Selasa, 08 Januari 2013

Orang Yang Menukar Maghfirah Dengan Siksaan

Orang Yang Menukar Maghfirah Dengan Siksaan  
 “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada Hari Kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjukdan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka! Yang demikian itu adalah karena Allah telah menurunkan Al-Kitab dengan membawa kebenaran; dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al-Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran).” (QS. Al-Baqarah (2): 174-176)
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan wahyu yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya, mengadakan ta’wil, merubah atau memasukkan yang tidak asli dari kitab dengan pendapatnya sendiri, hanya karena imbalan keduniaan yang tak berharga. Misalnya, uang suap, uapah atas fatwayang mereka keluarkan secara batil, dan keuntungan lain yang biasanya dipungut oleh para pemimpin dari orang-orang yang dipinain. Dikatakan bahwa imabalan itu sedikit dan tak berharga, karena dilakukan dengan menukarkan kebenaran dengan kebatilan -sekalipun imbalan itu nilainya banyak- tetap tidak ada harganya sama sekali. Di samping itu, pelakunya tidak akan bisa menikmati jerih payah yang dilakukannya. Kenikmatan tersebut hanya bersifat sementara atau hanya terbatas pada batas usia manusia. Hal ini seperti yang difirmankan Allah:
“..Padahal kemikmatan hidup didunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit.” (QS. At-Taubah (9): 38)
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan Kitabullah yang sebenarnya, kemudian menjualnya, maka upah yang mereka terima itu akan menjerumuskan kedalam neraka. Setelah itu, baru mereka mengerti akibat dari perbuatan menyembunyikan kebenaran itu.
Ayat tersebut bisa diartikan pula dengan kalimat, “Sesungguhnya mereka hanya memenuhi perut dengan api neraka.” Dengan kata lain, mereka tidak bisa menghentikan sikap tamak didalam melahap keduniaan, melainkan api neraka akan membakar mereka. Hal ini seperti yang dikatakan dalam sebuah hadits,
“Takkan bisa memenuhi perut anak Adam (manusia) melainkan tanah.”
Hukum ayat diatas bersifat umum, termasuk kaum muslimin dan non muslim. Sebab, Sunatullah akan berlaku umum yakni selalu membela kebenaran dan memerangi kebatilan.
Sesungguhnya llah berpaling dan murka terhadap mereka. Sebagaimana kebiasaan para raja, jika mereka sedang murka terhadap seseorang, maka mereka tidak mau mengajak berbicara. Tetapi jika mereka sedang dalam keadaan rida, mereka akan berlaku lemah lembut dan kasih sayang, disamping selalu menyambut dengan berseri-seri.
Allah tidak akan membersihkan kotoran dan dosa-dosa mereka dengan cara memberikan ampunan atau memberi maaf perbuatan mereka, selama ketika kematian mereeka masih dalam keadaan kafir.
Mereka akan disiksa dengan siksaan yang pedih dan menyakitkan.
Sesungguhnya orang-orang yang tertimpa siksa yang sangat pedih itu ialah orang-orang yang meninggalkan hidayah yang kebenarannya tidak diperselisihkan lagi. Hidayah tersebut adalah apa saja yang disampaikan oleh para Rasul dari Tuhannya. Mereka lebih suka memilih pendapat orang di dalam urusan agama, sedang pendapat tersebut tidak mempunyai dasar yang pasti, bahkan menyesatkan dan membingungkan. Karenanya, para pengikutnya selalu berada dalam perselisihan dan persengketaan.
Pengikut setia kesesatan itu berhak mendapat siksa sebagai ganti dari ampunan. Sebab, ia melakukan demikian itu lantaran kesadaran dan pilihannya sendiri, sebab hujjah kebenaran sudah tampak dihadapan matanya. Hal ini berarti ia telah menukar maghfirah (ampunan) dengan siksaan. Ringkasnya, mereka sendirilah yang mencelakakan dirinya karena telah memilih upah keduniawian, dan meremehkan pahala diakhirat.
Pada dasarnya perbuatan mereka dapat mengantarkan kedalam neraka adalah perbuatan yang telah disebut didalam ayat yang telah lalu dan sangat mengherankan. Mantapnya mereka menuju jalan keneraka dan tidak pedulinya mereka terhadap balasan yang akan ditimpakan kepada mereka menunjukkan bahwa mereka itu bersikap “sabar”sebagai penghuni neraka. Hal ini tentu sangat mengherankan, dan lebih mengherankan lagi jika sikap seperti itu ditampilkan oleh orang yang berpikiran waras.
Ungkapan seperti ini sama dengan suatu ucapan yang dikatakan kepada seseorang yang melakukan perbuatan yang dimurkai raja, “Alangkah kuatnya anda hidup terbelenggu dan tersekap didalam penjara.”Dengan kata lain, seseorang tidak melakukan hal tersebut bila tidak “sabar” dalam menahan siksaan. Tetapi, siapakah orang yang mampu bertahan terhadap siksaan mereka?
Siksaan tersebut telah ditetapkan untuk mereka akibat sikap menentangnya mereka terhadap kitabullah yang berisi kebenaran. Padahal, kebenaran itu selamanya akan berada dipihak yang menang. Siapapun yang menentang kebenaran, pasti akan terperosok kejurang kekalahan.
Pada dasarnya, orang-orang yang memperselisihkan kebenaran Kitabullah yang diturunkan Allah -padahal kitab ini berguna untuk menghilangkan segala persengketaan dan menyatukan pendapat- sebenarnya berada dipihak yang menyimpang dari kebenaran. Sebab, mereka sudah tidak mau mengambil kitab itu sebagai petunjuk. Sehingga setiap kelompok membuat caranya sendiri dengan berbagai perbedan yang tak dapat dihindarkan. Dengan demikian, timbul berbagai perselisihan dan perbedaan.
Ayat ini mengandung ancaman -selain ancaman yang tersebut didalam ayat sebelumnya- terhadap orang-orang yang menyembunyikan kebenaran. Orang-orang yang berselisih ini, masing-masing tidak terjalin suasana kebersamaan. Mereka ini tidak seperti yang dianjurkan didalam firman Allah:
“..dan bahwa (yang kami peringatkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya….” (QS. Al-An’am (6): 153)
Karenanya, ahli kitab pun sebenarnya tidak boleh terbagi-bagi menjadi berbagai sekte. Sebagaimana dianjurkan didalam firman Allah:
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka menjadi bergolongan, tidak ada sedikit pun tanggungjawabmu terhadap mereka…” QS. Al-An’am (6): 159)
Jika terdapat kekeliruan didalam memahami sesuatu, mereka wajib mengembalikan persoalan tersebut kepada Al-Kitab dan As-Sunnah hingga persengketaan itu terhenti. Hal ini seperti dianjurkan didalam firman Allah:
“..Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya)…” (QS. An-Nisa”(4): 59)
Didalam Islam, tidak ada alasan bagi kaum muslimin mempersoalkan agamanya atau perselisihan didalam agama. Sebab, Allah telah menjadikan setiap musykilah (problem) itu jalan keluar. Disamping itu, perbedaan di antara kaum muslimin itu hendaknya tidak melahirkan perpecahan dan persengketaan. Karen, semuanya sudah cukup jelas dan mudah. Demikian pula para ahli agama merasakan kemudahan didalam meneliti masalah-masalah yang diperselisihkan. Kemudian, jika mereka melihat salah satu diantara pendapat yang beralasan itu benar, maka dijadikan sebagai pegangan. Biasanya, kuatnya hujjah itu bertalian erat dengan maslahat umat dan bertalian dengan hukum-hukum yang sesuai dengan mereka. Sehingga tidak ada lagi orang yang berani menjual maghfirah dengan siksaan.[]
*Tafsir Al-Maraghi*
***
Ahmad Mushthafa Al-Maraghi

Wanita Penghuni Neraka

Wanita Penghuni Neraka
Penulis: Muhammad Faizal Ibnu Jamil
Saudariku Muslimah … .
Suatu hal yang pasti bahwa surga dan neraka adalah dua makhluk yang Allah Subhanahu wa Ta’ala ciptakan. Surga diciptakan-Nya sebagai tempat tinggal yang abadi bagi kaum Mukminin dan neraka sebagai tempat tinggal bagi kaum musyrikin dan pelaku dosa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang darinya. Setiap Muslimin yang mengerti keadaan Surga dan neraka tentunya sangat berharap untuk dapat menjadi penghuni Surga dan terhindar jauh dari neraka, inilah fitrah.
Pada Kajian kali ini, kami akan membahas tentang neraka dan penduduknya, yang mana mayoritas penduduknya adalah wanita dikarenakan sebab-sebab yang akan dibahas nanti. Sebelum kita mengenal wanita-wanita penghuni neraka alangkah baiknya jika kita menoleh kepada peringatan-peringatan Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al Qur’an tentang neraka dan adzab yang tersedia di dalamnya dan perintah untuk menjaga diri daripadanya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At Tahrim : 6)
Imam Ath Thabari rahimahullah menyatakan di dalam tafsirnya : “Ajarkanlah kepada keluargamu amalan ketaatan yang dapat menjaga diri mereka dari neraka.”
Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhu juga mengomentari ayat ini : “Beramallah kalian dengan ketaatan kepada Allah, takutlah kalian untuk bermaksiat kepada-Nya dan perintahkan keluarga kalian untuk berdzikir, niscaya Allah menyelamatkan kalian dari neraka.”
Dan masih banyak tafsir para shahabat dan ulama lainnya yang menganjurkan kita untuk menjaga diri dan keluarga dari neraka dengan mengerjakan amalan shalih dan menjauhi maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Di dalam surat lainnya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :”Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu yang disediakan bagi orang-orang kafir.” (Al Baqarah : 24)
Begitu pula dengan ayat-ayat lainnya yang juga menjelaskan keadaan neraka dan perintah untuk menjaga diri daripadanya. Kedahsyatan dan kengerian neraka juga dinyatakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam di dalam hadits yang shahih dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu bahwasanya beliau bersabda : “Api kalian yang dinyalakan oleh anak cucu Adam ini hanyalah satu bagian dari 70 bagian neraka Jahanam.” (Shahihul Jami’ 6618)
Jikalau api dunia saja dapat menghanguskan tubuh kita, bagaimana dengan api neraka yang panasnya 69 kali lipat dibanding panas api dunia? Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari neraka. Amin.
Wanita Penghuni Neraka
Tentang hal ini, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :”Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)
Hadits ini menjelaskan kepada kita apa yang disaksikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang penduduk Surga yang mayoritasnya adalah fuqara (para fakir miskin) dan neraka yang mayoritas penduduknya adalah wanita. Tetapi hadits ini tidak menjelaskan sebab-sebab yang mengantarkan mereka ke dalam neraka dan menjadi mayoritas penduduknya, namun disebutkan dalam hadits lainnya.
Di dalam kisah gerhana matahari yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan shalat yang panjang , beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga dan neraka. Ketika beliau melihat neraka beliau bersabda kepada para shahabatnya radliyallahu ‘anhum : ” … dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita.
Shahabat pun bertanya : “Mengapa (demikian) wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam?”
Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?”
Beliau menjawab : “Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Dalam hadits lainnya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan tentang wanita penduduk neraka, beliau bersabda :” … dan wanita-wanita yang berpakaian tetapi hakikatnya mereka telanjang, melenggak-lenggokkan kepala mereka karena sombong dan berpaling dari ketaatan kepada Allah dan suaminya, kepala mereka seakan-akan seperti punuk onta. Mereka tidak masuk Surga dan tidak mendapatkan wanginya Surga padahal wanginya bisa didapati dari jarak perjalanan sekian dan sekian.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu)
Dari Imran bin Husain dia berkata, Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda : “Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah wanita.” (HR. Muslim dan Ahmad)
Imam Qurthubi rahimahullah mengomentari hadits di atas dengan pernyataannya : “Penyebab sedikitnya kaum wanita yang masuk Surga adalah hawa nafsu yang mendominasi pada diri mereka, kecondongan mereka kepada kesenangan-kesenangan dunia, dan berpaling dari akhirat karena kurangnya akal mereka dan mudahnya mereka untuk tertipu dengan kesenangan-kesenangan dunia yang menyebabkan mereka lemah untuk beramal. Kemudian mereka juga sebab yang paling kuat untuk memalingkan kaum pria dari akhirat dikarenakan adanya hawa nafsu dalam diri mereka, kebanyakan dari mereka memalingkan diri-diri mereka dan selain mereka dari akhirat, cepat tertipu jika diajak kepada penyelewengan terhadap agama dan sulit menerima jika diajak kepada akhirat.” (Jahannam Ahwaluha wa Ahluha halaman 29-30 dan At Tadzkirah halaman 369)
Saudariku Muslimah … .
Jika kita melihat keterangan dan hadits di atas dengan seksama, niscaya kita akan dapati beberapa sebab yang menjerumuskan kaum wanita ke dalam neraka bahkan menjadi mayoritas penduduknya dan yang menyebabkan mereka menjadi golongan minoritas dari penghuni Surga.
Saudariku Muslimah … .
Hindarilah sebab-sebab ini semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari neraka. Amin.
1. Kufur Terhadap Suami dan Kebaikan-Kebaikannya
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam menjelaskan hal ini pada sabda beliau di atas tadi. Kekufuran model ini terlalu banyak kita dapati di tengah keluarga kaum Muslimin, yakni seorang istri yagn mengingkari kebaikan-kebaikan suaminya selama sekian waktu yang panjang hanya dengan sikap suami yang tidak cocok dengan kehendak sang istri sebagaimana kata pepatah, panas setahun dihapus oleh hujan sehari. Padahal yang harus dilakukan oleh seorang istri ialah bersyukur terhadap apa yang diberikan suaminya, janganlah ia mengkufuri kebaikan-kebaikan sang suami karena Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan melihat istri model begini sebagaimana dijelaskan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :
“Allah tidak akan melihat kepada wanita yang tidak mensyukuri apa yang ada pada suaminya dan tidak merasa cukup dengannya.” (HR. Nasa’i di dalam Al Kubra dari Abdullah bin ‘Amr. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 76)
Hadits di atas adalah peringatan keras bagi para wanita Mukminah yang menginginkan ridha Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Surga-Nya. Maka tidak sepantasnya bagi wanita yang mengharapkan akhirat untuk mengkufuri kebaikan-kebaikan suaminya dan nikmat-nikmat yang diberikannya atau meminta dan banyak mengadukan hal-hal sepele yang tidak pantas untuk dibesar-besarkan.
Jika demikian keadaannya maka sungguh sangat cocok sekali jika wanita yang kufur terhadap suaminya serta kebaikan-kebaikannya dikatakan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai mayoritas kaum yang masuk ke dalam neraka walaupun mereka tidak kekal di dalamnya. Cukup kiranya istri-istri Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabiyah sebagai suri tauladan bagi istri-istri kaum Mukminin dalam mensyukuri kebaikan-kebaikan yang diberikan suaminya kepadanya.
2. Durhaka Terhadap Suami
Kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya pada umumnya berupa tiga bentuk kedurhakaan yang sering kita jumpai pada kehidupan masyarakat kaum Muslimin. Tiga bentuk kedurhakaan itu adalah :
1. Durhaka dengan ucapan.
2. Durhaka dengan perbuatan.
3. Durhaka dengan ucapan dan perbuatan.
Bentuk pertama ialah seorang istri yang biasanya berucap dan bersikap baik kepada suaminya serta segera memenuhi panggilannya, tiba-tiba berubah sikap dengan berbicara kasar dan tidak segera memenuhi panggilan suaminya. Atau ia memenuhinya tetapi dengan wajah yang menunjukkan rasa tidak senang atau lambat mendatangi suaminya.
Kedurhakaan seperti ini sering dilakukan seorang istri ketika ia lupa atau memang sengaja melupakan ancaman-ancaman Allah terhadap sikap ini. Termasuk bentuk kedurhakaan ini ialah apabila seorang istri membicarakan perbuatan suami yang tidak ia sukai kepada teman-teman atau keluarganya tanpa sebab yang diperbolehkan syar’i. Atau ia menuduh suaminya dengan tuduhan-tuduhan dengan maksud untuk menjelekkannya dan merusak kehormatannya sehingga nama suaminya jelek di mata orang lain. Bentuk serupa adalah apabila seorang istri meminta di thalaq atau di khulu’ (dicerai) tanpa sebab syar’i. Atau ia mengaku-aku telah dianiaya atau didhalimi suaminya atau yang semisal dengan itu.
Permintaan cerai biasanya diawali dengan pertengkaran antara suami dan istri karena ketidakpuasan sang istri terhadap kebaikan dan usaha sang suami. Atau yang lebih menyedihkan lagi bila hal itu dilakukannya karena suaminya berusaha mengamalkan syari’at-syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sunnah-sunnah Rasul-Nya Shalallahu ‘alaihi wassalam. Sungguh jelek apa yang dilakukan istri seperti ini terhadap suaminya.
Ingatlah sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam :”Wanita mana saja yang meminta cerai pada suaminya tanpa sebab (yang syar’i, pent.) maka haram baginya wangi Surga.” (HR. Abu Daud dan At Tirmidzi serta selain keduanya. Lihat Al Insyirah fi Adabin Nikah halaman 85)
Bentuk kedurhakaan kedua yang dilakukan para istri terjadi dalam hal perbuatan yaitu ketika seorang istri tidak mau melayani kebutuhan seksual suaminya atau bermuka masam ketika melayaninya atau menghindari suami ketika hendak disentuh dan dicium atau menutup pintu ketika suami hendak mendatanginya dan yang semisal dengan itu. Termasuk dari bentuk ini ialah apabila seorang istri keluar rumah tanpa izin suaminya walaupun hanya untuk mengunjungi kedua orang tuanya. Yang demikian seakan-akan seorang istri lari dari rumah suaminya tanpa sebab syar’i. Demikian pula jika sang istri enggan untuk bersafar (melakukan perjalanan) bersama suaminya, mengkhianati suami dan hartanya, membuka dan menampakkan apa yang seharusnya ditutupi dari anggota tubuhnya, berjalan di tempat umum dan pasar-pasar tanpa mahram, bersenda gurau atau berbicara lemah-lembut penuh mesra kepada lelaki yang bukan mahramnya dan yang semisal dengan itu.
Bentuk lain adalah apabila seorang istri tidak mau berdandan atau mempercantik diri untuk suaminya padahal suaminya menginginkan hal itu, melakukan puasa sunnah tanpa izin suaminya, meninggalkan hak-hak Allah seperti shalat, mandi janabat, atau puasa Ramadlan. Maka setiap istri yang melakukan perbuatan-perbuatan seperti tersebut adalah istri yang durhaka terhadap suami dan bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Jika kedua bentuk kedurhakaan ini dilakukan sekaligus oleh seorang istri maka ia dikatakan sebagai istri yang durhaka dengan ucapan dan perbuatannya. (Dinukil dari kitab An Nusyuz karya Dr. Shaleh bin Ghanim As Sadlan halaman 23-25 dengan beberapa tambahan)
Sungguh merugi wanita yang melakukan kedurhakaan ini. Mereka lebih memilih jalan ke neraka daripada jalan ke Surga karena memang biasanya wanita yang melakukan kedurhakaan-kedurhakaan ini tergoda oleh angan-angan dan kesenangan dunia yang menipu. Ketahuilah wahai saudariku Muslimah, jalan menuju Surga tidaklah dihiasi dengan bunga-bunga nan indah, melainkan dipenuhi dengan rintangan-rintangan yang berat untuk dilalui oleh manusia kecuali orang-orang yang diberi ketegaran iman oleh Allah. Tetapi ingatlah di ujung jalan ini ada Surga yang Allah sediakan untuk hamba-hamba-Nya yang sabar menempuhnya.
Ketahuilah pula bahwa jalan menuju neraka memang indah, penuh dengan syahwat dan kesenangan dunia yang setiap manusia tertarik untuk menjalaninya. Tetapi ingat dan sadarlah bahwa neraka menanti orang-orang yang menjalani jalan ini dan tidak mau berpaling darinya semasa ia hidup di dunia. Hanya wanita yang bijaksanalah yang mau bertaubat kepada Allah dan meminta maaf kepada suaminya dari kedurhakaan-kedurhakaan yang pernah ia lakukan. Ia akan kembali berusaha mencintai suaminya dan sabar dalam mentaati perintahnya. Ia mengerti nasib di akhirat dan bukan kesengsaraan di dunia yang ia takuti dan tangisi.
3. Tabarruj
Yang dimaksud dengan tabarruj ialah seorang wanita yang menampakkan perhiasannya dan keindahan tubuhnya serta apa-apa yang seharusnya wajib untuk ditutupi dari hal-hal yang dapat menarik syahwat lelaki. (Jilbab Al Mar’atil Muslimah halaman 120)
Hal ini kita dapati pada sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tentang wanita-wanita yang berpakaian tapi hakikatnya telanjang dikarenakan minimnya pakaian mereka dan tipisnya bahan kain yang dipakainya. Yang demikian ini sesuai dengan komentar Ibnul ‘Abdil Barr rahimahullah ketika menjelaskan sabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam tersebut. Ibnul ‘Abdil Barr menyatakan : “Wanita-wanita yang dimaksudkan Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam adalah yang memakai pakaian yang tipis yang membentuk tubuhnya dan tidak menutupinya, maka mereka adalah wanita-wanita yang berpakaian pada dhahirnya dan telanjang pada hakikatnya … .” (Dinukil oleh Suyuthi di dalam Tanwirul Hawalik 3/103 )
Mereka adalah wanita-wanita yang hobi menampakkan perhiasan mereka, padahal Allah Subhanahu wa Ta’ala telah melarang hal ini dalam firman-Nya : “Dan janganlah mereka menampakkan perhiasan-perhiasan mereka.” (An Nur : 31)
Imam Adz Dzahabi rahimahullah menyatakan di dalam kitab Al Kabair halaman 131 : “Termasuk dari perbuatan-perbuatan yang menyebabkan mereka dilaknat ialah menampakkan hiasan emas dan permata yang ada di dalam niqab (tutup muka/kerudung) mereka, memakai minyak wangi dengan misik dan yang semisalnya jika mereka keluar rumah … .”
Dengan perbuatan seperti ini berarti mereka secara tidak langsung menyeret kaum pria ke dalam neraka, karena pada diri kaum wanita terdapat daya tarik syahwat yang sangat kuat yang dapat menggoyahkan keimanan yang kokoh sekalipun. Terlebih bagi iman yang lemah yang tidak dibentengi dengan ilmu Al Qur’an dan As Sunnah.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam sendiri menyatakan di dalam hadits yang shahih bahwa fitnah yang paling besar yang paling ditakutkan atas kaum pria adalah fitnahnya wanita. Sejarah sudah berbicara bahwa betapa banyak tokoh-tokoh legendaris dunia yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala hancur karirnya hanya disebabkan bujuk rayu wanita. Dan berapa banyak persaudaraan di antara kaum Mukminin terputus hanya dikarenakan wanita. Berapa banyak seorang anak tega dan menelantarkan ibunya demi mencari cinta seorang wanita, dan masih banyak lagi kasus lainnya yang dapat membuktikan bahwa wanita model mereka ini memang pantas untuk tidak mendapatkan wanginya Surga. Hanya dengan ucapan dan rayuan seorang wanita mampu menjerumuskan kaum pria ke dalam lembah dosa dan hina terlebih lagi jika mereka bersolek dan menampakkan di hadapan kaum pria. Tidak mengherankan lagi jika di sana-sini terjadi pelecehan terhadap kaum wanita, karena yang demikian adalah hasil perbuatan mereka sendiri.
Wahai saudariku Muslimah … .
Hindarilah tabarruj dan berhiaslah dengan pakaian yang Islamy yang menyelamatkan kalian dari dosa di dunia ini dan adzab di akhirat kelak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :”Dan tinggallah kalian di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian bertabarruj dengan tabarrujnya orang-orang jahiliyyah pertama dahulu.” (Al Ahzab : 33)
Masih banyak sebab-sebab lainnya yang mengantarkan wanita menjadi mayoritas penduduk neraka. Tetapi kami hanya mencukupkan tiga sebab ini saja karena memang tiga model inilah yang sering kita dapati di dalam kehidupan masyarakat negeri kita ini.
Saudariku Muslimah … .
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam pernah menuntunkan satu amalan yang dapat menyelamatkan kaum wanita dari adzab neraka. Ketika beliau selesai khutbah hari raya yang berisikan perintah untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan anjuran untuk mentaati-Nya. Beliau pun bangkit mendatangi kaum wanita, beliau menasehati mereka dan mengingatkan mereka tentang akhirat kemudian beliau bersabda : “Bershadaqahlah kalian! Karena kebanyakan kalian adalah kayu bakarnya Jahanam!” Maka berdirilah seorang wanita yang duduk di antara wanita-wanita lainnya yang berubah kehitaman kedua pipinya, iapun bertanya : “Mengapa demikian, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab : “Karena kalian banyak mengeluh dan kalian kufur terhadap suami!” (HR. Bukhari)
Bershadaqahlah! Karena shadaqah adalah satu jalan untuk menyelamatkan kalian dari adzab neraka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan kita dari adzabnya.
Amin. Wallahu A’lam bish Shawwab.
***
(Dikutip dari tulisan Muhammad Faizal Ibnu Jamil,

Jadilah Diri Anda Sendiri, Maka Anda Akan Bahagia

Jadilah Diri Anda Sendiri, Maka Anda Akan Bahagia
Sahabatku
Sesungguhnya salah satu pintu masuk menuju kebahagiaan adalah, ketika kita menjadi diri kita sendiri. Keyakinan kita dengan potensi, bakat, kekuatan dan karakteristik yang ada pada diri kita, membuat kita merasakan keistimewaan dan keunikan yang kita miliki.
Janganlah ragu wahai sahabat, bila kita sudah menemukan bakat kita, sekalipun menurut orang lain adalah sesuatu yang remeh. Ketika kita menjadi diri kita sendiri, maka kita akan menjadi orang yang paling bahagia di dunia.
Jika Anda berkumpul dengan orang-orang yang pintar pada satu bidang, yang mana bidang itu bukan keahlian Anda, jangan Anda katakan pada mereka bahwa keahlian yang mereka miliki juga Anda miliki. Keinginan Anda hidup dibawah bayang-bayang mereka justru akan melemahkan kedudukan Anda. Mengapa? Karena hal itu jelas akan menghilangkan kelebihan yang ada dalam diri Anda. Anda hanya berkutat pada kekurangan yang ada pada diri Anda. Dan jelas pada akhirnya akan melemahkan Anda, membuat Anda tidak bisa melangkah lebih jauh, dunia ini terasa sangat sempit. Jack Trout dalam bukunya yang cukup mencerahkan, Differentiatie or Die, berkata tentang hal ini: Jika Anda mengabaikan keunikan Anda dan mencoba untuk memenuhi kebutuhan semua orang, Anda langsung melemahkan apa yang membuat Anda berbeda.
Jujurlah dan katakan pada mereka, Maaf, ini bukan bidang saya. Saya bodoh pada masalah yang kini sedang kalian bicarakan. Saya tidak tahu, apakah keahlian saya dapat digunakan untuk membantu kalian atau tidak. Ketika Anda memberitahukan kepada mereka bahwa keahlian Anda di bidang B bukan A, mereka akan lebih antusias kepada Anda. Mereka akan lebih percaya, salut dan bangga berteman dengan Anda. Percayalah kepadaku tentang hal ini. Anda adalah sesuatu yang berbeda dengan lainnya. Tidak pernah ada sejarah yang mencatat orang seperti Anda sebelumnya dan tidak akan ada orang seperti Anda di dunia ini pada masa yang akan datang. (Dr. Aidh Abdullah Al Qarni dalam bukunya, La Tahzan)
Wahai sahabatku
Tidak ingin menjadi diri kita sendiri disebabkan oleh keinginan kita untuk mendapatkan pujian manusia. Kita ingin menjadi populer di mata masyarakat. Sebuah hasil penelitian psikologi menyebutkan: orang-orang yang ingin menjadi populer seringkali tidak jujur. Dan mereka sendiri senang dipuji dengan amal yang mereka sendiri tidak mengerjakannya. (QS. 3: 188).
Membuat diri terkenal, itu bukan tujuan hidup kita. Kita hanya disuruh berbuat sebaik mungkin. Jika niat kita sudah salah, maka hasilnya pun akan tidak maksimal. Jika niat kita ingin terkenal tidak segera terwujud, kita hanya bisa larut dalam kesedihan karena tujuan hidup kita sudah terkandaskan. Sedangkan tujuan itu sendiri adalah final kehidupan. Tidak ada lagi kehidupan sesudah gagal mencapai titik final.
Berbeda dengan orang yang menyesuaikan tujuan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah; kegagalan dalam menghadapi sebuah episode kehidupan dunia ini bukan berarti kegagalan segala-galanya. Jangan berambisi mencari popularitas, karena tabiat tersebut adalah indikasi dari kekeruhan jiwa, kegelisahan, dan keresahan. (Dr. Aidh Al Qarni).
Seburuk apapun karya kita dan sekecil apa pun prestasi kita, hargailah itu! Semua itu kita peroleh dari hasil kerja keras kita, hasil kejeniusan otak kita, dan hasil kreativitas kita.
Sungguh, alangkah berbahagianya orang yang mencari ridha hanya kepada Allah semata. Dia tidak ingin menjadi populer di mata masyarakat. Jika masyarakat tidak menghargai karyanya, itu hal biasa baginya. Karena Allah sendiri telah berfirman: Kebanyakan manusia tiada mengetahui. Artinya hanya sedikit saja manusia yang dapat memahami kebenaran. Namun, bukan berarti bahwa dirinya lebih hebat dan lebih suci dari orang lain. Dia telah mendengar firman Allah yang berbunyi: Janganlah kalian mengklaim diri kalian suci. Dialah yang paling mengetahui siapa yang bertakwa. (QS. 53: 32).
Jika masyarakat menghargai karyanya, sekali-kali tidaklah ia menyombongkan diri. Dan janganlah kalian (orang-orang beriman) berperilaku seperti orang-orang (kafir) yang keluar dari kampung halaman mereka dengan rasa angkuh dan bersikap riya kepada manusia. (QS. 8: 47).
Sebuah kisah menyebutkan, seorang muslim yang fakir bernama Julaibib gugur dalam sebuah pertempuran melawan pasukan kafirin. Lantas Rasulullah SAW pun memeriksa orang-orang yang gugur dan para sahabat memberitahukan kepada beliau nama-nama mereka. Akan tetapi, mereka lupa kepada Julaibib hingga namanya tidak disebutkan, karena Julaibib bukan seorang yang terpandang dan bukan pula orang yang terkenal. Sebaliknya, Rasulullah ingat Julaibib dan tidak melupakannya; namanya masih tetap diingat oleh beliau di antara nama-nama lainnya yang disebut-sebut. Beliau sama sekali tidak lupa kepadanya, lalu beliau bersabda: tetapi aku merasa kehilangan Julaibib! Akhirnya, beliau menemukan jenazahnya dalam keadaan tertutup pasir, lalu beliau membersihkan pasir dari wajahnya seraya bersabda sambil meneteskan airmata: Ternyata engkau telah membunuh tujuh orang musuh, kemudian engkau sendiri terbunuh. Engkau termasuk golonganku dan aku termasuk golonganmu. Cukuplah bagi Julaibib dengan medali nabawi ini sebagai hadiah, kehormatan, dan anugerah.
Wahai sahabat
Seperti Julaibib, tidak ingin menjadi orang terkenal dan terpandang. Seperti Julaibib, hidup menjadi dirinya sendiri. Seperti Julaibib, mengakhiri hidupnya dengan penuh kedamaian dan kebahagiaan. Tidakkah kita ingin mendapatkan apa yang telah didapatkan Julaibib?
***
Oleh Sahabat: Imam Syamil

Sabar – Pahala Allah Yang Tiada Batas

Sabar – Pahala Allah Yang Tiada Batas
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala (atas) mereka (dengan) tanpa batas” (Q.S.Az Zumar Ayat 10).
Saudaraku …
Firman Allah di atas, memberikan pengertian yang amat dalam tentang hakikat Pahala atau Ganjaran Allah swt. Allah akan memberikan pahala kepada orang yang mampu bersikap Sabar dalam menghadapi berbagai lika-liku kehidupan. Allah tidak lagi membalas kebajikan yang manusia kerjakan dengan hitungan: sepuluh kali – amtsaaluhum atau tujuh puluh kali atau tujuh ratus kali lipatan. Tetapi Allah tegaskan bahwa bila manusia bersabar, maka Allah memberikan pahala buat mereka dengan – bighairi hisaab – alias tanpa batas. Subhaanallaah.
Saudaraku,
Pahala di sisi Allah tak berhingga – it was again and again – Pahala itu terus menerus mengalir ke dalam Hati manusia yang berbuat kebajikan. Sikapnya santun, Bicaranya Hikmah, Tutur Katanya menyejukkan, Fikirannya jernih dan luas Dadanya Luas, seluas lautan, karena dadanya mampu menerima Ilmu Allah, itulah hakikat pahala yang Allah karuniakan kepada manusia yang sabar. Dengan Pahala sabar, orang lain bisa dibuat iri, mereka ingin membeli dengan harga berapa saja, asal Pahala kesabaran itu jatuh ketangannya. Namun sayang seribu saying, Allah tidak menganugerahkan Pahala yang berlimpah ruah itu kepada orang yang tidak Sabar.
Saudaraku,
Terhadap Anak – Istri bahkan mungkin Cucu kita, kita haruslah Sabar. Contohlah bagaimana tatkala Rasulullah saw menggendong cucu kembarnyanya Hasan dan Husein – putra dari Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah. Saat digendong Rasul mereka berhadas kecil maaf ngompol, saati itu Fatimah gelisah, karena hadas kecil Hasan dan Husein mengotori pakaian Rasul namun demikian Rasul tetap menggendongnya. Apa kata Rasul ? Wahai Fatimah, biarkan Hasan dan Husein ini melaksanakan hajatnya, setelah selesai baru aku turunkan. Subhaanallaah. Betapa Sabar Rasulullah saw.
Saudaraku,
Janganlah pernah bermimpi bahwa Sabar itu ada batasnya, tetapi sabar yang benar adalah ia tiada berbatas (kecuali diperangi). Orang Sabar senantiasa didampingi Allah melalui tentara-tentaranya, melalui Malaikatnya, ia terlindungi dari perbuatan tercela dan menjerumuskannya.Orang Sabar senantiasa bekerja dengan sungguh-sungguh untuk mencari Wajah Allah swt tanpa pernah berkeluh kesah, semangatnya senantias membara karena ia haus akan cinta dan kasihNya. Semoga kita menjadikan Sabar sebagai bekal kita dalam mengarungi Mahligai Rumah Tangga kita, sebagai bekal kita mendidik Anak dan Istri dan Saudara kita, sebagai bekal menghadapi masyarakat kita dan tentunya sebagai bekal kita untuk menghadap Allah swt di Yaumil Akhir. Insya Allah
***
Oleh Sahabat

Kenapa Allah SWT Merahasiakan Mati?

Kenapa Allah SWT Merahasiakan Mati?
Suatu hari seperti dinukil oleh Syekh Abdurahman Al-Sinjari, dalam Al-Buka min Khasyatillah, Nabi Ya’qub berdialog dengan Malaikat pencabut nyawa.
“Aku ingin sesuatu yang harus engkau penuhi sebagai tanda persudaraan kita,” pinta Nabi Ya’kub.
“Apakah itu.” tanya malaikat maut.
“Jika ajalku telah dekat, beritahulah aku.”
Malaikat itu menjawab, “Baik, aku akan memenuhinya. Aku akan mengirimkan tidak hanya satu utusan, tapi dua atau tiga utusan.” Setelah itu keduanya berpisah. Hingga setelah lama malaikat itu datang kembali.
“Wahai sahabatku, apakah engkau datang untuk berziarah atau untuk mencabut nyawaku?” tanya Nabi Ya’qub.
“Aku datang untuk mencabut nyawamu.” jawab malaikat.
“Lalu mana ketiga utusanmu?” tanya Nabi Ya’qub lagi.
“Sudah kukirim. Putihnya rambutmu setelah hitamnya, lemahnya tubuhmu setelah kekarnya, dan membungkuknya badanmu setelah tegapnya. Wahai Ya’qub itulah utusanku untuk setiap anak Adam.”
Tetapi, kematian itu tidak hanya akan menimpa kepada orang-orang yang sudah lanjut usia (tua) saja, tapi semua orang baik itu bayi yang baru lahir atau belum lahir, anak-anak, remaja, dewasa samapai orang tua yang sudah jompo sekali. Pokoknya, setiap yang berjiwa baik itu manusia, hewan, tumbuhan dan lain sebagainya akan merasakan mati, sebagaimana yang difirmankan oleh Allah SWT yang artinya,
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…” (QS. Ali Imaran (3): 185)
Malahan di lain ayat-Nya Allah SWT menerangkan bahwa kematian itu terjadi atas izin Allah SWT sebagai sebuah ketetapan yang telah ditentukan waktunya, sebagaimana firman-Nya,
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya…” (QS. Ali Imran (3): 145)
Maka, oleh karena itu, dimanapun kita, sedang apa pun kita, kalau Allah SWT sudah menetapkan ketentuan-Nya, bahwa saat ini, menit ini, jam ini, dan hari ini kita ditakdirkan mati, maka matilah kita. Allah SWT berfirman,
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh…” (QS. An-Nisa (4): 78)
Kematian adalah sesuatu yang pasti akan terjadi dan akan menimapa kepada setiap yang berjiwa. Yang jadi masalah adalah tidak ada yang tahu kapan kematian itu akan menimpa. Malahan Rasulullah SAW sendiri pun tidak diberitahu oleh Allah SWT. Sehingga timbul pertanyaan didiri kita masing-masing, kenapa Allah SWT merahasiakan masalah kematian ini?
Ada beberapa alasan yang bisa kita ambil dari dirahasiakannya kematian itu:
1. AGAR KITA TIDAK CINTA DUNIA
DR. Aidh Al-Qarni dalam sebuah bukunya Cambuk Hati berkata bahwa, “Dunia adalah jembatan akhirat. Oleh karena itu, seberangilah ia dan janganlah Anda menjadikannya sebagai tujuan. Tidaklah berakal orang yang membangun gedung-gedung di atas jembatan” .
Al-Ghazali dalam bukunya Mutiara Ihya Ulumuddin menukil beberapa hadits mengenai masalah dunia dianataranya adalah:
Rasulullah SAW bersabda, “Dunia itu penjara bagi orang Mukmin dan surga bagi orang kafir” .
Dan sabdanya pula, “Dunia itu terkutuk. Terkutuklah apa yang ada di dalamnya kecuali yang ditujukan kepada Allah.”
Abu Musa Al-Asy’ari berkata bahwa Raulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mencintai dunianya, niscaya ia akan membahayakan akhiratnya. Dan barangsiapa mencintai akhiratnya, niscaya ia akan membahayakan dunianya. Maka utamakanlah apa yang kekal daripada apa yang binasa.”
Intinya adalah agar kita tidak cinta pada sesuatu yang pasti tiada. Jangan sampai ada makhluk, benda, harta, jabatan yang menjadi penghalang kita dari Allah SWT.
2. AGAR KITA TIDAK MENUNDA AMAL
Kita tidak pernah tahu kapan kita akan mati. Detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun, semua dirahasiakan oleh Allah SWT. Oleh karena itu, kita jangan sampai menunda-nunda ibadah, dan semua amal perbuatan baik yang akan kita lakukan, tobat yang kita lakukan, maaf yang kita ucapkan.
Syekh Ahmad Atailah dalam bukunya Mutu Manikan dari Kitab Al-Hikam mengatakan bahwa,
“Penundaanmu untuk beramal karena menanti waktu senggang, adalah timbul dari hati yang bodoh.”
Dan Syekh Ahmad Atailah juga memberikan tipsnya untuk mengatur waktu dalam kehidupan duniawi yang mana perlu diperhatikan hal-hal beriut:
  1. Utamakan kehidupan akhirat, dan jadikan hidup didunia sebagai jembatan menuju akhirat, dan jangan menunda waktu beramal.
  2. Berpaculah dengan waktu, karena apabila salah menggunakan waktu, maka waktu itu akan memenggal kita. Artinya terputus seseorang dengan waktu terputus pula amal selanjutnya.
  3. Mengejar dunia tidak akan ada habisnya, lepas satu datang pula lainnya. Amal yang tertunda karena habisnya waktu, akan melemahkan semangat untuk menjalankan ibadah. Akibatnya hilang pula wujud kita sebagai hamba Allah yang wajib beribadah.
  4. Pergiatlah waktu beramal sebelum tibanya waktu ajal.
  5. Perketat waktu ibadah sebelum datang waktu berserah.
  6. Jangan menunda amal bakti sebelum datang waktu mati.
  7. Aturlah waktu untuk beramal agar kelak tidak menyesal.
3. AGAR MENCEGAH MAKSIAT
Ibnu Bathal berkata: “Jihadnya seseorang atas dirinya adalah jihad yang lebih sempurna” .
Allah SWT berfirman, “Dan adapun orang yang takut pada kebesaran Tuhan-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya” (QS. An-Nazi’at (79): 40).
Jihad seseorang atas dirinya sendiri dapat berupa mencegah diri dari maksiat, mencegah diri dari apa yang syubhat dan mencegah diri dari memperbanyak syahwat (kesenangan) yang diperbolehkan karena ingin menikmatinya kelak diakhirat.
Meninggalkan maksiat adalah perjuangan, sedang keengganan meninggalkannya adalah pengingkaran. Maka, untuk menghindari maksiat, tidak lain dengan menemukan jalan keluarnya, dan satu-satunya jalan keluar adalah ketaatan dan menempatkan diri pada pergaulan yang dapat terhindar dari panggilan dan godaan hawa nafsu itu sendiri.
4. AGAR MENJADI ORANG YANG CERDAS
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang cerdas adalah yang merendahkan dirinya dan beramal untuk kehidupan setelah mati. Sementara orang bodoh adalah orang yang mengikuti diri pada hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan angan-angan kosong.”
Oleh karena itu, jadilah menjdi orang yang cerdas. Karena hanya orang yang cerdaslah yang tahu bagaimana mempersiapkan mati. Mereka tahu bagaimana merubah yang fana ini menjadi sesuatu yang kekal.
Misalnya, bagaimana caranya gaji yang fana ini bisa berubah menjadi kekal? Maka caranya adalah dengan mengeluarkan sebagian atau semuanya kalau memungkinkan dari gaji itu untuk tabungan akhiratnya. Dan ini merupakan investasi kita untuk masa depan kita juga.
Sahabat-sahabat sekalian, kematian adalah sesuatu hal yang misterius yang hanya Allah saja yang tahu. Tinggal bagaimana diri kita dalam mempersiapkan diri ini untuk menghadapi kematian yang akan mendatangi kita.
“ Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” . (QS. Ali Imran (3): 102)
Wallahu A’lam
***
Dari Sahabat

Adil Membagi Waktu

Adil Membagi Waktu
KH Abdullah Gymnastiar
“Sebaik-baik manusia adalah yang diberi umur panjang dan baik amalnya. Dan sejelek-jelek manusia adalah yang diberi umur panjang dan jelek amalnya.” (HR Ahmad)
Saudaraku, Islam sangat menaruh perhatian terhadap waktu. Dalam Alquran, bertebaran ayat-ayat yang berhubungan dengan waktu. Bahkan, berkali-kali Allah SWT bersumpah atas nama waktu. Misalnya di awal QS Al-Ashr <103>, Al-Lail <92>, Adh-Dhuha <93>, dsb. Hal ini menandakan betapa pentingnya waktu dalam kehidupan manusia. Maka tak usah heran bila Islam mengingatkan kita akan waktu minimal lima kali sehari semalam. Belum lagi anjuran untuk menghidupkan waktu disepertiga malam terakhir, waktu dhuha (saat matahari sepenggalahan).
Mengingat pentingnya waktu, maka kita layak bertanya, sejauh mana komitmen kita terhadap waktu? Bila kita termasuk orang yang meremehkan waktu, tidak kecewa saat pertambahan waktu tidak menghasilkan peningkatan kualitas diri, maka bersiap-siaplah menjadi pecundang dalam hidup.
Kita ini telah, sedang, dan akan selalu berpacu dengan waktu. Satu desah nafas sebanding dengan satu langkah menuju maut. Alangkah ruginya manakala banyaknya keinginan, melambungnya angan-angan, serta meluapnya harapan tidak diimbangi dengan meningkatnya kualitas diri. Maka, siapapun yang bersungguh-sungguh mengisi waktunya dengan kebaikan, niscaya Allah akan memberikan yang terbaik bagi orang tersebut.
Kunci efektivitas waktu
Efektivitas penggunaan waktu sangat dipengaruhi keterampilan kita dalam membaginya. Ada hak belajar, hak bekerja, hak tubuh, hak keluarga, hak ibadah juga hak evaluasi diri. Semuanya harus dibagi secara adil. Sibuk dan hebatnya belajar tanpa disertai istirahat dan ibadah misalnya, hanya akan mendatangkan masalah.
Mahasiswa yang akan mengikuti ujian misalnya. Waktunya tinggal tiga bulan lagi. Maka menjadi keharusan baginya untuk membuat perencanaan. Sehari belajar berapa jam? Katakanlah belajar 2 jam. Seminggu mau berapa kali belajar? Enam kali. Berarti 12 jam perminggu atau 48 jam perbulan. Jadi, dalam tiga bulan ia harus belajar minimal 144 jam. Lalu, mata kuliahnya ada 10. Satu mata kuliah rata-rata lima bab dan satu bab sepuluh halaman, berarti 50 X 10 = 500 halaman. Sedangkan waktu yang dimiliki hanya 144 jam. Dengan demikian, dalam satu jam ia harus menguasai minimal tiga lembar.
Kuncinya, kita harus memetakan dulu potensi dan masalahnya. Lalu bergerak dengan acuan peta tersebut. Setelah itu kita disiplin menjalankannya. Sebab banyak orang yang hanya pandai membuat rencana, tapi kurang pandai menjalankannya. Karena itu, sebuah rencana tidak perlu muluk-muluk. Buatlah secara proporsional dan fleksibel agar kita mudah menjalankannya.
Menunda pekerjaan
Ada satu kebiasaan yang akan menghambat efektivitas dan optimalisasi waktu yang kita miliki, yaitu kebiasaan menunda. Hebatnya, sebagian orang merasa bahwa menunda pekerjaan itu akan lebih baik. Padahal kebiasaan menunda hampir pasti mengundang masalah bila tidak didasarkan pada perhitungan matang.
Dalam setiap waktu ada kewajiban yang harus kita tunaikan. Andaikan kita tunda maka pekerjaan lain pasti akan menyusul, sehingga pekerjaan makin menumpuk. Akhirnya, banyak energi, waktu dan biaya yang terbuang percuma selain berpeluang memunculkan rasa enggan untuk mengerjakannya.
Contohnya ada seorang pelajar yang akan menghadapi ujian. Dalam hati ia berkata, “Saya akan belajar nanti malam saja supaya lebih tenang”. Ketika malam datang ia berkata lagi, “Ah nanti saja menjelang hari H saya akan belajar mati-matian”. Saat malam hari H tiba muncul lagi alasan, “Agar lebih masuk, saya akan belajar nanti Subuh”. Apa yang terjadi? Subuhnya terlambat dan ia pun bangun kesiangan dan telat masuk ruang kelas.
Ada sebuah nasihat dari Imam Hasan Al-Bashri yang layak kita renungkan. “Waspadalah kamu dari menunda pekerjaan, karena kamu berada pada hari ini bukan pada hari esok. Kalaulah esok hari menjadi milikmu, maka jadilah kamu seperti pada hari ini. Kalau esok tidak menjadi milikmu, niscaya kamu tidak akan menyesali apa yang telah berlalu dari harimu”.
Wallaahu a’lam.

Amalan Sebelum Tidur

Amalan Sebelum Tidur
Suatu hari Rasulullah saw masuk ke rumah Sayyidah Fathimah as. Ketika itu, Fathimah sudah berbaring untuk tidur. Rasulullah saw lalu berkata, “Wahai Fathimah, lâ tanâmi. Janganlah engkau tidur sebelum engkau lakukan empat hal; mengkhatam Al-Quran, memperoleh syafaat dari para nabi, membuat hati kaum mukminin dan mukminat senang dan rida kepadamu, serta melakukan haji dan umrah.”
Fathimah bertanya, “Bagaimana mungkin aku melakukan itu semua sebelum tidur?” Rasulullah saw menjawab, “Sebelum tidur, bacalah oleh kamu Qul huwallâhu ahad tiga kali. Itu sama nilainya dengan mengkhatam Al-Quran.” Yang dimaksud dengan Qul huwallâhu ahad adalah seluruh surat Al-Ikhlas, bukan ayat pertamanya saja. Dalam banyak hadis, sering kali suatu surat disebut dengan ayat pertamanya. Misalnya surat Al-Insyirah yang sering disebut dengan surat Alam nasyrah.
Rasulullah saw melanjutkan ucapannya, “Kemudian supaya engkau mendapat syafaat dariku dan para nabi sebelumku, bacalah shalawat: Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ shalayta ‘alâ Ibrâhim wa ‘alâ âli Ibrâhim. Allâhumma bârik ‘alâ Muhammad wa ‘alâ âli Muhammad, kamâ bârakta ‘alâ Ibrâhim wa ‘alâ âli Ibrâhim fil ‘âlamina innaka hamîdun majîd.
“Kemudian supaya kamu memperoleh rasa rida dari kaum mukminin dan mukminat, supaya kamu disenangi oleh mereka, dan supaya kamu juga rida kepada mereka, bacalah istighfar bagi dirimu, orang tuamu, dan seluruh kaum mukminin dan mukminat.”
Tidak disebutkan dalam hadis itu istighfar seperti apa yang harus dibaca. Yang jelas, dalam istighfar itu kita mohonkan ampunan bagi orang-orang lain selain diri kita sendiri. Untuk apa kita memohon ampunan bagi orang lain? Agar kita tidur dengan membawa hati yang bersih, tidak membawa kebencian atau kejengkelan kepada sesama kaum muslimin. Kita mohonkan ampunan kepada Allah untuk semua orang yang pernah berbuat salah terhadap kita. Hal itu tentu saja tidak mudah. Sulit bagi kita untuk memaafkan orang yang pernah menyakiti hati kita. Bila kita tidur dengan menyimpan dendam, tanpa memaafkan orang lain, kita akan tidur dengan membawa penyakit hati. Bahkan mungkin kita tak akan bisa tidur. Sekalipun kita tidur, tidur kita akan memberikan mimpi buruk bagi kita. Penyakit hati itu akan tumbuh dan berkembang ketika kita tidur. Dari penyakit hati itulah lahir penyakit-penyakit jiwa dan penyakit-penyakit fisik. Orang yang stress harus membiasakan diri memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang-orang yang membuatnya stress sebelum ia beranjak tidur.
Dalam hadis itu tidak dicontohkan istighfar macam apa yang harus kita baca. Tapi ada satu istighfar yang telah dicontohkan oleh orang tua-orang tua kita di kampung. Biasanya setelah salat maghrib, mereka membaca:
“Astaghfirullâhal azhîm lî wa lî wâlidayya wa lî ashâbil huqûqi wajibâti ‘alayya wal masyâikhina wal ikhwâninâ wa li jamî’il muslimîna wal muslimât wal mukminîna wal mukminât, al ahyâiminhum wal amwât. Ya Allah, aku mohonkan ampunan pada-Mu bagi diriku dan kedua orang tuaku, bagi semua keluarga yang menjadi kewajiban bagiku untuk mengurus mereka. Ampuni juga guru-guru kami, saudara-saudara kami, muslimin dan muslimat, mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat.”
Bila kita amalkan istighfar itu sebelum tidur, paling tidak kita telah meminta ampun untuk orang tua kita. Istighfar kita, insya Allah, akan membuat orang tua kita di alam Barzah senang kepada kita. Istighfar itu pun akan menghibur mereka dalam perjalanan mereka di alam Barzah. Manfaat paling besar dari membaca istighfar adalah menentramkan tidur kita.
Nasihat terakhir dari Rasulullah saw kepada Fathimah adalah, “Sebelum tidur, hendaknya kamu lakukan haji dan umrah.” Bagaimana caranya? Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang membaca subhânallâh wal hamdulillâh wa lâ ilâha ilallâh huwallâhu akbar, ia dinilai sama dengan orang yang melakukan haji dan umrah.”
Menurut Rasulullah saw, barangsiapa yang membaca wirid itu lalu tertidur pulas, kemudian dia bangun kembali, Allah menghitung waktu tidurnya sebagai waktu berzikir sehingga orang itu dianggap sebagai orang yang berzikir terus menerus. Tidurnya bukanlah tidur ghaflah, tidur kelalaian, tapi tidur dalam keadaan berzikir. Sebetulnya, bila sebelum tidur kita membaca zikir, tubuh kita akan tertidur tapi ruh kita akan terus berzikir. Sekiranya orang itu terbangun di tengah tidurnya, niscaya dari mulut orang itu akan keluar zikir asma Allah.
***
Petikan dari ceramah KH. Jalaluddin Rakhmat pada Pengajian Ahad di Mesjid Al-Munawwarah, tanggal 12 September 1999.
Ditranskripsi oleh Ilman Fauzi Rakhmat

Kajian Pintu-Pintu Masuknya Syetan

Kajian Pintu-Pintu Masuknya Syetan
Oleh Dr.H. Achmad Satori
Hati manusia bagaikan benteng sedangkan syetan adalah musuh yang senantiasa mengintai untuk menguasai benteng tersebut. Kita tidak bisa menjaga benteng kalau tidak melindungi atau menjaga/menutup pintu-pintu masuknya syetan ke dalam hati.
Hati manusia bagaikan benteng sedangkan syetan adalah musuh yang senantiasa mengintai untuk menguasai benteng tersebut. Kita tidak bisa menjaga benteng kalau tidak melindungi atau menjaga/menutup pintu-pintu masuknya syetan ke dalam hati. Kalau kita ingin memiliki kemampuan untuk menjaga pintu agar tidak diserbu syetan, kita harus mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan syetan sebagai jalan untuk menguasai benteng tsb. Melindungi hati dari gangguan syetan adalah wajib oleh karena itu mengetahui pintu masuknya syetan itu merupakan syarat untuk melindungi hati kita maka kita diwajibkan untuk mengetahui pintu-pintu mana saja yang dijadikan jalan untuk menguasi hati manusia.
Pintu tempat masuknya syetan adalah semua sifat kemanusiaan manusia yang tidak baik. Berarti pintu yang akan dimasuki syetan sebenarnya sangat banyak,
Namun kita akan membahas pintu-pintu utama yang dijadikan prioritas oleh syetan untuk masuk menguasai manusia. Di antara pintu-pintu besar yang akan dimasuki syetan itu adalah:
1. Marah
Marah adalah kalahnya tentara akal oleh tentara syetan. Bila manusia marah maka syetan bisa mempermainkannya seperti anak-anak mempermainkan kelereng atau bola. Orang marah adalah orang yang sangat lemah di hadapan syetan.
2. Hasad
Manusia bila hasud dan tamak menginginkan sesuatu dari orang lain maka ia akan menjadi buta. Rasulullah bersabda:” Cintamu terhadap sesuatu bisa menjadikanmu buta dan tuli” Mata yang bisa mengenali pintu masuknya syetan akan menjadi buta bila ditutupi oleh sifat hasad dan ketamakan sehingga tidak melihat. Saat itulah syetan mendapatkan kesempatan untuk masuk ke hati manusia sehingga orang itu mengejar untuk menuruti syahwatnya walaupun jahat.
3. Perut kenyang
Rasa kenyang menguatkan syahwat yang menjadi senjata syetan. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa Iblis pernah menampakkan diri di hadapan Nabi Yahya bin Zakariyya a.s. Beliau melihat pada syetan beberapa belenggu dan gantungan pemberat untuk segala sesuatu seraya bertanya. Wahai iblis belenggu dan pemberat apa ini? Syetan menjawab: Ini adalah syahwat yang aku gunakan untuk menggoda anak cucu Adam.Yahya bertanya: Apa hubungannya pemberat ini dengan manusia ? Syetan menjawab: Bila kamu kenyang maka aku beri pemberat sehingga engkau enggan untuk sholat dan dzikir. Yahya bertanya lagi: Apa lainnya? Tidak ada! Jawab syetan. Kemudian Nabi Yahya berkata: Demi Allah aku tidak akan mengenyangkan perutku dengan makanan selamanya. Iblis berkata. Demi Allah saya tidak akan memberi nasehat pada orang muslim selamanya.
Kebanyakan makan mengakibatkan munculnya enam hal tercela:
  • Menghilangkan rasa takut kepada Allah dari hatinya.
  • Menghilangkan rasa kasih sayang kepada makhluk lain karena ia mengira bahwa semua makhluk sama kenyangnya dengan dirinya.
  • Mengganggu ketaatan kepada Allah
  • Bila mendengarkan ucapan hikmah ia tidak mendapatkan kelembutan
  • Bila ia bicara tentang ilmu maka pembicaraannya tidak bisa menembus hati manusia.
  • Akan terkena banyak penyakit jasmani dan rohani
4. Cinta perhiasan dan perabotan rumah tangga
Bila syetan melihat hati orang yang sangat mencintai perhiasan dan perabotan rumah tangga maka iblis bertelur dan beranak dan menggodanya untuk terus berusaha melengkapi dan membaguskan semua perabotan rumahnya, menghiasi temboknya, langit-langitnya dst. Akibatnya umurnya habis disibukkan dengan perabotan rumah tangga dan melupakan dzikir kepada Allah.
5. Tergesa-gesa dan tidak melakukan receck
Rasulullah pernah bersabda: Tergesa-gesa termasuk perbuatan syetan dan hati-hati adalah dari Allah SWT.
Allah berfirman: ”Manusia diciptakan tergesa-gesa” dalam ayat lain ditegaskan: “Sesungguhnya manusia itu sangat tergesa-gesa.”
Mengapa kita dilarang tergesa-gesa? Semua perbuatan harus dilakukan dengan pengetahuan dan penglihatan mata hati. Penglihatan hata hati membutuhkan perenungan dan ketenangan. Sedangkan tergesa-gesa menghalangi itu semua. Ketika manusia tergesa-gesa dalam melakukan kewajiban maka syetan menebarkan kejahatannya dalam diri manusia tanpa disadari.
6. Mencintai harta
Kecintaan terhadap uang dan semua bentuk harta akan menjadi alat hebat bagi syetan. Bila orang memiliki kecintaan kuat terhadap harta maka hatinya akan kosong. Kalau dia mendapatkan uang sebanyak satu juta di jalan maka akan muncul dari harta itu sepuluh syahwat dan setiap syahwat membutuhkan satu juta. Demikianlah orang yang punya harta akan merasa kurang dan menginginkan tambahan lebih banyak lagi.
7. Ta’assub bermadzhab dan meremehkan kelompok lain.
Orang yang ta’assub dan memiliki anggapan bahwa kelompok lain salah sangat berbahaya. Orang yang demikian akan banyak mencaci maki orang lain. Meremehkan dan mencaci maki termasuk sifat binatang buas. Bila syetan menghiasi pada manusia bahwa taassub itu seakan-akan baik dan hak dalam diri orang itu maka ia semakin senang untuk menyalahkan orang lain dan menjelekkannya.
8. Kikir dan takut miskin.
Sifat kikir ini mencegah seseorang untuk memberikan infaq atau sedekah dan selalu menyeru untuk menumpuk harta kekayaan dan siksa yang pedih adalah janji orang yang menumpuk harta kekayaan tanpa memberikan haknya kepada fakir miskin. Khaitsamah bin Abdur Rahman pernah berkata: Sesungguhnya syaitan berkata: Anak cucu Adam tidak akan mengalahkanku dalama tiga hal perintahku: Aku perintahkan untuk mengambil harta dengan tanpa hak, menginfakkannya dengan tanpa hak dan menghalanginya dar hak kewajibannya (zakat). Sufyan berkata: Syetan tidak mempunyai senjata sehebat senjata rasa takutnya manusia dari kemiskinan. Apabila ia menerima sifat ini maka ia mengambil harta tanpa hak dan menghalanginya dari kewajiban zakatnya.
9. Memikirkan Dzat Allah
Orang yang memikirkan dzat Allah tidak akan sampai kepada apa yang diinginkannya ia akan tersesat karena akal manusia tidak akan sampai kesana. Ketika memikirkan dzat Allah ia akan terpeleset pada kesyirikan.
10. Suudzon terhadap orang Islam ghibah.
Allah berfirman dalam Surat Al Hujuroot 12 sbb.:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.
Rasulullah pernah bersabda: Jauhillah tempat-tempat yang bisa memunculkan prasangka buruk. Kalau ada orang yang selalu suudzdzon dan selalu mencari cela orang lain maka sebenarnya ia adalah orang yang batinnya rusak. Orang mukmin senantiasa mencari maaf dan ampunan atetpi orang munafik selalu mencari cela orang lain.
Itulah sebagian pintu-pintu masuknya syetan untuk menguasai benteng hatinya. Kalau kita teliti secara mendetail kita pasti tidak akan mempu menghitus semua pintu masuknya syetan ke dalam hati manusia
Sekarang bagaimana solusi dari hal ini? Apakah cukup dengan zikrullah dan mengucapkan “Laa haula wa laa quwwata illa billah”? ketahuilah bahwa upaya untuk membentengi hati dari masuknya serbuan syetaan adalah dengan menutup semua pintu masuknya syetan dengan membersihkan hati kita dari sifat-sifat tercela yang disebutkan di atas. Bila kita bisa memutuskan akar semua sifat tercela maka syetan mendapatkan berbagai halangan untuk memasukinya ia tidak bisa menembus ke dalam karena zikrullah. Namun perlu diketahui bahwa zikir tidak akan kokh di hati selagi hati belum dipenuhi dengan ketakwaan dan dijauhkan dari sifat-sifat tercela. Bila orang yang hatinya masih diliputi oleh akhlak tercela maka zikrullah hanyalah omongan jiwa yang tidak menguasai hati dan tidak akan mampu menolak kehadiran syetan. Oleh sebab itu
Allah berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari syaitan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya. ( Al A’raaf 201)
Perumpamaan syetan adalah bagaikan anjing lapar yang mendekati anda. Bila anda tidak memiliki roti atau daging pasti ia akan meninggalkanmu walaupun cuma menghardiknya dengan ucapan kita. Tapi bila di tangan kita ada daging maka ia tidak akan pergi dari kita walaupun kita sudah berteriak ia ingin merebut daging dari kita. Demikian juga hati bila tidak memiliki makanan syetan akan pergi hanya dengan dzikrullah. Syahwat bila menguasi hati maka ia akan mengusir dzikrullah dari hati ke pinggirnya saja dan tidak bisa merasuk dalam relung hati. Sedangkan orang-orang muttaqin yang terlepas dari hawa nafsu dan sifat-sifat tercela maka ia akan dimasuki syetan bukan karena syahwat tapi karena kelalaian daari dzikrullah apabila ia kembali berdzikir maka syetan langsusng. Inilah yang ditegaskan firman Allah dalam ayat sebelumnya:
Artinya: Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. ( Al A’roof ayat 200)
Dalam ayat lain disebutkan:
Artinya: Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaannya (syaitan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah. (An Nahl 98-100)
Mengapa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Bila Umar ra. Melewati suatu lereng maka syetan mengambil lereng selain yang dilewati Umar.”? Karena Umar memiliki hati yang bersih dari sifat-sifat tercela sehingga syetan tidak bisa mendekat. Kendatipun hati berusaha menjauhkan diri dari syetan dengan dzikrullah tapi mustahil syetan akan menjauh dari kita bila kita belum membersihkan diri dari tempat yang disukai syetan yaitu syahwat, seperti orang yang meminum obat sebelum melindungi dir dari penyakit dan perut masih disibukkan dengan makanan yang kerasa dicerna. Taqwa adalah perlindungan hati dari syahwat dan nafsu apabila zikrullah masuk kedalam hati yang kosong dari zikir maka syetan mendesak mamsuk seperti masuknya penyakit bersamaan dengan dimakannya obat dalam perut yang masih kosong.
Allah SWT berfirman :
Artinya: Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya. ()
Wallahu a’lamu bis showab.

Memilih Teman Seperjalanan di Alam Barzakh

Firman Alloh SWT :”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung“. (QS. Ali Imran 104:105).
Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa menghadap Allah (meninggal dunia), sedangkan ia biasa melalaikan Shalatnya, maka Allah tidak mempedulikan sedikit-pun perbuatan baiknya (yang telah ia kerjakan tsb)”. (Hadist Riwayat Tabrani)
Memilih Teman Seperjalanan di Alam Barzakh 
Seperti anda ketahui, di dalam hidup ini, Islam menawarkan dua pilihan, yaitu, jalan menuju Allah Swt, dan jalan menuju setan. Kita disuruh memilih, jalan mana yang kita kehendaki. Al Qur’an sendiri menegur kita “Fa ayna tadzhabun?” (Hendak pergi kemana kalian ini?) QS.81:26. Pertanyaan ini merupakan peringatan buat semua orang. Tetapi Nabi Ibrahim menjawab pertanyaan tsb sbb:
Dan Ibrahim berkata:“Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. (QS. 37:99)
Dalam ayat lain dikatakan : “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya (manusia) dua jalan”. (QS. 90:10)
Yaitu jalan menuju Allah Swt dan jalan menuju selain Allah Swt. Bahkan sering kali kita temukan di dalam Al Qur’an ungkapan yang menganjurkan agar kita berjalan mengikuti orang-orang yang berjalan menuju Tuhan.
…… dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS. 31:15)
Dunia utama yang harus dia tinggalkan adalah dirinya sendiri. Para ahli tafsir mengartikan ayat, Barang siapa yang keluar dari rumahnya (QS. 4:100), dalam dua makna; makna batin dan makna lahir. Makna lahir dari ayat ini, berkenaan dengan para sahabat Nabi Saw., yang meninggalkan rumahnya di Makkah menuju Madinah.
Dalam riwayat lain disebutkan, bahwa ayat itu berkenaan dengan orang tua yang sakit, yang ikut hijrah kemudian mati di perjalanan. Pada waktu itu, ketika sahabat lain sudah hijrah dia masih tinggal di Makkah. Kemudian turun ayat yang menegur orang yang tinggal di Makkah dan tidak mau hijrah.
Dan kalau mereka mati, malaikat akan mengecam mereka yang tidak mau berhijrah. Al Qur’an Al Karim mengatakan : “Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya:”Dalam keadaan bagaimana kamu ini”. Mereka menjawab:”Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)”. Para malaikat berkata:”Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah dibumi itu”. Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali, (QS. 4:97)
Kecuali mereka yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak mampu berdaya upaya dan tidak mengetahui jalan (untuk hijrah), (QS. 4:98)
Orang sakit dan tua ini mengatakan, “Saya ini tidak termasuk orang yang dikecualikan dalam ayat ini karena saya mempunyai bekal dan saya punya orang yang tahu jalan, hanya saja saya sakit. Oleh karena itu, angkutlah saya, bawa saya berhijrah.” Kemudian oleh keluarganya, ia dibawa ke Madinah. Sampai kemudian di suatu tempat yang bernawa Tawin, orang itu meninggal dunia. Kemudian turun ayat :
……Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya disisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 4:100)
Itulah makna lahir dari ayat ini.
Seperti yang pernah disebutkan dalam hadis Nabi, “Barang siapa yang meniti (salaka) jalan menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah.”
Ada sebuah nasihat yang dapat kita ambil dari seoarang ulama, dan sufi besar pendiri sebuah tarekat, bernama Syaikh Najmuddin Al Kubra. Ia mempunyai banyak murid yang kelak menjadi para wali. Beliau memberikan beberapa bentuk jalan kehidupan, ketika dia sedniri sedang meniti jalan menuju Allah Swt.
Beliau mengatakan, “Ada dua macam perjalanan manusia. Pertama perjalanan itu ialah perjalanan yang terpaksa, yang disebut safar qahri. Dan yang kedua, ialah perjalanan yang merupakan pilihan kita, atau yang disebut dengan safari ikhtiyari.” Artinya, ada perjalanan kita semua yang menuju Allah Swt tetapi dalam keadaan terpaksa; ada pula perjalanan kita yang menuju Allah dalam keadaan sukarela.
Al Qur’an Al Karim mengatakan : “Sesungguhnya kita semua adalah kepunyaan Allah, dan semua akan kembali kepadaNYA” dan “Kepada Akulah semua akan kembali.” Dan itulah perjalanan yang tidak sukarela.
Masih menurut beliau, perjalanan yang tidak sukarela itu sendiri memiliki beberapa stasiun.
  • Pertama, ketika kita berada pada sulbi ayah kita.
  • Kedua, ketika kita berada pada rahim ibu.
  • Ketiga, ketika kita dilahirkan ke dunia ini dan
  • Keempat, alam kubur, yang menurut agama, alam itu bisa menjadi taman dari taman-taman surga, atau bisa juga menjadi sumur-sumur neraka, bergantung kepada amal perbuatan kita di dunia ini.
Pada alam barzakh ini kita belum masuk surga atau neraka tetapi kita sudah berada dalam bayang-bayang keduanya.
Sedangkan tahap kelima, ialah saat kebangkitan yang menurut Syaikh Najmuddin Al Kubra, usianya sama dengan (lebih kurang) 5.000 tahun usia dunia ini. Itulah hari kebangkitan, ketika semua manusia dibangkitkan dari tidurnya yang panjang.
Menurut orang-orang sufi, kita semua tidak ingat lagi alam yang sebelum ini alam rahim, misalnya. Kita tidak ingat lagi suasana di alam rahim itu. Semua yang berada di alam rahim mempengaruhi tingkah laku kita sekarang ini; tetapi kita seakan-akan tidak mengalami dunia itu. Kita seakan-akan lahir ke dunia ini, kemudian kita menemukan alam kesadaran baru.
Begitu pula, ketika kita berada di alam barzakh, kita mulai sadar bahwa di alam inilah sebetulnya kehidupan yang sebenarnya itu. Kehidupan dunia ini bagaikan sebuah mimpi saja. Suasana seperti baru kita sadari di alam barzakh itu.
Allah Swt berfirman : Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan daripadamu tutup (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu sangat tajam. (QS. 50:22)
Kita merasakan alam barzakh itu sebagai permulaan kehidupan. Apa yang kita lakukan sekarang ini mempengaruhi suasana senang dan susah di alam barzakh nanti.
Ketika kita nanti dibangkitkan, kita merasa bahwa alam barzakh itu seperti mimpi yang panjang. Semua orang merasakan bahwa memang itulah kehidupan yang sebenarnya. Al Qur’an Al Karim melukiskan peristiwa itu dalam surah Yasin sbb :
Mereka berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul Rasul(Nya). (QS. 36:52)
Itulah alam kebangkitan yang panjangnya kira-kira sama dengan hitungan 5.000 tahun dunia ini. Hanya Allah Yang Maha Tahu, karena perhitungan panjang-pendeknya waktu itu sangat relatif, apalagi ketika menghadapi alam lain. Kita sangat susah menghitung berapa lama waktu itu.
Sayyidina Ali k.w. pernah meriwatkan bahwa begitu seseorang meninggal dunia, jenazahnya terbujur, diadakan “upacara perpisahan” di alam ruh. Pertama-tama ruh dihadapkan kepada seluruh kekayaannya yang dia miliki. Kemudian terjadi dialog antara keduanya. Mayit itu mengatakan kepada seluruh kekayaannya, “Dahulu aku bekerja keras untuk mengumpulkan kamu itu sehingga akau lupa untuk mengabdi kepada Allah Swt., sampai aku tidak tahu mana yang benar dan mana yang salah. Sekarang, apa yang akan kamu berikan sebagai bekal dalam perjalananku ini.” Lalu harta kekayaan itu berkata, “Ambillah dariku itu kain kafanmu.” Jadi tinggal kain kafanlah yang dibawa untuk bekal perjalanan selanjutnya.
Sesudah itu si mayit dihadapkan kepada seluruh keluarganya – anak-anaknya, suami atau istrinya – kemudiansi mayit berkata, ” Dahulu akau mencintai kamu, menjaga dan merawat kamu. Begitu susah payah aku mengurus dirimu, sampai aku lupa mengurus diriku sendiri. Sekarang apa yang mau kalian bekalkan kepadaku pada perjalananku selanjutnya ?” Kemudian keluarganya mengatakan, “Aku antarkan kamu sampai ke kuburan.”
Setelah perpisahan itu, si mayit akan dijemput oleh makhluk jelmaan amalnya. Kalau orang yang meninggal ini adalah orang yang sering berbuat baik, beramal saleh, maka dia akan dijemput oleh makluk yang berwajah ceria, yang memandangnya menimbulkan kenikmatan, dan memancarkan aroma semerbak. Makhluk jelmaan itu kemudian mengajak si mayit pergi. Kemudian mayit itu berkata : “Siapakah Anda ini sebenarnya ? Saya tidak kenal dengan Anda.” Makhluk itu kemudian menjawab: “Akulah amal saleh kamu dan aku akan mengantarkan kamu sampai hari perhitungan (hisab) nanti.”
Bahwa amal-amal kita nanti akan berwujud, misalnya, sedekah yang sekarang ini tidak kita lihat wujudnya. Kita hanya mengenalnya sekarang ini sebagai sesuatu yang abstrak. Pekerjaan orang tersebut bisa kita lihat tapi wujudnya tidak dapat kita lihat. Yang menarik adalah bahwa amal saleh yang kita kerjakan akan selalu setia menemani kita sampai alam barzakh.
Tetapi amal jelek juga akan berwujud. Dia akan berwujud wajah yang menakutkan, dengan bau yang menyengat seperti bangkai, dan ia akan terus menemani kita sampai hari hisab nanti. Kemudian ketika amal buruk itu ditanya, “Siapakah Anda ini sebenarnya ?” Maka dia menjawab, “Saya adalah amal kamu yang jelek. Dan aku akan menemani kamu sejak alam barzakh sampai kebangkitan nanti.
Bayangkan perjalanan panjang yang ditemani makhluk yang mengerikan dan baunya bahkan melebihi bau bangkai. Padahal kalau kita lihat hadis-hadis Nabi, sedihnya seorang mayit ketika hendak meninggalkan keluarganya melebihi kesedihan seseorang yang harus meninggalkan keluarganya secara tiba-tiba, misalnya pergi ke luar negeri, atau mau pergi menunaikan ibadah haji ke Makkah.
Sang mayit pun akan berpisah dengan seluruh keluarganya bahkan dengan seluruh dunia ini yang pernah dihuninya setelah sekian lama. Setelah berpisah, dia akan hidup sendiri, dilanda kesepian yang luar biasa. Karena itu beruntunglah kalau dalam kesepian itu ia ditemani oleh teman-teman yang baik.
Itulah perjalanan yang mau tidak mau mesti kita jalani. Sesudah perjalanan itu kita memasuki tempat tinggal yang abadi. Tempat itu bisa merupakan kesenangan yang abadi, yaitu surga; tetapi tempat abadi itu juga bisa berwujud neraka yang mengerikan.
Selain perjalanan yang terpaksa (safar qahri), ada pula safar ikhtiyari, yaitu perjalanan yang merupakan pilihan kita. Kita bisa memilih berjalan atau tidak memilih berjalan. Perjalanan Ikhtiyari ini sendiri terbagi menjadi dua. Pertama, perjalanan ruhani, atau perjalanan jiwa kita menuju Allah Swt. Dan itulah yang disebut As-Suluk ila Malikil Muluk (perjalanan menuju Raja segala raja). Dalam perjalanan ini kita akan melewati beberapa tahapan sama seperti kita akan melewati beberapa tahapan pada perjalanan qahri tadi.
Kedua, ialah perjalan fisik. Yaitu pindahnya Anda dari suatu kota ke kota lain. Islam sangat menganggap perjalana fisik ini. Dan bahkan mungkin hanya dalam Islam terdapat banyak anjuran mengenai pentingnya melakukan perjalanan. Seperti yang terdapat dalam QS. 6: 11; 16: 36; 27: 69; 29: 20; 30:42; semuanya mengatakan, “…..Adakanlah perjalanan dimuka bumi…”
Oleh karena itu, salah satu keutamaan haji adalah karena di dalam ibadah haji itu ada unsur safar yang dilambangkan dengan meninggalkan dunia menuju Rumah Allah, yaitu Baytullah.Tetapi haji itu juga mengandung safar ruhani. Jadi, ibadah haji memiliki dua safar sekaligus.
Dalam shalat, kita hanya mempunyai satu safar, yaitu safar ruhani, tidak safar jasmani. Ketika Anda berjalan untuk menuntut ilmu, Anda dianggap melakukan dua safar.
***
Dikutip tanpa izin dari Buku: Terbitan Mizan. Renungan Renungan Sufistik, Prof. Dr. KH. Jalaluddin Rakhmat.

Adap Tertawa Dalam wasiatnya Imam Hasan Al Banna…

Adap Tertawa Dalam wasiatnya Imam Hasan Al Banna… 

Adap Tertawa
Dalam wasiatnya, Imam Hasan Al-Banna menasihatkan hendaknya seorang Muslim tidak larut dalam tawa. Hati yang tenang dan hidup dengan iman akan selalu ingat akan keagungan Allah SWT, dipenuhi oleh rasa takut serta selalu berharap kepada-Nya.
Banyak ayat Alquran yang menyebutkan tentang tertawa. Tertawa mengejek termasuk akhlak orang kafir dan munafik. Mereka menertawakan orang yang sungguh-sungguh beriman terhadap ayat-ayat yang telah diturunkan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul-Nya.
”Sesungguhnya sekelompok hamba-Ku mengatakan, ‘Wahai Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan kasihanilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik yang mengasihi. Tetapi kalian menjadikan mereka ejekan, sehingga menyebabkan kalian lupa mengingat-Ku, dan kalian dulu menertawakan mereka. Hari ini aku ganjar mereka karena telah bersabar, sesungguhnya merekalah orang-orang yang beruntung.” (QS Al-Mukminun [23]: 109-111).
”Sesungguhnya para pendosa itu, menertawakan orang-orang yang beriman. Dan bila mereka melalui, mereka mengerlingkan mata (mengejek).” (QS Al-Muthafiffin [83]: 29).
Alquran mengategorikan tertawa sebagai jarimah (kriminal) seperti kisah Fir’aun dan kaumnya ketika datang kepada mereka utusan Allah SWT. ”Ketika Nabi itu datang membawa ayat-ayat Kami, mereka menertawakannya.” (QS Az-Zukhruf [43]: 47).
Tidak ada perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang haramnya tertawa seperti yang disebutkan di atas. Namun, tak semua tertawa itu dilarang dan tidak semuanya diperbolehkan. Tertawa yang diperbolehkan adalah tertawa yang terlalu sering dan melampaui batas.
Hal ini tergolong menjadi permainan yang melenakan dari kesungguhan dalam berbagai hal. Tertawa yang diperbolehkan adalah tertawa yang wajar dan tidak terbahak-bahak, selama itu menjadi tuntutan dan hajat, karena itu merupakan reaksi alamiah dan juga karakter manusia yang tidak mampu menahan atau menolaknya. Contoh tertawa yang baik dalam hal ini adalah para Nabi dan Rasul Allah SWT. Banyak riwayat yang menyatakan saat Nabi Muhammad SAW tertawa, tapi tertawanya tidak melampaui batas atau hanya tersenyum saja. Senyum Rasulullah SAW yang paling maksimal adalah nampak gigi gerahamnya.
Bahkan dulu Rasulullah SAW adalah orang yang paling banyak senyum dan wajahnya berseri-seri. Inilah perangai yang baik nan indah yang dipakai oleh orang-orang yang muru’ah (punya harga diri) untuk menghiasi diri mereka.
Karena tertawa berlebihan merupakan tingkah laku yang menyimpang dan melenyapkan kharisma seorang Mukmin dan bisa menurunkan derajat di kalangan manusia. Disebutkan dalam suatu riwayat bahwa Rasulullah SAW bersabda: ‘‘Sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati dan menghilangkan kharisma seorang Mukmin.”
Wallahu Alam
***
Sumber : republika.co.id
(Prayitno )

Pemuda Itu

Pemuda Itu
Di tengah kesibukan dengan pekerjaan, terkadang kita terlena oleh pekerjaan itu sendiri. Shallat berjamaah terkadang terlewatkan, dengan alasan kerjaan nanggung, sebentar lagi meeting atau sebentar lagi ada bos. Banyak alasan sehingga kita melupakan aktifitas yang penuh pahala dan penuh hikmah ini. Terkadang karena hal – hal itu saya pun tertinggal shallat berjamaah.
Kebetulan kantor tempat saya bekerja ada sebuah musholla kecil yang hanya bisa menampung 7 orang saja sedangkan pergi ke mesjid besar cukup jauh sekitar 300 meteran. Terkadang saya bisa pergi ke mesjid terkadang juga hanya mampu shallat sendiri di musholla kantor. Setiap saya bisa berkesempatan shallat asyar di mesjid ini lah saya selalu memperhatikan seorang pemuda, dengan pakaian seadanya tapi jelas kelihatan bersih dan rapi, serta rambut yang di sisir rapi, shallat khusu di shap sebelah kanan. Pemuda tadi begitu memperhatikan sekali akan kebersihan dalam menghadapkan diri pada Allah SWT, melalui shallatnya. Begitu memperhatikan sekali ketepatan waktu dalam shallatnya dan begitu memperhatikan sekali shallat berjamaah. Saya sempat menerka – nerka orang ini, mungkin dia seorang pegawai bangunan yang sedang mengerjakan project di sekitar mesjid itu atau bahkan seorang karyawan yang bekerja di kantor yang tidak jauh dari kantor tempat saya bekerja. Sungguh jelas sekali terlihat dari wajahnya yang bersih dan kelihatan berseri, kelihatan jelas wajahnya yang selalu dibasahi oleh air wudhu.
Hari itu menjelang adzan asyar berkumandang, teta – teki tentang siapa pemuda itu terjawab. Dari jauh terlihat sekelompok orang dengan membawa perkakas kebersihan sapu penggaruk daun sedang berjalan menuju tempat istirahatnya, dan di antara mereka terdapat si pemuda tadi. Oh…sungguh terenyuh hati ini, sungguh subhannallah… maha besar Allah, Kau telah memilih dia sebagai seorang pemuda yang shaleh mungkin jauh lebih shaleh daripada saya, bahkan saya tidak merasa diri shaleh. Padahal secara status sosial kalau dilihat dari pekerjaan yang dia lakukan sungguh pekerjaan yang dia lakukan bagi sebagian orang akan mencibirnya. Kerja dengan peluh keringat bercucuran di bawah terik matahari yang menyengat, belum lagi debu dan kotornya tempat pemuda itu bekerja. Tak terasa airmata rasanya mau tumpah melihat begitu mulianya pemuda itu di hadapan Allah di bandingkan dengan kondisi saya saat ini, kerja dikantor banyak waktu luang tapi terkadang suka melalaikan shallat berjamaah, meskipun pakaian banyak di lemari tapi terkadang tidak memperhatikan kebersihannya saat shallat. Baju kantor merangkap pula baju shallat. Sedangkan pemuda tadi selalu memperhatikan shallat berjamaah, berpakaian rapi dan bersih, membersihkan badan supaya segar dan wangi dan pergi ke mesjid itu pada saatnya shallat asyar padahal jaraknya cukup jauh.
Puji syukur kepada Mu ya Allah atas segala peristiwa tadi, jadi cermin untuk memperbaiki ibadah saya, Ya..Allah berilah saya kekuatan untuk bisa melakukan taubatan na suha, taubat yang sebenar-benarnya taubat. Amin.
Melalui tulisan ini saya berdoa dengan tulus ” ya..Allah berilah pemuda tadi kemulian hidup di dunia dan kemuliaan hidup di akherat ” aamiin.
***
Cerita dari: Sahabat Jemaah Mesjid Baiturahim

Kisah Shalawat Nabi Muhammad SAW

Kisah Shalawat Nabi Muhammad SAW
Rasulullah S.A.W telah bersabda bahwa, “Malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail A.S. telah berkata kepadaku.
Berkata Jibril A.S. : “Wahai Rasulullah, barang siapa yang membaca selawat ke atasmu tiap-tiap hari sebanyak sepuluh kali, maka akan saya bimbing tangannya dan akan saya bawa dia melintasi titian seperti kilat menyambar.”
Berkata pula Mikail A.S. : “Mereka yang berselawat ke atas kamu akan aku beri mereka itu minum dari telagamu.”
Berkata pula Israfil A.S. : “Mereka yang berselawat kepadamu akan aku sujud kepada Allah S.W.T dan aku tidak akan mengangkat kepalaku sehingga Allah S.W.T mengampuni orang itu.”
Malaikat Izrail A.S pula berkata : “Bagi mereka yang berselawat ke atasmu, akan aku cabut ruh mereka itu dengan selembut-lembutnya seperti aku mencabut ruh para nabi-nabi.”
Apakah kita tidak cinta kepada Rasulullah S.A.W.? Para malaikat memberikan jaminan masing-masing untuk orang-orang yang berselawat ke atas Rasulullah S.A.W.
Dengan kisah yang dikemukakan ini, kami harap para pembaca tidak akan melepaskan peluang untuk berselawat ke atas junjungan kita Nabi Muhammad S.A.W. Mudah-mudahan kita menjadi orang-orang kesayangan Allah, Rasul dan para malaikat.
***
Dari Sahabat

Syetan Bangga Jika Dicaci, Karenanya Mencacimaki Syetan Tidak Boleh

Syetan Bangga Jika Dicaci, Karenanya Mencacimaki Syetan Tidak Boleh
Oleh: Badrul Tamam
Al-hamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Ketika tersandung batu, terpeleset, terjatuh atau terantuk sesuatu yang membuat sakit, sering meluncur dari lisan kita kalimat-kalimat umpatan seperti “Syetan!” (ungkapan kekesalan), atau “Syetan sialan.” Seolah-olah syetan ada di balik semua ini, karenanya dialah yang harus disalahkan.
Memang syetan senantiasa berusaha menimpakan keburukan kepada umat manusia karena kedengkiannya. Terutama supaya manusia merugi dan sengsara dunia akhriat. Karenanya, syetan berusaha keras untuk menyesatkan umat manusia dari jalan hidayah supaya kelak menjadi temannya di neraka yang menyala-nyala.  Allah Ta’ala berfirman:
“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Faathir: 6)
Tapi, menyalah-nyalahkan syetan dengan kalimat-kalimat umpatan bukan sebuah kebaikan.
Diriwayatkan dari Abu Malih. Ada seseorang bercerita kepada Abu Malih. Ia berkata: “Saya pernah naik Unta bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Unta beliau terpeleset, tanpa sadar saya berkata, “Celakalah syetan.” Lalu Rasullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Jangan kamu katakan “celaka Syetan”, sebab jika kamu katakan itu badan syetan akan semakin membesar sehingga sebesar rumah seraya berkata, ‘dengan kekuatanku (aku menggelincirkan dia.’ Tetapi katakanlah, ’Dengan menyebut nama Allah’. Bila kamu berkata demikian, maka badan syetan akan mengecil hingga sekecil lalat.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, al-Nasai, al-Thabrani, al-Baihaqi, dan al-Hakim. Dishahihkan oleh Syekh Al-Albani dalam Shahih al-Targhib wa al-Tarhib, beliau berkata, “Shahihul Isnad”, no.3128, 3129.)
Menyebut nama Allah-lah yang pantas diucapkan oleh seorang muslim sebagai bentuk keyakinannya bahwa tidak ada yang terjadi di muka bumi kecuali atas izin-Nya. Bukan berarti dengan menyebut nama Allah, Allah disalah-salahkan. Sekali lagi tidak, tapi sebagai ungkapan keyakinan bahwa semua itu dengan izin Allah. Tentunya harus disertai juga dengan keyakinan bahwa apa yang Allah timpakan atas orang muslim hakikatnya membawa kebaikan. Boleh jadi musibah yang menimpa seorang muslim itu sebagai kafarah atas dosa dan kesalahannya atau sebagai ujian dari Allah untuk meninggikan derajatnya.
Diriwayatkan dari Mu’awiyah radliyallah ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Tidak ada sesuatu yang menimpa seorang mukmin pada tubuhnya sehingga membuatnya sakit kecuali Allah akan menghapuskan dosa-dosanya.” (HR. Ahmad 4/98, Al-Hakim 1/347 Mu’awiyah radliyallah ‘anhu. Al-Hakim menyatakan shahih sesuai syarat Syaikhain. Imam al-Dzahabi menyepakatinya. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam al-Shahihah 5/344, no. 2274)
Diriwayatkan juga dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
“Tidaklah menimpa seorang muslim kelelahan, sakit, kekhawatiran, kesedihan, gangguan dan duka, sampai pun duri yang mengenai dirinya, kecuali Allah akan menghapus dengannya dosa-dosanya.” (Muttafaqun’alaih)
Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu berkata dalam Syarh Riyadhish Shalihin (1/94): “Apabila engkau ditimpa musibah maka janganlah engkau berkeyakinan bahwa kesedihan atau rasa sakit yang menimpamu, sampaipun duri yang mengenai dirimu, akan berlalu tanpa arti. Bahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menggantikan dengan yang lebih baik (pahala) dan menghapuskan dosa-dosamu dengan sebab itu. Sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya. Ini merupakan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sehingga, bila musibah itu terjadi dan orang yang tertimpa musibah itu mengingat pahala dan mengharapkannya, maka dia akan mendapatkan dua balasan, yaitu menghapus dosa dan tambahan kebaikan (sabar dan ridha terhadap musibah).”
Mengungkapkan kekesalan dengan mencaci maki syetan tidak akan membawa kebaikan. Selain tidak berpahala karena tidak mengembalikan urusan kepada Allah dan tidak sabar atas takdir-Nya, perbuatan tersebut malah membuat syetan merasa senang dan sombong. Syetan akan merasa bahwa kejadian itu ada karena kekuatan yang dimilikinya. Dan selayaknya, seorang muslim yang memproklamirkan syetan sebagai musuh abadinya tidak mau membuat syetan senang dan berbangga.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga pernah berpesan secara khusus agar tidak mencaci syetan ketika terjadi musibah,
“Janganlah kalian mencaci maki syetan, sebaliknya berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya.” (HR. al-Dailami, Tammaam dalam Fawa’idnya dan yang lainnya, sebagaimana yang terdapat dalam Shahihah milik Al-Albani no. 2422)
Dan bagi siapa yang telah terlanjur dan sering mencaci maki syetan seperti dengan ungkapan, “Syetan sialan, syetan terkutuk!” (ungkapan kesal), dan kata-kata semisalnya dengan dalih Syetan ada di balik semua ini, bukan melakukan kebaikan. Sebaliknya, telah melanggar tuntunan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Karenanya, dia harus beristighfar dan memperbaiki diri sehingga hati akan terbina mengeluarkan kata spontan yang mulia. Wallahu Ta’ala A’lam.
***
[PurWD/voa-islam.com]

Matahari Terbit dari Barat Dibenarkan Ilmuwan Fisika dan Masuk Islam

NASA Membenarkan Jika Matahari Akan Terbit dari Barat – Kebenaran ajaran Islam terus-menerus dibuktikan oleh penemuan demi penemuan ilmu pengetahuan. 1.400 tahun yang lalu, Rasulullah SAW sudah menyatakan dalam haditsnya bahwa kelak matahari akan terbit dari Barat sebagai bukti keagungan Allah SWT dan ciri-ciri kiamat sudah semakin dekat: “Tidak akan terjadi kiamat sehingga matahari terbit dari tempat terbenamnya, apabila ia telah terbit dari barat dan semua manusia melihat hal itu maka semua mereka akan beriman, dan itulah waktu yang tidak ada gunanya iman seseorang yang belum pernah beriman sebelum itu.” (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah. Dan riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah).
Matahari terbit dari Barat akan terjadi selama satu hari saja, kemudian tertutuplah pintu taubat. Setelah itu, gerakan matahari pun akan kembali seperti sebelumnya terbit dari timur sampai terjadinya kiamat. Ini sesuai dan dibenarkan oleh peneliti NASA dalam artikelnya dibawah. Dari Ibn ‘Abbas, “Maka Ubai bin Ka’ab berkata: “Maka bagaimana jadinya matahari dan manusia setelah itu?” Rasulullah menjawab: “Matahari akan tetap menyinarkan cahayanya dan akan terbit sebagaimana terbit sebelumnya, dan orang-orang akan menghadapi (tugas-tugas) dunia mereka, apabila kuda seorang laki-laki melahirkan anaknya, maka ia tidak akan dapat menunggang kuda tersebut sampai terjadinya kiamat.” (Fathul Baari, Kitaburriqaq, Juz 11, Thulu’issyamsi Min Maghribiha).
Matahari Terbit Dari Barat Dibenarkan Ilmuwan Fisika Dan Masuk Islam
Ilmuwan Fisika Ukraina Masuk Islam Karena Membuktikan Kebenaran Al-qur’an Bahwa Putaran Poros Bumi Bisa Berbalik Arah
Demitri Bolykov, sorang ahli fisika yang sangat menggandrungi kajian serta riset-riset ilmiah, mengatakan bahwa pintu masuk ke Islamannya adalah fisika. Sungguh suatu yang sangat ilmiah, bagaimanakah fisika bisa mendorang Demitri Bolyakov masuk Islam? Demitri mengatakan bahwa ia tergabung dalam sebuah penelitian ilmiah yang dipimpin oleh Prof. Nicolai Kosinikov, salah seorang pakar dalam bidang fisika.
Mereka sedang dalam penelitian terhadap sebuah sempel yang diuji di laboratorium untuk mempelajari sebuah teori moderen yang menjelaskan tentang perputaran bumi dan porosnya. Mereka berhasil menetapkan teori tersebut. Akan tetapi Dimetri mengetahui bahwasanya diriwayatkan dalam sebuah hadis dari nabi saw yang diketahui umat Islam, bahkan termasuk inti akidah mereka yang menguatkan keharusan teori tersebut ada, sesuai dengan hasil yang dicapainya. Demitri merasa yakin bahwa pengetahuan seperti ini, yang umurnya lebih dari 1.400 tahun yang lalu sebagai sumber satu-satunya yang mungkin hanyalah pencipta alam semesta ini.
Teori yang dikemukan oleh Prof. Kosinov merupakan teori yang paling baru dan paling berani dalam menfsirakan fenomena perputaran bumi pada porosnya. Kelompok peneliti ini merancang sebuah sempel berupa bola yang diisi penuh dengan papan tipis dari logam yang dilelehkan, ditempatkan pada badan bermagnit yang terbentuk dari elektroda yang saling berlawanan arus.
Ketika arus listrik berjalan pada dua elektroda tersebut maka menimbulkan gaya magnet dan bola yang dipenuhi papan tipis dari logam tersebut mulai berputar pada porosnya fenomena ini dinamakan “Gerak Integral Elektro Magno-Dinamika”.
Gerak ini pada substansinya menjadi aktivitas perputaran bumi pada porosnya. Pada tingkat realita di alam ini, daya matahari merupakan “kekuatan penggerak” yang bisa melahirkan area magnet yang bisa mendorong bumi untuk berputar pada porosnya. Kemudian gerak perputaran bumi ini dalam hal cepat atau lambatnya seiring dengan daya insensitas daya matahari. Atas dasar ini pula posisi dan arah kutub utara bergantung. Telah diadakan penelitian bahwa kutub magnet bumi hingga tahun 1970 bergerak dengan kecepatan tidak lebih dari 10 km dalam setahun, akan tetapi pada tahun-tahun terakhir ini kecepatan tersebut bertambah hingga 40 km dalam setahun. Bahkan pada tahun 2001 kutub magnet bumi bergeser dari tempatnya hingga mencapai jarak 200 km dalam sekali gerak. Ini berarti bumi dengan pengaruh daya magnet tersebut mengakibatkan dua kutub magnet bergantian tempat. Artinya bahwa “gerak” perputaran bumi akan mengarah pada arah yang berlawanan. Ketika itu matahari akan terbit (keluar) dari Barat !!!
Ilmu pengetahuan dan informasi seperti ini tidak didapati Demitri dalam buku-buku atau didengar dari manapun, akan tetapi ia memperoleh kesimpulan tersebut dari hasil riset dan percobaan serta penelitian. Ketika ia menelaah kitab-kitab samawi lintas agama, ia tidak mendapatkan satupun petunjuk kepada informasi tersebut selain dari Islam. Ia mendapati informasi tersebut dari sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Huarirah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda, ”Siapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari Barat, maka Allah akan menerima Taubatnya.”
Sumber :
***
http://www.youtube.com/watch?v=Zqee3EZ4Ifs
http://klikmenarik.blogspot.com/2012/06/nasa-membenarkan-matahari-akan-terbit.html

Tipe-tipe Wanita dalam Alquran

Tipe-tipe Wanita dalam Alquran
Ketika memasuki sebuah showroom, butik atau toko yang menjual pakaian wanita, kita akan mendapatkan pakaian dalam berbagai bentuk, corak dan ragamnya. Mau pilih yang mana? Semuanya terserah kita. Sebab kita sendiri yang akan memakainya. Kita pula yang akan menerima konsekuensi dari memakai pakaian tersebut.
Pakaian dapat kita analogikan dengan kepribadian. Seperti halnya pakaian, kepribadian wanita pun memiliki beragam jenis dan corak. Kita diberi kebebasan untuk memilih tipe mana saja yang paling disukainya. Namun ingat, dalam setiap pilihan ada tanggung jawab yang harus dipikul. Karena itu, agar tidak menyesal dikemudian hari, Alquran memberi tuntunan kepada orang-orang beriman (khususnya Muslimah) agar tidak salah dalam memilih kepribadian.
Lima tipe wanita
Setidaknya ada lima tipe wanita dalam Alquran. Pertama, tipe pejuang. Wanita tipe pejuang memiliki kepribadian kuat. Ia berani menanggung risiko apa pun saat keimanannya diusik dan kehormatannya dilecehkan. Tipe ini diwakili oleh Siti Asiyah binti Mazahim, istri Fir’aun. Walau berada dalam cengkraman Fir’aun, Asiyah mampu menjaga akidah dan harga dirinya sebagai seorang Muslimah. Asiyah lebih memilih istana di surga daripada istana di dunia yang dijanjikan Fir’aun. Allah SWT mengabadikan doanya, Dan Allah menjadikan perempuan Fir’aun teladan bagi orang-orang beriman, dan ia berdoa, Ya Tuhanku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkan aku dari kaum yang zalim (QS At Tahriim [66]: 11).
Kedua, tipe wanita shalihah yang menjaga kesucian dirinya. Tipe ini diwakili Maryam binti Imran. Hari-harinya ia isi dengan ketaatan kepada Allah. Ia pun sangat konsisten menjaga kesucian dirinya. Bagaimana akan ada bagiku seorang anak laki-laki, sedang tidak pernah seorang manusia pun menyentuhku dan aku bukan (pula) seorang pezina! .
Demikian ungkap Maryam (QS Maryam [19]: 20). Karena keutamaan inilah, Allah SWT mengabadikan namanya sebagai nama salah satu surat dalam Alquran (QS Maryam [19]). Maryam pun diamanahi untuk mengasuh dan membesarkan Kekasih Allah, Isa putra Maryam (QS Maryam [19]: 16-34). Allah SWT memuliakan Maryam bukan karena kecantikannya, namun karena keshalihan dan kesuciannya.
Ketiga, tipe penghasut, tukang fitnah dan biang gosip. Tipe ini diwakili Hindun, istrinya Abu Lahab. Alquran menjulukinya sebagai “pembawa kayu bakar” alias penyebar fitnah. Dalam istilah sekarang wanita penyiram bensin. Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya ia akan binasa. demikian pula istrinya, pembawa kayu bakar yang di lehernya ada tali dari sabut (QS Al Lahab [111]: 1-5).
Bersama suaminya, Hindun bahu membahu menentang dakwah Rasulullah SAW, menyebar fitnah dan melakukan kezaliman. Isu yang awalnya biasa, menjadi luar biasa ketika diucapkan Hindun.
Keempat, tipe wanita penggoda. Tipe ini diperankan Zulaikha saat menggoda Nabi Yusuf. Petualangan Zulaikha diungkapkan dalam Alquran, Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata, Marilah ke sini. Yusuf berkata, Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung (QS Yusuf [12]: 23).
Kelima, tipe wanita pengkhianat dan ingkar terhadap suaminya.  Allah SWT memuji wanita yang tidak taat kepada suaminya yang zalim, seperti dilakukan perempuan Fir’aun (QS At Tahriim [66]: 11). Namun, pada saat bersamaan Allah pun mengecam perempuan yang bekhianat kepada suaminya (yang saleh). Istrinya Nabi Nuh dan Nabi Luth mewakili tipe ini. Saat suaminya memperjuangkan kebenaran, mereka malah menjadi pengkhianat dakwah.
Difirmankan, Allah membuat istri Nuh dan istri Luth perumpamaan bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang hamba yang shaleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua istri itu berkhianat kepada kedua suaminya, maka kedua suaminya itu tiada dapat membantu mereka sedikit pun dari (siksa) Allah; dan dikatakan (kepada keduanya), Masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk (neraka). (QS At Tahriim [66]: 10).
Wanita-wanita yang dikisahkan Alquran ini hidup ribuan tahun lalu. Namun karakteristik dan sifatnya tetap abadi sampai sekarang. Ada tipe pejuang yang kokoh keimanannya. Ada wanita salehah yang tangguh dalam ibadah dan konsisten menjaga kesucian diri. Ada pula tipe penghasut, penggoda dan pengkhianat. Terserah kita mau pilih yang mana. Bila memilih tipe pertama dan kedua, maka kemuliaan dan kebahagiaan yang akan kita dapatkan. Sedangkan bila memilih tiga tipe terakhir, kehinaan di dunia dan kesengsaraan akhiratlah akan kita rasakan. Dan sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kamu ayat-ayat yang memberi penerangan, dan contoh-contoh dari orang-orang yang terdahulu sebelum kamu dan pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa (QS An Nuur [24]: 34). Wallaahu a’lam.
***
sumber: republika.co.id

Copyright @ 2013 Muslim Journey.