syukur Oleh : Asep Sulhadi Muhasabah atau introspeksi diri adalah kata yang hakikatnya sering disalahpahami mayoritas orang. Mereka beranggapan introspeksi diri adalah mengingat perbuatan dosa yang telah dilakukan, dengan menyesali dan menangisinya. Padahal, pengertian tersebut bukanlah termasuk ke dalam muhasabah. Namun itu adalah salah satu dari syarat-syarat taubatan nasuhan (taubat yang murni). Merujuk kepada hadis Rasulullah SAW tentang hakikat muhasabah, akan kita temukan yang dimaksud dengan muhasabah adalah memaksakan diri dan menundukkannya agar taat melaksanakan semua perintah Allah SWT sebagai bekal di akhirat. Rasulullah SAW menyebut orang seperti itu dengan sebutan ‘orang yang berakal’. “Orang yang berakal adalah orang yang memaksa dirinya untuk taat kepada Allah SWT dan berbuat (mempersiapkan bekal) bagi akhirat, sedangkan orang yang lemah adalah orang yang membiarkan dirinya mengikuti hawa nafsu kemudian berangan-angan agar Allah mengampuninya.” (HR At Tirmidzi). Muhasabah menurut Rasulullah SAW sama artinya dengan jihad nafs atau jihad memerangi dan mengekang hawa nafsu. Rasulullah SAW dalam sabdanya yang lain menegaskan jihad nafs adalah salah satu jihad paling besar dan termasuk ke dalam hakikat seorang mujahid. “Mujahid adalah orang yang mengekang jiwanya untuk taat kepada perintah Allah.” (HR Ahmad). Dari pengertian di atas, jelas bahwa hakikat muhasabah bukan mengingat dosa-dosa yang telah lalu, kemudian menyesali dan menangisinya. Namun, hakikat muhasabah adalah memaksakan diri untuk taat melaksanakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya. Karenanya, Umar bin Al Khatab pernah berkata, “Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, karena sesungguhnya hisab pada hari kiamat adalah ringan bagi orang-orang yang menghisab dirinya di dunia.” Maksudnya adalah tundukkanlah diri kalian agar patuh melaksanakan semua perintah Allah dan menjauhi larangannya karena dengan cara inilah hisab kalian akan ringan pada hari kiamat. Marilah kita bergegas melaksanakan hakikat muhasabah yaitu dengan mengerjakan semua perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangannya, agar di akhirat kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang hisabnya ringan. Wallahu a’lam bish-shawab. *** republika.co.id
Selasa, 17 September 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar