuluh tahun. Karena kebijakan pemerintah setempat yang tidak mengijinkan becak beroperasi di kawasan tertentu, suatu hari becak pak Engkos kena operasi tramtib. Becakpun digusur dan dibuang ke laut. Jadilah pak Engkos tidak memiliki sarana pencari nafkah lagi. Rumah tinggalpun akhirnya ganti, dari rumah sederhana menjadi rumah yang hampir tak layak dihuni. Namun pak Engkos tetap tabah. Dia jalani kehidupannya dengan istiqomah, tetap berada di jalan Allah, tetap rajin sholat berjama’ah ke masjid, dan sekali-sekali bertindak menjadi imam sholat. Kami terkesan dengan bacaan qolqolahnya yang demikian kental. Untuk menyambung hidupnya, pak Engkos kembali menjadi tukang becak. Namun kali ini dia hanya sekedar buruh becak, yang harus memberikan uang setoran kepada majikannya. Hujan dan panas tak merintanginya bekerja menarik becak. Hingga ketuaan mulai menyapanya. Saat kondisi fisik sudah kurang mendukung, dia menderita sakit. Semakin hari semakin parah penyakitnya. Namun tak ada uang untuk pergi berobat. Hingga suatu malam datanglah seorang mahasiswa menyambangi rumahnya dan menawarkan bantuan pengobatan dengan syarat dia pindah agama. Dengan tegas pak Engkos menjawab, “Lebih baik saya mati dalam keadaan tetap beragama Islam, dari pada saya sembuh tapi harus pindah agama”. Mendengar kejadian itu, remaja masjidpun berembug. Kemudian membawa pak Engkos berobat kerumah sakit dengan pelayanan gratis tanpa biaya. Pak Engkospun bersyukur, begitu juga para remaja masjid. Karena pak Engkos berhasil berobat dengan tetap menjaga keimanannya. Janji Allah senantiasa benar. “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat:30). Ditengah kondisi ekonomi yang menghimpit, ditambah dengan menderita sakit, pak Engkos berani menolak tawaran yang menggiurkan. Dia tidak takut mati, asal dalam keadaan tetap Islam dari pada sembuh tapi harus pindah agama. Pak Engkos-pun menjadi gembira, karena pertolongan Allah melalui tangan-tangan remaja masjid yang membawanya berobat dan merawatnya di rumah sakit hingga sembuh. Pak Engkos yang istiqomah. Kini beliau sudah tiada. Allah Swt berkenan memanggilnya beberapa saat setelah pulang dari rumah sakit. Semoga Allah Swt menerima segala amal kebaikannya, mengampuni kesalahannya, dan menempatkannya ditempat yang layak. Kesulitan ekonomi bukan penghalang untuk tetap istiqomah. Penderitaan fisik, rasa sakit dan ketidak beruntungan hidup di dunia bukan penghalang untuk tetap beriman kepada-Nya. Istiqomah di jalan Allah, akan mengantarkan kita kepada kehidupan yang kekal abadi di yaumil akhir nanti. Kesulitan kita, derita Pak Engkos… mungkin belum seberapa dibandingkan dengan perjuangan dan derita Rasul serta para sahabatnya. Malu rasanya.. jika kita harus gadaikan komitmen dan keimanan kita hanya demi sesuap nasi atau bahkan agar kita dipandang mapan di tengah masyarakat yang kian materialistis.. Robbanaa laa tuzigh-quluubanaa ba’da ‘idz hadaitanaa wahab-lanaa milladunka rahmatan innaka antal wahhaab. Aamiin. (Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (Petunjuk). (QS. Ali Imran:8). Wallahu ‘a’lam bishshowab. *** (Diambil dari http://www.eramuslim.com)

(Diambil dari http://www.eramuslim.com)

Renungan Jumat: Pak Engkos tukang_becak1Pak Engkos Pak Engkos, begitulah masyarakat sekitar rumahnya biasa memanggil. Beliau seorang tukang becak yang rajin ke masjid. Sholat jama’ah Maghrib, Isya’ dan subuh, hampir tak pernah absent. Seorang ibu bilang kepada saya, bahwa sebelumnya pak Engkos memiliki beberapa becak dan menyewakannya kepada tukang becak yang lain. Tinggal di rumah yang cukup lumayan, didampingi seorang istri dan seorang anak yang berusia dibawah sepuluh tahun. Karena kebijakan pemerintah setempat yang tidak mengijinkan becak beroperasi di kawasan tertentu, suatu hari becak pak Engkos kena operasi tramtib. Becakpun digusur dan dibuang ke laut. Jadilah pak Engkos tidak memiliki sarana pencari nafkah lagi. Rumah tinggalpun akhirnya ganti, dari rumah sederhana menjadi rumah yang hampir tak layak dihuni. Namun pak Engkos tetap tabah. Dia jalani kehidupannya dengan istiqomah, tetap berada di jalan Allah, tetap rajin sholat berjama’ah ke masjid, dan sekali-sekali bertindak menjadi imam sholat. Kami terkesan dengan bacaan qolqolahnya yang demikian kental. Untuk menyambung hidupnya, pak Engkos kembali menjadi tukang becak. Namun kali ini dia hanya sekedar buruh becak, yang harus memberikan uang setoran kepada majikannya. Hujan dan panas tak merintanginya bekerja menarik becak. Hingga ketuaan mulai menyapanya. Saat kondisi fisik sudah kurang mendukung, dia menderita sakit. Semakin hari semakin parah penyakitnya. Namun tak ada uang untuk pergi berobat. Hingga suatu malam datanglah seorang mahasiswa menyambangi rumahnya dan menawarkan bantuan pengobatan dengan syarat dia pindah agama. Dengan tegas pak Engkos menjawab, “Lebih baik saya mati dalam keadaan tetap beragama Islam, dari pada saya sembuh tapi harus pindah agama”. Mendengar kejadian itu, remaja masjidpun berembug. Kemudian membawa pak Engkos berobat kerumah sakit dengan pelayanan gratis tanpa biaya. Pak Engkospun bersyukur, begitu juga para remaja masjid. Karena pak Engkos berhasil berobat dengan tetap menjaga keimanannya. Janji Allah senantiasa benar. “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian istiqomah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS. Fushilat:30). Ditengah kondisi ekonomi yang menghimpit, ditambah dengan menderita sakit, pak Engkos berani menolak tawaran yang menggiurkan. Dia tidak takut mati, asal dalam keadaan tetap Islam dari pada sembuh tapi harus pindah agama. Pak Engkos-pun menjadi gembira, karena pertolongan Allah melalui tangan-tangan remaja masjid yang membawanya berobat dan merawatnya di rumah sakit hingga sembuh. Pak Engkos yang istiqomah. Kini beliau sudah tiada. Allah Swt berkenan memanggilnya beberapa saat setelah pulang dari rumah sakit. Semoga Allah Swt menerima segala amal kebaikannya, mengampuni kesalahannya, dan menempatkannya ditempat yang layak. Kesulitan ekonomi bukan penghalang untuk tetap istiqomah. Penderitaan fisik, rasa sakit dan ketidak beruntungan hidup di dunia bukan penghalang untuk tetap beriman kepada-Nya. Istiqomah di jalan Allah, akan mengantarkan kita kepada kehidupan yang kekal abadi di yaumil akhir nanti. Kesulitan kita, derita Pak Engkos… mungkin belum seberapa dibandingkan dengan perjuangan dan derita Rasul serta para sahabatnya. Malu rasanya.. jika kita harus gadaikan komitmen dan keimanan kita hanya demi sesuap nasi atau bahkan agar kita dipandang mapan di tengah masyarakat yang kian materialistis.. Robbanaa laa tuzigh-quluubanaa ba’da ‘idz hadaitanaa wahab-lanaa milladunka rahmatan innaka antal wahhaab. Aamiin. (Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (Petunjuk). (QS. Ali Imran:8). Wallahu ‘a’lam bishshowab. *** (Diambil dari http://www.eramuslim.com)

Rasul

Malam sudah cukup larut, namun mata ini masih tak bisa terpejam. Semua tugas-tugas kantor yang kubawa pulang sudah selesai, tak lupa kusediakan setengah jam sebelum pukul 23.00 untuk membalas beberapa email yang baru sempat terbaca malam ini. Nyaris saja kupilih menu “shut down” setelah sebelumnya menutup semua jendela di layar komputer, tiba-tiba muncul alert yahoo masuknya email baru. “You have 1 new message(s)…”. Seperti biasanya, aku selalu tersenyum setiap kali alert itu muncul, karena sudah bisa diduga, email itu datang dari orang-orang, sahabat, saudara, kerabat, intinya, aku selalu senang menunggu kabar melalui email dari mereka. Tapi yang ini … Ooopss … ini pasti main-main … disitu tertulis “From: Muhammad Rasul Allah” Walaupun sudah seringkali menerima junkmail atau beraneka spam, namun kali ini aku tidak menganggapnya sebagai email sampah atau orang sedang main-main denganku. Maklum, meski selama ini sering sekali teman-teman yang “ngerjain”, tapi kali ini, sekonyol-konyolnya teman-teman sudah pasti tidak ada yang berani mengatasnamakan Rasulullah Saw. Maka dengan hati-hati, kuraih mouse-ku dan … klik … “Salam sejahtera saudaraku, bagaimana khabar imanmu hari ini … Kebaikan apa yang sudah kau perbuat hari ini, sebanyak apa perbuatan dosamu hari ini …” Aku tersentak … degub didada semakin keras, sedetik kemudian, ritmenya terus meningkat cepat. Kuhela nafas dalam-dalam untuk melegakan rongga dada yang serasa ditohok teramat keras hingga menyesakkan. Tiga pertanyaan awal dari “Rasulullah” itu membuatku menahan nafas sementara otakku berputar mencari dan memilih kata untuk siap-siap me-reply email tersebut. Barisan kalimat “Rasulullah” belum selesai, tapi rasanya terlalu berat untuk melanjutkannya. Antara takut dan penasaran bergelut hingga akhirnya kuputuskan untuk membacanya lagi. “Cinta seorang ummat kepada Rasulnya, harus tercermin dalam setiap perilakunya. Tidak memilih tempat, waktu dan keadaan. Karena aku, akan selalu mencintai ummatku, tak kenal lelah. Masihkah kau mencintaiku hari ini?” Air menetes membasahi pipiku, semakin kuteruskan membaca kalimat-kalimatnya, semakin deras air yang keluar dari sudut mataku. “Pengorbanan seorang ummat terhadap agamanya, jangan pernah berhenti sebelum Allah menghendaki untuk berhenti. Dan kau tahu, kehendak untuk berhenti memberikan pengorbanan itu, biasanya seiring dengan perintah yang diberikan-Nya kepada Izrail untuk menghentikan semua aktifitas manusia. Sampai detik ini, pernahkah kau berkorban untuk Allah?”. Kusorot ketengah halaman …. “Sebagai Ayah, aku contohkan kepada ummatku untuk menyayangi anak-anak mereka dengan penuh kasih. Kuajari juga bagaimana mencintai istri-istri tanpa sedikit melukai perasaannya, sehingga kudapati istri-istriku teramat mencintaiku atas nama Allah. Aku tidak pernah merasakan memiliki orangtua seperti kebanyakan ummatku, tapi kepada orang-orang yang lebih tua, aku sangat menghormati, kepada yang muda, aku mencintai mereka. Sudahkah hari ini kau mencium mesra dan membelai lembut anak-anakmu seperti yang kulakukan terhadap Fatimah? Masihkah panggilan sayang dan hangat menghiasi hari-harimu bersama istrimu? Sudahkah juga kau menjadi pemimpin yang baik untuk keluargamu, seperti aku mencontohkannya langsung terhadap keluargaku?. Satu hentakkan pagedown lagi … “Aku telah memberi contoh bagaimana berkasih sayang kepada sesama mukmin, bersikap arif dan bijak namun tegas kepada manusia dari golongan lainnya, termasuk menghormati keberadaan makhluk lain dimuka bumi. Saudaraku …” Cukup sudah. Aku tak lagi sanggup meneruskan rentetan kalimatnya hingga habis. Masih tersisa panjang isi email dari Rasulullah, namun baru yang sedikit ini saja, aku merasa tidak kuat. Aku tidak sanggup meneruskan semuanya karena sepertinya Rasulullah sangat tahu semua kesalahan dan kekuranganku, dan jika kulanjutkan hingga habis, yang pasti semuanya tentang aku, tentang semua kesalahan dan dosa-dosaku. Kuhela nafas panjang berkali-kali, tapi justru semain sesak. Tiba-tiba pandanganku menjadi gelap, entah apa yang terjadi. Sudah tibakah waktuku? Padahal aku belum sempat me-reply email Rasulullah itu untuk memberitahukan kepada beliau bahwa aku tidak akan menjawab semua emailku dengan kata-kata. Karena aku yakin, Rasul lebih senang aku memperbaiki semua kesalahanku hari ini dan hari-hari sebelumnya, dari pada harus bermanis-manis mengumbar kata memikat hati, yang biasanya tak berketerusan dengan amal yang nyata. Pandanganku kini benar-benar gelap, pekat sampai tak ada lagi yang bisa terlihat. Hingga … nit… nit… alarm jam tanganku berbunyi. 00.00 WIB. Ah, kulirik komputerku, kosong, kucari-cari email dari Rasulullah di inbox-ku. Tidak ada. Astaghfirullaah, mungkinkah Rasulullah manusia mulia itu mau mengirimi ummatnya yang belum benar-benar mencintainya ini sebuah email? Ternyata aku hanya bermimpi, mungkin mimpi yang berangkat dari kerinduanku akan bertemu Rasul Allah. Tapi aku merasa berdosa telah bermimpi seperti ini. Tinggal kini, kumohon ampunan kepada Allah atas kelancangan mimpiku. Wallahu “a”lam bishshowaab *** Eramuslim – Bayu Gautama

Masihkah Kita Merasa Sebagai Ummatnya Nabi Muhammad SAW?

Tanggal 12 Rabi’ul Awal memiliki arti penting bagi Nabi Muhammad SAW dan seluruh ummat Islam di belahan dunia mana pun. Pada tanggal itu beliau dilahirkan, dan pada tanggal itu pula beliau wafat, tentu tahunnya berbeda. Sudah empat belas abad lebih kita terpisah dengan kehidupan Rasul yang agung Nabi Muhammad SAW namun gaung keindahan pribadinya tetap bergema sampai saat ini dan akan tetap demikian hingga putaran dunia ini berakhir. Bagi kita adalah bagaimana menyimak sirah-nya, mengambil ibrah-nya dan mengamalkan ghirah-nya. Sebab, sosok Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah peradaban dunia, sudah sepatutnya diteladani oleh kaum Muslimin. Tapi, roda kehidupan berputar terus tak terkendali, dan kehidupan ummat manusia pun bergerak mengikuti peregerakan zaman yang semakin hari semakin canggih. Pergerakan gaya hidup pun semakin hari semakin tak terkendali sehingga hampir kebanyakan manusia sudah terpedaya oleh tipu muslihatnya setan la’natullah, dan kehidupan manusia pun telah banyak berubah seiring dengan pergerakan gaya hidup itu sendiri. Banyak dari ummat manusia lebih mencintai dunia daripada kehidupan di akhirat kelak. Apalagi sekarang kita berada di sebuah zaman, yang menunjukkan bahwa manusia sudah benar-benar lebih sesat dari binatang; Seorang anak membunuh ibunya, seorang ibu membunuh anaknya, seorang ayah memperkosa anak perempuannya, aurat dipertontonkan dengan menggunakan kecanggihan teknologi, harga diri dijual menjadi ajang komoditi dan lain sebagainya. Itu semua terjadi karena, setiap manusia punya peluang untuk dijerumuskan oleh setan, sehingga kita juga merasa tidak aneh lagi di zaman sekarang ini, melihat banyak orang yang tidak melaksanakan shalat, tidak shaum ketika bulan Rammadhan, membuka aurat di tempat umum dan lain sebagainya. Dan perbuatan itu juga kadang atau malah kita sendiri yang suka melakukannya. Oleh karena itu, coba tanya diri kita, “Masihkah kita merasa sebagai umatnya Nabi Muhammad SAW??? “Masihkan kita mencintainya??? “Masihkan kita merindukan-Nya sehingga kita ingin sekali bertatap muka, mencium tangannya, mendekapnya, bercengkrama dan lain sebagainya??? Coba kita rasakan syair nashid dari Raihan yang berjudul Ya Rasulullah berikut ini, mudah-mudahan ini dapat membantu kita, menumbuhkan kembali kecintaan kita, kerinduan kita kepada Nabi Muhammad SAW yang mungkin telah lama kita campakkan ajarannya, perintahanya, anjurannya, akhlaknya dan lain sebagainya. Dan mudah- mudahan dengan perenungan ini juga kita masih merasa bahwa diri kita masih sebagai ummat Nabi Muhammad SAW yang berhak mendapatkan pembelaan beliau dihadapan Allah SWT dengan syafa’atnya: Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat ku tatap wajahmu, Kan pasti mengalir air mataku, karena pancaran ketenanganmu Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat ku kecup tanganmu, Moga mengalir keberkatan dalam diriku, untuk mengikut jejak langkahmu Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Tak pernah ku tatap wajahmu, Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Kami rindu padamu… Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim, Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim… Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat ku dekap dirimu, Tiada kata yang dapat aku ucapkan, hanya Tuhan saja yang Tahu Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Tak pernah ku tatap wajahmu, Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Kami rindu padamu… Ku tahu cintamu kepada ummat, Ummati… ummati…, Kau tahu bimbangnya kau tentang kami, syafa’atkan kami… Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat ku tatap wajahmu, Kan pasti mengalir air mataku, karena pancaran ketenanganmu Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Tak pernah ku tatap wajahmu, Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Kami rindu padamu… Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Terimalah kami sebagai ummatmu, Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Kurniakanlah syafa’atmu… Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim, Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim… Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim, Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim… “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzaab” (33): 56) *** Sumber: jkmhal.com

kaligrafi

Masihkah Kita Merasa Sebagai Ummatnya Nabi Muhammad SAW? Tanggal 12 Rabi’ul Awal memiliki arti penting bagi Nabi Muhammad SAW dan seluruh ummat Islam di belahan dunia mana pun. Pada tanggal itu beliau dilahirkan, dan pada tanggal itu pula beliau wafat, tentu tahunnya berbeda. Sudah empat belas abad lebih kita terpisah dengan kehidupan Rasul yang agung Nabi Muhammad SAW namun gaung keindahan pribadinya tetap bergema sampai saat ini dan akan tetap demikian hingga putaran dunia ini berakhir. Bagi kita adalah bagaimana menyimak sirah-nya, mengambil ibrah-nya dan mengamalkan ghirah-nya. Sebab, sosok Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah peradaban dunia, sudah sepatutnya diteladani oleh kaum Muslimin. Tapi, roda kehidupan berputar terus tak terkendali, dan kehidupan ummat manusia pun bergerak mengikuti peregerakan zaman yang semakin hari semakin canggih. Pergerakan gaya hidup pun semakin hari semakin tak terkendali sehingga hampir kebanyakan manusia sudah terpedaya oleh tipu muslihatnya setan la’natullah, dan kehidupan manusia pun telah banyak berubah seiring dengan pergerakan gaya hidup itu sendiri. Banyak dari ummat manusia lebih mencintai dunia daripada kehidupan di akhirat kelak. Apalagi sekarang kita berada di sebuah zaman, yang menunjukkan bahwa manusia sudah benar-benar lebih sesat dari binatang; Seorang anak membunuh ibunya, seorang ibu membunuh anaknya, seorang ayah memperkosa anak perempuannya, aurat dipertontonkan dengan menggunakan kecanggihan teknologi, harga diri dijual menjadi ajang komoditi dan lain sebagainya. Itu semua terjadi karena, setiap manusia punya peluang untuk dijerumuskan oleh setan, sehingga kita juga merasa tidak aneh lagi di zaman sekarang ini, melihat banyak orang yang tidak melaksanakan shalat, tidak shaum ketika bulan Rammadhan, membuka aurat di tempat umum dan lain sebagainya. Dan perbuatan itu juga kadang atau malah kita sendiri yang suka melakukannya. Oleh karena itu, coba tanya diri kita, “Masihkah kita merasa sebagai umatnya Nabi Muhammad SAW??? “Masihkan kita mencintainya??? “Masihkan kita merindukan-Nya sehingga kita ingin sekali bertatap muka, mencium tangannya, mendekapnya, bercengkrama dan lain sebagainya??? Coba kita rasakan syair nashid dari Raihan yang berjudul Ya Rasulullah berikut ini, mudah-mudahan ini dapat membantu kita, menumbuhkan kembali kecintaan kita, kerinduan kita kepada Nabi Muhammad SAW yang mungkin telah lama kita campakkan ajarannya, perintahanya, anjurannya, akhlaknya dan lain sebagainya. Dan mudah- mudahan dengan perenungan ini juga kita masih merasa bahwa diri kita masih sebagai ummat Nabi Muhammad SAW yang berhak mendapatkan pembelaan beliau dihadapan Allah SWT dengan syafa’atnya: Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat ku tatap wajahmu, Kan pasti mengalir air mataku, karena pancaran ketenanganmu Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat ku kecup tanganmu, Moga mengalir keberkatan dalam diriku, untuk mengikut jejak langkahmu Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Tak pernah ku tatap wajahmu, Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Kami rindu padamu… Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim, Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim… Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat ku dekap dirimu, Tiada kata yang dapat aku ucapkan, hanya Tuhan saja yang Tahu Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Tak pernah ku tatap wajahmu, Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Kami rindu padamu… Ku tahu cintamu kepada ummat, Ummati… ummati…, Kau tahu bimbangnya kau tentang kami, syafa’atkan kami… Alangkah indahnya hidup ini, andai dapat ku tatap wajahmu, Kan pasti mengalir air mataku, karena pancaran ketenanganmu Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Tak pernah ku tatap wajahmu, Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Kami rindu padamu… Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Terimalah kami sebagai ummatmu, Ya Rasulallah, Ya Habiballah…, Kurniakanlah syafa’atmu… Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim, Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim… Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim, Allahumma shalli ‘ala Muhammad, Ya Rabbi shalli ‘alaihi wa saliim… “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. (QS. Al-Ahzaab” (33): 56) *** Sumber: jkmhal.com

Copyright @ 2013 Muslim Journey.