Meminta Jabatan Semua manusia baik laki-laki maupun perempuan suatu saat akan menerima jabatan dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat baik bersifat umum maupun khusus. Jabatan merupakan suatu kebutuhan esensi yang mendasar, maka Islam hadir melihat bagaimana memandang suatu jabatan yang dapat menyelamatkan manusia dari mengarungi kehdupan didunia maupun diakherat kelak. Jabatan telah hadir menyentuh sendi-sendi kehidupan manusia dari jabatan terendah (Operator,Tukang sapu, Satpam, office boy, RT, Lurah, dsb) sampai yang tertinggi (Presiden, Mentri,Pengusaha, Manager, direktur ataupun Owner)…artinya sesuatu yang mempunyai kesepakan umum baik yang tertulis maupun yang tersirat itulah makna Jabatan. Dari Abu Said Abdurrahman bin Saumah berkata bahwa Rosulullah saw bersabda ”Wahai Abdurrahman bin Saumah, janganlah kamu meminta jabatan. Apabila kamu diberi dan tidak memintanya, maka kamu akan mendapat pertolongan Allah dalam melaksanakannya. Dan jika kamu diberi jabatan karena memintanya, maka jabatan itu diserahkan sepenuhnya (HR. Bukhari & Muslim dalam Kitab Riyadush Shalihin Abu Fajar Alqalami-Abd. Wahid Albanjari hal-280). Dari hadis diatas maka seluruh umat Nabi Muhammad SAW siapapun dan dimanapun berada dilarang meminta jabatan. Kini terdapat fenomena orang-orang berlomba-lomba meraih jabatan. Mengapa Islam melarang meminta jabatan paling tidak ada dua hikmah dari hadis diatas yaitu : Pertama, orang yang berambisi mendapat jabatan akan cenderung menempuh cara-cara yang tidak halal yang akhirnya besar kemungkinan jabatan itu akan banyak disalah gunakan. Jabatan tidak lagi dianggap sebagai amanah yang harus dipertanggung jawabkan. Kedua, Orang yang mendapat jabatan karena ambisi, ia akan dibebani dengan jabatan itu. Berat nya pekerjaan dan tanggung jawab harus ia jalani sendiri. Dengan Ambisinya dapat memudarat kan dirinya sehingga meminta suatu jabatan sesuatu yang lazim. Syarat-syarat memperoleh jabatan. Dari Abu Dzar ra. Berkata : aku bertanya kepada Nabi SAW, mengapa beliau tidak memberi jabatan kepadaku. Maka Nabi saw menepuk bahuku dan berkata ” Wahai Abu Dzar, sesungguhnya kamu adalah orang yang lemah sedangkan jabatan adalah suatu kepercayaan yang pada hari kiamat merupakan suatu kehinaan dan penyesalan. Kecuali bagi pejabat yang dapat memanfaatkan kewajiban sebaik-baiknya. (HR. Bukhari. Riyadush Shalihin hal-281). Dari kedua hadis diatas boleh tidaknya seseorang menduduki suatu jabatan dan agar selamat dunia dan akherat adalah Kepercayaan, Kejujuran, Keahlian dan Ketakwaan mutlak harus dimiliki. Marilah kita introspeksi diri sudahkah kita termasuk memperoleh jabatan selama ini dari kedua hadis tersebut? Hanya diri kita yang jujur yang dapat menjawabnya. *** Oleh: Bambang Wijonarso
Sabtu, 14 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar