Pemuda Itu
Di tengah kesibukan dengan pekerjaan, terkadang kita terlena oleh pekerjaan itu sendiri. Shallat berjamaah terkadang terlewatkan, dengan alasan kerjaan nanggung, sebentar lagi meeting atau sebentar lagi ada bos. Banyak alasan sehingga kita melupakan aktifitas yang penuh pahala dan penuh hikmah ini. Terkadang karena hal – hal itu saya pun tertinggal shallat berjamaah.
Kebetulan kantor tempat saya bekerja ada sebuah musholla kecil yang hanya bisa menampung 7 orang saja sedangkan pergi ke mesjid besar cukup jauh sekitar 300 meteran. Terkadang saya bisa pergi ke mesjid terkadang juga hanya mampu shallat sendiri di musholla kantor. Setiap saya bisa berkesempatan shallat asyar di mesjid ini lah saya selalu memperhatikan seorang pemuda, dengan pakaian seadanya tapi jelas kelihatan bersih dan rapi, serta rambut yang di sisir rapi, shallat khusu di shap sebelah kanan. Pemuda tadi begitu memperhatikan sekali akan kebersihan dalam menghadapkan diri pada Allah SWT, melalui shallatnya. Begitu memperhatikan sekali ketepatan waktu dalam shallatnya dan begitu memperhatikan sekali shallat berjamaah. Saya sempat menerka – nerka orang ini, mungkin dia seorang pegawai bangunan yang sedang mengerjakan project di sekitar mesjid itu atau bahkan seorang karyawan yang bekerja di kantor yang tidak jauh dari kantor tempat saya bekerja. Sungguh jelas sekali terlihat dari wajahnya yang bersih dan kelihatan berseri, kelihatan jelas wajahnya yang selalu dibasahi oleh air wudhu.
Hari itu menjelang adzan asyar berkumandang, teta – teki tentang siapa pemuda itu terjawab. Dari jauh terlihat sekelompok orang dengan membawa perkakas kebersihan sapu penggaruk daun sedang berjalan menuju tempat istirahatnya, dan di antara mereka terdapat si pemuda tadi. Oh…sungguh terenyuh hati ini, sungguh subhannallah… maha besar Allah, Kau telah memilih dia sebagai seorang pemuda yang shaleh mungkin jauh lebih shaleh daripada saya, bahkan saya tidak merasa diri shaleh. Padahal secara status sosial kalau dilihat dari pekerjaan yang dia lakukan sungguh pekerjaan yang dia lakukan bagi sebagian orang akan mencibirnya. Kerja dengan peluh keringat bercucuran di bawah terik matahari yang menyengat, belum lagi debu dan kotornya tempat pemuda itu bekerja. Tak terasa airmata rasanya mau tumpah melihat begitu mulianya pemuda itu di hadapan Allah di bandingkan dengan kondisi saya saat ini, kerja dikantor banyak waktu luang tapi terkadang suka melalaikan shallat berjamaah, meskipun pakaian banyak di lemari tapi terkadang tidak memperhatikan kebersihannya saat shallat. Baju kantor merangkap pula baju shallat. Sedangkan pemuda tadi selalu memperhatikan shallat berjamaah, berpakaian rapi dan bersih, membersihkan badan supaya segar dan wangi dan pergi ke mesjid itu pada saatnya shallat asyar padahal jaraknya cukup jauh.
Puji syukur kepada Mu ya Allah atas segala peristiwa tadi, jadi cermin untuk memperbaiki ibadah saya, Ya..Allah berilah saya kekuatan untuk bisa melakukan taubatan na suha, taubat yang sebenar-benarnya taubat. Amin.
Melalui tulisan ini saya berdoa dengan tulus ” ya..Allah berilah pemuda tadi kemulian hidup di dunia dan kemuliaan hidup di akherat ” aamiin.
***
Cerita dari: Sahabat Jemaah Mesjid Baiturahim