Senin, 01 April 2013

Filled Under:

Doa Sapu Jagad

Mengapa ada istilah do’a sapu jagad…? Apa dan bagaimana perannya…? Begitu populernya do’a ini. Sebuah do’a yang tertera dalam kitab suci Al-Qur’an, surat Al-Baqarah ayat 201. Di dalam kegiatan manasik haji, do’a ini menjadi idola para calon jamaah haji. Maklum dengan hafal do’a ini, konon akan mempermudah para jama’ah dalam melakukan aktivitas perjalanan hajinya. Do’a ini mampu mengganti do’a-do’a lain, yang begitu banyak tersebar dalam setiap aktivitas di tanah haram. Begitu populernya do’a ini, sehingga setiap orang ketika melakukan do’a untuk memohon sesuatu kepada Allah, baik secara pribadi maupun secara kolektif, selalu ditutup dengan do’a ini. QS. Al-Baqarah (2) : 200 – 202 Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah kepada Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut nenek moyangmu, atau berzikir lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdo’a: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdo’a: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka”. Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. Sungguh sangat layak do’a ini disebut sebagai doa ‘sapu jagad’ atau doa universal, sebab : 1. Jangkauannya kini & nanti (dunia & akhirat) Apa yang diinginkan oleh do’a ini memiliki jangkauan yang sangat luas. Isi dalam do’a ini tidak menginginkan suatu yang bersifat materi, tetapi lebih kepada sesuatu yang memiliki makna lebih penting, lebih luas, lebih menyeluruh, dengan masa yang sangat panjang. Tidak terbatas pada kehidupan dunia saja tetapi, menjangkau pada kehidupan akhir yang lebih abadi, lebih kekal, dan lebih indah dibanding dengan kehidupan kini. QS. Al-A’laa (87) : 16-17 Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. QS. Qashash (28) : 77 Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan, janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Meskipun urusan duniawi begitu kecilnya dibandingkan dengan urusan akhirat, tetapi tetap urusan duniawi jangan dilupakan. Karena melalui dunia inilah keberhasilan akhirat akan kita dapatkan. 2. Mengapa formulasinya dunia lebih dahulu? Apakah lebih penting dunia dibanding akhirat? Seseorang bertanya dalam suatu diskusi agama. “Apabila akhirat lebih penting, mengapa di dalam kita berdo’a, yang diucapkan lebih dahulu, atau yang diminta lebih dahulu adalah kebahagiaan dunia? Bukan kebahagiaan akhirat? Apa maksudnya?” Maka dengan bijaksana, sang ustadz-pun menjawab: “Benar, bahwa akhirat itu memang lebih penting. Dengan didahulukannya sebutan dunia, bukan ‘berarti dunia yang lebih penting, tetapi justru akhirat-lah yang jauh lebih penting.” Lanjut pak Ustadz : “Rasul pernah mengatakan bahwa hidup ini bagaikan garis lurus. Jika anda yakin seperti apa yang disampaikan Rasulullah, maka sebenarnya dunia dan akhirat berada pada satu garis lurus. Artinya kita akan bertemu dengan akhirat setelah kita melalui dunia ini.” Dengan kata lain, jika yang kita tuju hanya dunia saja, kita tidak akan bertemu dengan akhirat. Karena letaknya akhirat di ujung perjalanan. Sebaliknya jika yang kita tuju adalah kehidupan akhirat, kita pasti akan bertemu dan melewati dunia.” “Hal itu dikarenakan posisi dunia berada pada jarak yang lebih dekat, sementara akhirat berada pada penghujung perjalanan manusia….” “…alhamdulillaah, saya mengerti ustadz, terima kasih…” jawab sang penanya. 3. Perbandingan dunia dan akhirat? Selain masalah sebutan yang mendulukan dunia daripada akhirat, perbandingan dunia dan akhirat selalu saja menjadi bahan pembicaraan dalam setiap diskusi. Kata seseorang peserta diskusi : “Dunia ini begitu luasnya, bumi tak ada artinya dibanding dengan besarnya alam semesta raya yang sulit diukur batasnya. Lalu bagaimana dengan kehidupan akhirat nanti? Seberapa luas kehidupan akhirat nanti?” Pak Ahmad, sebagai salah satu peserta diskusi mencoba menjawabnya :”…tentu kita tidak bisa mengukur secara pasti luasnya negeri akhirat, tetapi saya teringat kata rasulullah saw, bahwa perbandingan dunia dengan akhirat seperti setetes air yang jatuh dari ujung jari kita ke dalam samudera. Sementara air yang ada di samudera itulah akhirat nanti…! Berarti benar-benar kehidupan dunia yang nampaknya luas dan besar ini, tidak ada artinya sama sekali, dibanding dengan kehidupan akhirat. Yang jauh lebih luas, jauh lebih kekal, jauh lebih abadi, dan jauh lebih indah…” Peserta diskusinya pun membenarkan pendapatnya. Begitu pendapatnya disetujui oleh peserta lain, Ahmad pun membuka Al-Qur’an yang ada di tangannya, dan ia mengutip sebuah ayat Al-qur’an yang berbunyi : Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di ahirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Al-Hadiid 57 : 20) 4. Digunakan sebagai penutup do’a Disebut do’a sapu jagad, karena do’a ini telah disepakati oleh para ulama, bahwa berdo’a tanpa do’a ini rasanya tidak lengkap. Bahkan begitu populernya do’a sapu jagad ini, sampai seorang non Islam yang bekerja sebagai fotografer pada suatu acara pernikahan, ia hafal betul. Setelah pak ustadz membaca do’a “Rabbanaa aatina fiddunya hasanah…”ini, sang fotografer pun mengetahui bahwa do’a telah menjelang selesai. Dan ia siap bertugas untuk memotret acara berikutnya. Pak Robert sang juru potret itu, ketika ditanya oleh seseorang yang kebetulan duduk di sebelahnya, mengapa ia mengetahui bahwa do’a pada acara itu sudah menjelang selesai? ia menjawab : “wah, saya sudah hafal betul. Do’a sepanjang apa pun menurut pengalaman saya, jika sudah sampai pada do’a tersebut berarti do’a sudah hampir selesai.” Katanya. 5. Tidak berani minta surga Satu hal yang perlu kita ingat dan kita renungkan, ialah bahwa dalam do’a ini kita tidak diajari untuk meminta surga. Sementara dalam kehidupan kita sehari-hari apabila kita bertanya pada setiap orang, apa yang mereka inginkan jika mereka berbuat baik? Mungkin lebih dari sembilan puluh persen mereka akan mengatakan minta surga. Tetapi do’a sapujagad ini, do’a yang paling dihafal oleh seluruh umat Islam ini adalah do’a yang di dalamnya tidak mengajarkan untuk minta surga. Ada apa gerangan? Mengapa? Dari seluruh ayat Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat kata-kata surga, tidak satu pun ayat yang mengatakan bahwa manusia dengan perbuatan baiknya yang telah dilakukan ketika hidup di dunia, dengan sendirinya ia akan masuk surga. Tetapi yang ada di dalam Al-Qur’an ialah bahwa Allah-lah yang akan memasukkan surga kepada siapa yang dikehendakiNya. Allah menggunakan kekuasaanNya, dan akan memasukkan surga kepada siapa saja yang dikehendakiNya. Surga adalah milik Allah. Surga adalah sebuah hadiah dari Allah bagi orang yang berhasil dalam perjuangannya ketika di dunia. Surga adalah tempat kenikmatan yang diberikan oleh Allah Swt. Surga bukan ada dengan sendirinya. Surga bukan tujuan akhir bagi seorang hamba. Sebab tujuan akhir dari perjalanan manusia adalah Allah Swt. Dzat Yang Maha Indah, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Raja di hari kemudian, Dialah Allah Azza walla, Dzat Yang Maha segala Maha…. Yang hanya kepadaNya semua akan kembali. QS. At-Taubah (9) : 21 Tuhan mereka menggembirakan mereka dengan memberikan rahmat daripada-Nya, keridhaan dan surga, mereka memperoleh di dalamnya kesenangan yang kekal, QS. An-Nisa’ (4) :13 Hukum-hukum tersebut itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. QS.Al-Insan (76) : 31 Dia memasukkan siapa yang dikehendakiNya ke dalam rahmat-Nya (surga). Dan bagi orang-orang zalim disediakan-Nya azab yang pedih. 6. Yang diminta dalam do’a sapu jagad Dalam do’a tersebut yang diharapkan dan diminta oleh seorang hamba kepada Tuhannya ada tiga aspek utama. Yang hal tersebut secara eksplisit lebih dipentingkan dari pada surga. 1. Dunia yang Khasanah Apakah dunia yang khasanah itu? Dunia yang khasanah adalah kehidupan dunia yang menentramkan hati, yang menjadikan jiwa menjadi tenang dan damai. Merasa cukup dengan apa yang dimilikinya. Bisa sabar terhadap ujian dan cobaan yang menimpa, serta selalu bersyukur terhadap nikmat yang yang diberikan. QS. Al-Fajr (89) : 27-30 Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. 2. Akhirat yang Khasanah Apakah akhirat yang khasanah itu? Kehidupan di hari akhir nanti tak ada pilihan lain kecuali surga atau neraka. Surga adalah tempat balasan bagi orang-orang yang berhasil dalam kehidupannya. Ia telah sukses menjalankan perintah Allah, dan dengan rela ia meninggalkan larangan-laranganNya. Sementara neraka adalah tempat siksa bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah. Mereka selalu melakukan perbuatan yang dilarangNya dan tidak pernah menjalankan apa yang diperintahkanNya. Di alam akhirat nanti, orang-orang yang mendapatkan akhirat khasanah, mereka betul-betul bahagia. Selain mendapatkan surga yang telah dijanjikan Allah, mereka juga bertemu dengan Allah swt dalam keadaan bahagia. QS. Al-Hasyr (59) : 20 Tiada sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-penghuni surga; penghuni-penghuni surga itulah orang-orang yang beruntung. QS.Al-Kahfi (18) : 31 Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat-istirahat yang indah; QS. Ali-Imran (3) : 12 Katakanlah kepada orang-orang yang kafir: “Kamu pasti akan dikalahkan (di dunia ini) dan akan digiring ke dalam neraka Jahannam. Dan itulah tempat yang seburuk-buruknya”. 3. Terhindar dari siksa api neraka Neraka, adalah seburuk-buruknya tempat kembali. Demikian informasi dari Al-Qur’an al Karim. Bahkan bahan bakarnya terdiri dari manusia dan batu. uih, begitu menggiriskan…tentu saja sebagai hamba yang beriman kita mohon untuk dihindarkan dari siksa neraka ini. Karenanya do’a sapu jagad tersebut, betul-betul do’a yang tepat, yang universal, yang dipakai untuk penutup dari segala do’a. QS. Ali-Imran (3) : 10 Sesungguhnya orang-orang yang kafir, harta benda dan anak-anak mereka, sedikitpun tidak dapat menolak (siksa) Allah dari mereka. Dan mereka itu adalah bahan bakar api neraka, QS. Ali-Imran (3) : 192 Ya Tuhan kami, sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh, telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun. 7. Yang penting adalah mendapat ampunanNya Mohon ampun adalah salah satu sifat dari orang yang taqwa. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bagaimana ciri-ciri orang yang bertaqwa yang selalu mohon ampunan Allah QS. An-Nisa’ (4) : 106 dan mohonlah ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. An-Nisa’ (4) : 110 Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. QS. Ali-Imran (3) : 17 (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap ta’at, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur. Bahkan mohon ampun di waktu malam (waktu sahur), merupakan salah satu ciri istimewa bagi orang yang bertaqwa. Bangun di waktu sepertiga malam ketika sebagian besar manusia terlelap dalam tidurnya, seorang hamba yang bertaqwa bangun dari tidurnya. Bergegas ia ke kamar mandi mengambil air wudhu. Dibasuhnya semua perilaku yang salah, melalui tangannya. Dibasuhnya ucapan yang sering khilaf melalui mulutnya. Dibasuhnya pandangannya, dibasuhnya nafasnya, dibasuhnya fikirannya… Dan akhirnya dibasuhnya kedua kakinya dengan maksud agar langkah kakinya yang sering tak terarah itu menjadi bersih, suci, untuk menghadap sang Ilahi. Dan akhirnya setelah semua anggota wudhu’ sudah dibasuhnya dengan khusyu, ia mengangkat kedua tangannya untuk bermunajat kepada Allah: “Asyhadu an laa ilaaha illallahu wahdahu la syarika lahu, wa asyhadu anna Muhammad abduhu warasuluhu. Allahummaj’alni minattawwabina, waj’alni minal mutathahhiriina.” (HR. Attirmidzi) Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah jadikanlah aku sebagai golongan orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang suci. Dengan wudhu yang semacam itu, maka terasa begitu lapang dada ini. Maka ketika seorang hamba mengangkat kedua tangannya untuk memulai shalat, yaitu ketika takbiratul ihram, niscaya hatinya akan terfokus hanya untuk Allah semata. Bacaan saat itu terasa menggetarkan dada. Dan insya Allah, Allah Swt sebagai Dzat Yang Maha Pengampun akan memaafkan segala kesalahan hambaNya. Ampunan adalah kunci surga. Tak ada seorang pun yang bisa masuk surga tanpa ampunanNya. Sebab manusia selalu berpeluang untuk melakukan kesalahan. Seorang yang mendapatkan ampunanNya insya Allah jalannya akan lurus. Dan insya Allah akan mendapat kesuksesan dalam hidupnya. Baik di dunia ini lebih-lebih dalam kehidupan akhirat nanti. Sungguh tak seorang pun yang bersih dari khilaf dan salah. Manakala seorang hamba terlanjur berbuat salah, maka mohon ampun itulah obat mujarabnya. Dengan bertaubat sebenar-benarnya taubat, insya Allah terbukalah hijab yang menutupi hatinya. Karena hijab inilah yang membuat manusia menjadi tertutup nuraninya, sehingga sering berbuat salah. Dan Allah pun, insya Allah akan memberikan ampunan yang tiada terhingga itu, untuk hamba yang dicintaiNya.. *** Dari Sahabat

0 comments:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 Muslim Journey.