Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Q.S.7 (Al A’raf): 55. Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Ayat ini mengandung adab-adab dalam berdo’a kepada Allah. Berdo’a adalah suatu munajat antara seorang hamba dengan Tuhannya untuk menyampaikan suatu permintaan agar Allah dapat mengabulkannya. Maka berdo’a kepada Allah hendaklah dengan sepenuh kerendahan hati, dengan betul- betul khusyu’ dan berserah diri. Kemudian berdo’a itu disampaikan dengan suara lunak dan lembut yang keluar dari hati sanubari yang bersih. Berdo’a dengan suara yang keras, menghilangkan kekhusyu’an dan mungkin menjurus kepada ria dan pengaruh-pengaruh lainnya dan dapat mengakibatkan do’a itu tidak dikabulkan Allah. Tidak perlulah doa itu dengan suara yang keras, sebab Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari ra dia berkata: Ketika kami bersama-sama Rasulullah saw. dalam perjalanan, kedengaranlah orang-orang membaca takbir dengan suara yang keras. Maka Rasulullah bersabda, “Sayangilah dirimu jangan bersuara keras, karena kamu tidak menyeru kepada yang pekak dan yang jauh. Sesungguhnya kamu menyeru Allah Yang Maha Mendengar lagi Dekat dan Dia selalu beserta kamu.” (HR Bukhari dan Muslim) Bersuara keras dalam berdo’a, bisa mengganggu orang, lebih-lebih orang yang sedang beribadat, baik dalam masjid atau di tempat-tempat ibadat yang lain, kecuali yang dibolehkan dengan suara keras, seperti talbiyah dalam musim haji dan membaca takbir pada hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Allah SWT memuji Nabi Zakaria as yang berdo’a dengan suara lembut. Firman Allah: Q.S.19 (Maryam): 3. yaitu tatkala ia berdo’a kepada Tuhannya dengan suara yang lembut. Kemudian ayat ini ditutup dengan peringatan: “sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” Maksudnya dilarang melampaui batas dalam segala hal, termasuk berdoa. Tiap-tiap sesuatu sudah ditentukan batasnya yang harus diperhatikan, jangan sampai dilampaui. Firman Allah: Q.S.2 (Al Baqarah): 229. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang yang zalim. Bersuara keras dan berlebih-lebihan dalam berdo’a termasuk melampaui batas, Allah tidak menyukainya. Termasuk juga melampaui batas dalam berdo’a, meminta sesuatu yang mustahil adanya menurut syara’ ataupun akal, seperti seseorang meminta supaya dia menjadi kaya, tetapi tidak mau berusaha atau seseorang menginginkan agar dosanya diampuni, tetapi dia masih terus bergelimang berbuat dosa dan lain-lainnya. Berdo’a seperti itu, namanya ingin merubah sunnatullah yang mustahil terjadinya. Firman Allah: Q.S.35 (Fatir): 43. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapatkan pergantian bagi sunnah Allah dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. Termasuk juga melampaui batas, bila berdo’a itu dihadapkan kepada selain Allah atau dengan memakai perantara orang yang sudah mati. Cara yang begini adalah melampaui batas yang sangat tercela. Berdo’a itu hanya dihadapkan kepada Allah saja, tidak boleh menyimpang kepada yang lain. Berdo’a dengan memakai perantara (wasilah) kepada orang yang sudah mati termasuk yang melampaui batas juga, seperti orang yang menyembah dan berdoa kepada malaikat, kepada wali-wali, kepada matahari, bulan dan lain-lainnya. Firman Allah: Q.S.17 (Al Isra): 56-57. Katakanlah: “Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, makan mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya daripadamu dan tidak pula memindahkannya”. Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah), dan mereka mengharapkan rahmat Nya dan takut akan azab Nya. Sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. Hadis Rasulullah saw: Diriwayatkan dari Abu Hurairah dia berkata: Telah bersabda Rasulullah saw, “Mintalah kepada Allah wasilah untukku. Mereka bertanya: Ya Rasulullah, apakah wasilah itu? Rasulullah menjawab: “Dekat dengan Allah Azza Wa Jalla, kemudian Rasulullah membaca ayat: (mereka sendiri) mencari jalan kepada Tuhan mereka, siapa di antara mereka yang lebih dekat kepada Allah.” (HR Turmudzi dari Ibnu Mardawaih) Lampiran: (terjemah secara lafzhiyah) bismi [dengan nama] -llaahi [Allah] -rrahmaani [Maha Pemurah] -rrahiim(i) [Maha Penyayang] Surah Al A’raaf [Tempat tertinggi] (7): 55. ud’uu [berdo'alah kamu] rabbakum [Tuhanmu] tadharru’an [berendah diri] wakhufyah(tan) [dan suara yang lembut] innahuu [sesungguhnya Dia] laa yuhibbu [tidak menyukai] -lmu’tadiin(a) [orang-orang yang melampaui batas]. *** Dari Sahabat
Selasa, 08 Oktober 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar