Dalam pandangan Islam, semua manusia itu sama, tidak dibeda-bedakan karena status social, harta, tahta, keturunan, atau latar belakang pendidikan. Manusia yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah yang paling tinggi kadar ketaqwaannya diantara mereka. Syekh ‘Abdul Qadir Jailani berkata: bila engkau bertemu dengan seseorang, hendaknya engkau memandang dia itu lebih utama daripada dirimu dan katakan dalam hatimu: “boleh jadi dia lebih baik di sisi Allah daripadadiriku ini dan lebih tinggi derajatnya.” Jika dia orang yang lebih kecil dan lebih muda umurnya daripada dirimu, maka katakanlah dalam hatimu: “boleh jadi orang kecil ini tidak banyak berbuat dosa kepada Allah,sedangkan aku adalah orang yang telah banyak berbuat dosa,maka tidak diragukan lagi kalau derajat dirinya jauh lebih baik daripada diriku.” Bila dia orang yang lebih tua, hendaknya engkau mengatakan dalam hati: “orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada Allah daripada diriku.” Jikadia orang yang “Alim,maka katakana dalamhatimu: “orang ini telah diberi oleh Allah sesuatu yang tidak bisa kuraih, telah mendapatkan apa yang tidak bisa aku dapatkan, telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui, dan telah mengamalkan ilmunya.” Bila dia orang yang bodoh, maka katakana dalam hatimu: “orang ini durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku durhaka kepada-Nya, padahal aku mengetahuinya. Aku tidak tahu dengan apa umurku akan Allah akhiri atau dengan apa umur orang bodoh itu akan Allah akhiri (apakah dengan husnul khatimah atau dengan su’ul khatimah) Bila dia orang kafir, maka katakana dalam hatimu: “aku tidak tahu, bisa jadi dia akan masuk Islam,lalu menyudahi seluruh amalannya dengan amal shalih, dan bisa jadi aku terjerumus menjadi kafir, lalu meyudahi seluruh amalanku dengan amal buruk.” *** Sumber: Nashaihul Ibad, Imam Nawawi Al-Bantani
Selasa, 08 Oktober 2013
Filled Under:
Islam
Sumber: Nashaihul Ibad, Imam Nawawi Al-Bantani
Posted By:
Akhmad Firdaus
on 06.25
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar