Pujian dan Doa
Oleh : Siti Nuryati
Pujian adalah fenomena umum yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Banyak tujuan orang memberi pujian. Ekspresi kekaguman, sekadar basa-basi atau bisa juga pujian yang diucapkan untuk menjilat. Bila disikapi secara sehat dan proporsional, pujian bisa menjadi hal positif yang dapat memotivasi untuk terus meningkatkan diri. Namun kenyataannya, pujian justru lebih sering membuat kita lupa daratan, lepas kontrol, bahkan takabur.
Semakin sering orang lain memuji, makin besar potensi kita untuk terlena, besar kepala, serta hilang kendali diri. Rasulullah SAW memberi teladan yang menarik menyikapi pujian ini.
Pertama, selalu mawas diri agar tidak terbuai pujian yang dikatakan orang. Setiap kali ada yang memuji, Rasulullah SAW menanggapinya dengan doa. ”Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan orang-orang itu.” (HR Al-Bukhari). Lewat doa ini, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa pujian berpotensi menjerumuskan kita.
Kedua, kalaupun sisi baik tentang kita itu benar adanya, Rasulullah SAW mengajarkan agar memohon kepada Allah SWT menjadikan lebih baik dari apa yang tampak di mata orang lain. ”Dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira.” (HR Al-Bukhari).
Selain memberi kiat menyikapi pujian, Nabi SAW dalam kesehariannya juga memberi contoh bagaimana mengemas pujian yang baik agar tidak menjerumuskan dan merusak kepribadian yang kita puji. Dalam kesehariannya, Nabi SAW tidak memuji di hadapan yang bersangkutan secara langsung, tapi di depan orang-orang lain dengan tujuan memotivasi mereka. Suatu hari, seorang Badui yang baru masuk Islam bertanya tentang Islam.
Setelah mendapat jawaban Nabi SAW, orang Badui itu berjanji menjalankannya dengan konsisten. Setelah si Badui pergi, Nabi SAW memujinya di hadapan para sahabat. ”Barangsiapa yang ingin melihat penghuni surga, maka lihatlah Orang (Badui) tadi.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW juga lebih sering melontarkan pujian dalan bentuk doa. Ketika melihat minat dan ketekunan Ibnu Abbas mendalami tafsir Alquran, Nabi SAW tidak serta-merta memujinya. Beliau lebih memilih untuk mendoakan Ibnu Abbas. ”Ya Allah, jadikanlah dia ahli dalam ilmu agama dan ajarilah dia ilmu tafsir (Alquran).” (HR Al-Hakim).
Begitu pula ketika melihat ketekunan Abu Hurairah dalam mengumpulkan hadis dan menghafalnya, beliau lantas berdoa agar Abu Hurairah dikaruniai kemampuan untuk tidak lupa apa yang pernah dihafalnya. Doa ini dikabulkan Allah SWT, sehingga Abu Hurairah sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis.
***
Sumber: republika.co.id
Oleh : Siti Nuryati
Pujian adalah fenomena umum yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Banyak tujuan orang memberi pujian. Ekspresi kekaguman, sekadar basa-basi atau bisa juga pujian yang diucapkan untuk menjilat. Bila disikapi secara sehat dan proporsional, pujian bisa menjadi hal positif yang dapat memotivasi untuk terus meningkatkan diri. Namun kenyataannya, pujian justru lebih sering membuat kita lupa daratan, lepas kontrol, bahkan takabur.
Semakin sering orang lain memuji, makin besar potensi kita untuk terlena, besar kepala, serta hilang kendali diri. Rasulullah SAW memberi teladan yang menarik menyikapi pujian ini.
Pertama, selalu mawas diri agar tidak terbuai pujian yang dikatakan orang. Setiap kali ada yang memuji, Rasulullah SAW menanggapinya dengan doa. ”Ya Allah, janganlah Engkau hukum aku karena apa yang dikatakan orang-orang itu.” (HR Al-Bukhari). Lewat doa ini, Rasulullah SAW mengingatkan bahwa pujian berpotensi menjerumuskan kita.
Kedua, kalaupun sisi baik tentang kita itu benar adanya, Rasulullah SAW mengajarkan agar memohon kepada Allah SWT menjadikan lebih baik dari apa yang tampak di mata orang lain. ”Dan jadikanlah aku lebih baik dari apa yang mereka kira.” (HR Al-Bukhari).
Selain memberi kiat menyikapi pujian, Nabi SAW dalam kesehariannya juga memberi contoh bagaimana mengemas pujian yang baik agar tidak menjerumuskan dan merusak kepribadian yang kita puji. Dalam kesehariannya, Nabi SAW tidak memuji di hadapan yang bersangkutan secara langsung, tapi di depan orang-orang lain dengan tujuan memotivasi mereka. Suatu hari, seorang Badui yang baru masuk Islam bertanya tentang Islam.
Setelah mendapat jawaban Nabi SAW, orang Badui itu berjanji menjalankannya dengan konsisten. Setelah si Badui pergi, Nabi SAW memujinya di hadapan para sahabat. ”Barangsiapa yang ingin melihat penghuni surga, maka lihatlah Orang (Badui) tadi.” (HR Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah SAW juga lebih sering melontarkan pujian dalan bentuk doa. Ketika melihat minat dan ketekunan Ibnu Abbas mendalami tafsir Alquran, Nabi SAW tidak serta-merta memujinya. Beliau lebih memilih untuk mendoakan Ibnu Abbas. ”Ya Allah, jadikanlah dia ahli dalam ilmu agama dan ajarilah dia ilmu tafsir (Alquran).” (HR Al-Hakim).
Begitu pula ketika melihat ketekunan Abu Hurairah dalam mengumpulkan hadis dan menghafalnya, beliau lantas berdoa agar Abu Hurairah dikaruniai kemampuan untuk tidak lupa apa yang pernah dihafalnya. Doa ini dikabulkan Allah SWT, sehingga Abu Hurairah sebagai sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis.
***
Sumber: republika.co.id
0 comments:
Posting Komentar