perubahan bangsa Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Menatap, Maha Menyaksikan segala-galanya, Maha Tahu segala isi hati kita. Semoga hati kita ini benar-benar terpelihara, terpelihara dari kesombongan melihat orang yang lebih rendah dari diri kita, terpelihara dari riya jika diperlihatkan amal-mal kita atau dipuji oleh makhluk, terpelihara dari kedengkian terhadap sesama karena kita sering sekali tidak tahan melihat kelebihan saudara kita dan ada kegembiraan dengan kesusahan atau derita sudara kita sendiri. Bangsa kita yang sedang sakit ini adalah ladang amal bagi kita. Kita boleh kecewa, kita boleh terluka, tetapi yang paling harus kita lakukan adalah berbuat sesuatu untuk memperbaiki. Kalau selesai urusan bangsa ini dengan kecewa, marilah kita kecewa habis-habisan. Kalau selesai hanya hanya dengan mencaci dan memaki, tapi yang pasti sikap yang buruk tidak akan menyelesaikan persoalan bangsa ini. Bahkan malah menambah masalah. Oleh karena itu, kita harus berbuat sesuatu dengan cara terindah dan yang termulia yang kita mampu. Kita bangkitakan bangsa ini dengan penuh kehormatan. Kalau semua komponen bangsa hanya memmikirkan keadaan saat ini saja, lalu bagaimana ketika orang yang berperan saat ini lengser? Harus kita persiapkan penggantinya yang terbaik. Oleh karena itu, mari kita pikirkan siapa kira-kira yang nantinya berhak dan layak memimpin bangsa ini. Apakah yang terjadi selama ini harus kita jadikan pelajaran berharga. Betapa membangun bangsa, ternyata tidak cukup hanya dengan membangun akan, tidak cukup dengan membangun otot, tidak cukup dengan membangun jalan, tapi yaang paling pokok adalah membangun nurani bangsa ini. Dengan nurani yang sehat, maka pikiran akan jernih, tubuh sehat, raut muka cerah berseri, semangat bangkit, dan akhlak akan mulia. Mampukah kita mengubah bangsa ini? Cara apa yang akan kita gunakan untuk mengubah bangsa ini? Apakah dengan membuka pembicaraan-pembicaraan tentang perubahan bangsa dapat otomatis mengubah bangsa ini menjadi sejahtera, damai dan menjadi bangsa yang mulia? nampaknya tidak semudah itu. Bohong kalau ada orang yaang mengatakan bahwa dia mampu megubah bangsa, tanpa dia sendiri mau dan mampu mengubah dirinya terlebih dahulu. Kepala sekolah tidak usah berharap banyak murid-muridnya berperilaku baik, jika para gurunya tidak sangat serius memperbaiki diri. Tidak pernah ada riwayat bisa memperbaiki orang lain tanpa diawali memperbaiki diri, karena kekutan perubahan itu kalau perkataan dan perbuatan sama. Berapa banyak pemimpin yang jatuh karena perkataan dan perbuatannya tidak cocok? Seorang ibu akan jatuh wibawanya di depan suami dan anak-anaknya jika ibu yang rajin ke pengajian, rajin mencari ilmu tapi tidak mengamalkan ilmunya. Demikian juga seorang suami akan tidak berwibawa di depan isteri dan anak-anaknya kalau antara perkataan dan perbuatannya tidak cocok. Maka perubahan bangsa ini hanya bisa terjadi kalau kita gemar melihat kekurangan sendiri sebelum kekurangan orang lain, kemudian bertekad memperbaikinya. Tidak pernah ada orang yang sukses kecuali orang yang paling gigih memperbaiki diri. kalau kita terus memperbaiki diri siang malam, maka orang lain akan banyak mengikuti kita. Sebaliknya, kalau kita sibuk dengan keinginan mencapai kesuksesan dalam pekerjaan, politik dan lain sebagainnya tanpa disertai keinginan kuat untuk memperbaiki diri, maka tidak akan terjadi sebuah perubahan bangsa. Kita sering tertipu oleh pujian orang lain kepada kita. Kita menganggap diri mulia karena orang lain menghormati kita. Padahal kita sendiri tidak tahu banyak niat dibalik penghormatan itu. Jangan terlalu senang dengan penghormatan orang, karena akibatnya akan menjerumuskan kita sendiri. Sahabatku, tidak ada perubahaan sebelum berani mengubah diri sendiri (3 M: Mulai dari diri sendiri, Mulai dari hal yang terkecil, dan Mulai saat ini). Kita tidak akan pernah rugi melihat kekurangan sendiri. Tidak ada kesuksesan, tidak ada masa depan, kecuali bagi orang yang mengawali dengan berani mencari kekurangan sendiri dan gigih untuk memperbaikinya. *** Dari Sahabat
Selasa, 17 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar