Selasa, 19 Februari 2013

Filled Under:

Mengenal Kematian

Ketahuilah wahai penguasa dunia, bahwa manusia itu terdiri dari dua golongan: satu golongan yang memandang perkara dunia dan berangan- angan memiliki umur panjang. Golongan kedua adalah golongan orang- orang berakal yang menjadikan kematian sebagai cermin untuk melihat kemana tempat mereka kembali, bagaimana keluar dari dunia dengan keimanan yang tetap selamat. Mereka juga memikirkan apa yang akan mereka bawa dari dunia untuk bekal alam kubur mereka. Mereka juga memikirkan apa yang akan mereka tinggalkan untuk musuh-musuh mereka bencana dan siksaan. Pemikiran ini wajib dimiliki oleh manusia, lebih-lebih lagi bagi para penguasa dan pemilik dunia, karena mereka paling banyak membuat cemas hati manusia. Mereka memberikan budak-budak mereka kepada orang lain dengan cara yang jahat. Mereka membuat khawatir manusia dan membuat takut hati manusia. Sesungguhnya disisi Allah SWT terdapat seorang pengawal yang namanya Izra’il. Tidak ada tempat sembunyi bagi siapapun bagi kedatangannya. Semua pembantu kerajaan meminta upah berupa emas, perak, dan makanan, sedangkan pembantu yang ini (Izra’il) tidak meminta upah kecuali nyawa. Semua wakil Sultan memerlukan syafaat, sedangkan wakil ini (Izra’il) tidak memerlukan syafaat. Semua wakil suka menangguh-nangguhkan tugasnya mungkin sehari, semalam, atau sejam, sedangkan wakil ini tidak pernah menangguhkan tugasnya satu hembusan nafaspun. Keajaibannya sangat banyak. Tetapi kami hanya akan menguraikan lima hikayat: Hikayat Pertama: Diriwayatkan oleh Wahab bin Munabbih. Dia adalah seorang pendeta Yahudi yang kemudian masuk Islam. Diceritakan bahwa pada suatu hari seorang raja yang agung ingin berkuda ke seluruh pelosok kerajaannya agar masyarakat melihat kehebatan dan keindahannya. Raja itu memerintahkan para pejabat, pengawal dan pembesar kerajaan untuk menyiapkan tunggangan agar masyarakat melihat kekuasaannya. Dia juga menyuruh mereka untuk menyediakan pakaian kebesarannya. Dia memerintahkan bawahannya untuk menyiapkan kuda pilihan yang kuat. Dia memilih kuda yang tercepat larinya, yang diberi nama as-Sabak. Dia memacu kuda itu didepan pasukan. Dia merasa bangga dengan kehebatan dan kekuasaannya. Datanglah Iblis. Iblis meletakkan mulutnya pada telinganya dan meniupkan perasaan sombong pada raja itu. Maka berkatalah raja itu, “Siapa yang dapat menyamaiku didunia ini?” Dia memacu kudanya dengan sombong dan merasa bangga dengan kudanya itu. Dia tidak melihat kepada seorangpun karena perasaan hebat dan sombongnya, serta perasaan ujub dan bangganya. Tiba-tiba dihadapannya berdiri seorang laki-laki yang berpakaian compang camping. Orang itu memberi salam kepada sang raja, tetapi raja itu tidak membalas salamnya. Orang itu kemudian memegang tali kekang kuda sang raja. Kemudian raja itu berkata: “Lepaskan tanganmu dari tali kekang kuda ini. Engkau tidak tahu tali kekang kuda siapa yang engkau pegang!” Orang itu berkata, “Aku mempunyai keperluan denganmu”. Raja berkata, “Sabarlah, tunggu aku turun”. Orang itu berkata, “Keperluanku adalah saat ini juga, bukan saat engkau turun dari kudamu”. Raja berkata, “Katakan, apa keperluannya!” Orang itu berkata, “Ini rahasia. Aku tidak akan mengatakannya kecuali ke telingamu”. Raja menyodorkan telinganya kepada orang itu. Orang itu berkata, “Aku Malaikat Maut. Aku hendak mencabut nyawamu”. Raja berkata, “Tangguhkanlah sampai aku pulang ke rumahku, berpamitan kepada anak istriku”. Orang itu berkata, “Tidak, engkau tidak akan melihat mereka lagi untuk selamanya karena jatah umurmu sudah habis”. Maka, Malaikat Maut pun mengambil nyawanya. Pada waktu itu sang raja sedang duduk diatas kuda kebanggaannya”. Malaikat Maut pergi dari sana, kemudian mendatangi seorang laki-laki soleh yang diridhai Allah. Malaikat mengucapkan salam. Laki-laki itu membalas salamnya. Malaikat berkata, “Aku mempunyai keperluan denganmu dan ini rahasia.” Laki-laki salih itu berkata, “Katakanlah keperluanmu di telingaku”. Malaikat berkata, “Aku adalah Malaikat Maut”. Laki-laki itu berkata, “Selamat datang, segala puji bagi Allah atas kedatanganmu karena sesungguhnya aku banyak mendekatkan diri untuk menyambut kedatanganmu. Aku merasa terlalu lama menunggumu. Aku sangat merindukan kedatanganmu”. Malaikat berkata, “Jika engkau mempunyai urusan selesaikanlah dahulu”. Laki-laki itu berkata, “Tidak ada urusan yang lebih penting daripada saat bertemu dengan Rabbku Azza wa Jalla”. Malaikat berkata, “Cara seperti apa yang engkau sukai ketika aku mencabut nyawamu? Aku diperintahkan mencabut nyawamu dengan cara yang engkau pilih dan engkau inginkan”. Laki-laki itu berkata, “Ijinkanlah aku mengambil air wudhu dan melaksanakan shalat. Ketika aku sujud, cabutlah nyawaku. Maka, Mlaikat Maut melakukan permintaan orang itu dan mengirimnya kepada rahmat Allah Jalla wa `Ala”. Hikayat Kedua: Ada seorang raja yang memiliki banyak harta. Dia telah mengumpulkan banyak harta, dari berbagai macam harta benda yang telah Allah ciptakan, untuk menghibur dirinya. Dia berusaha untuk memakan apa yang telah dikumpulkannya itu. Dia kumpulkan kenikmatan-kenikmatan yang banyak, membangun istana yang tinggi dan megah yang layak bagi para raja, para pembesar, para tokoh, dan orang-orang yang agung. Dia membuat dua pintu gerbang yang dijaga oleh para pengawal yang seram, para penjaga, tentara, dan penjaga pintu sebagaimana yang ia inginkan. Pada suatu hari, ia memerintahkan bawahannya untuk memasak makanan yang lezat-lezat dan mengumpulkan para pembesar kerajaan, aparat kerajaan, sahabatnya, dan para pelayannya. Mereka diundang untuk makan-makan dengannya. Dia duduk diatas singgasana sambil bertelekan diatas bantalnya. Kemudian dia berkata, “Wahai orang-orang yang hadir disini, aku telah mengumpulkan semua kenikmatan dunia dan isinya. Oleh karena itu, aku persembahkan buat kalian dan silakan reguk kenikmatan ini sebagai ucapan selamat atas umur yang panjang dan harta yang banyak”. Belum habis ucapan raja itu, tiba-tiba datang seorang laki-laki dari belakang istana dengan pakaian compang-camping. Di pundaknya tergantung keranjang makanan seperti orang yang akan meminta-minta makanan. Dia mengetuk pintu dengan ketukan yang sangat keras dan menakutkan sehingga istana itu bergetar dan gonjang-ganjing. Para penjaga ketakutan dan lari kearah pintu gerbang dan berkata, “Hai orang miskin, engkau sungguh-sungguh tidak punya sopan santun. Sabarlah sampai kami menghabiskan makanan yang lezat ini”. Orang itu berkata kepada mereka, “Katakan kepada rajamu untuk keluar menemuiku karena aku mempunyai urusan yang sangat penting dan mendesak”. Para pengawal berkata, “Menyingkirlah wahai orang miskin! Memangnya siapa dirimu hingga berani menyuruh rajaku keluar menemuimu!” Orang itu berkata, “Beritahukan kepada rajamu apa yang aku katakana”. Ketika mereka memberitahukannya kepada raja, maka raja berkata, “Mengapa kalian tidak mengusir orang itu. Marahi dan hardik dia!” Tiba-tiba pintu gerbang diketuk lebih keras lagi dari ketukan yang pertama. Maka mereka semua berdiri sambil memegang tongkat dan senjata dengan maksud memerangi orang itu. Terdengarlah suara, “Tetaplah di tempat kalian! Aku adalah Malaikat Maut”. Maka merekapun menggigil dan tidak jadi bergerak. Hati mereka menjadi ciut. Pikiran mereka menjadi kacau. Raja itu pun berkata, “Katakan kepadanya, ambillah apa saja sebagai gantiku”. Malaikat berkata, “Aku tidak mengambil apa-apa selain engkau. Tidaklah aku datang kecuali untuk menemuimu. Aku akan memisahkanmu dari segala kenikmatan ini”. Raja itu berkata, “Laknat Allah bagi harta benda ini yang telah menipuku dan membuatku celaka, serta telah menghalangiku untuk beribadah kepada Tuhanku. Dulu aku menyangka bahwa harta benda akan bermanfaat bagiku. Hari ini adalah hari penyesalan dan hari bencana buatku. Aku telah keluar mengulurkan kedua tanganku kepadanya (menyambut dengan gembira) tetapi dia malah menjadi musuhku”. Kemudian Allah membuat harta itu dapat bicara, dan harta benda itu berkata, “Mengapa engkau melaknati aku? Laknatilah dirimu sendiri. Karena sesungguhnya Allah menciptakan aku dan juga dirimu dari tanah. Allah menjadikan aku berada di tanganmu untuk menjadi bekal akhiratmu, memberikan aku kepada orang-orang miskin, memberikan zakat kepada orang-orang yang lemah, membangun jembatan, masjid, jalan, dan sebagainya. Jika demikian maka aku akan menjadi penolongmu pada Hari Kiamat. Sedangkan engkau mengumpulkan aku, menyimpanku, dan membelanjakan aku untuk mengikuti hawa nafsumu, engkau tidak bersyukur malah berkufur. Maka hari ini aku akan menjadi musuhmu, dan engkau akan menyesal serta menderita. Lalu mengapa engkau melaknati aku?” Kemudian Malaikat Maut mencabut nyawa raja itu sebelum dia sempat memakan makanannya. Dia terjatuh dari singgasananya dan mati. Hikayat Ketiga: Yazid ar-Ruqasyi bertutur sebagai berikut: Pada masa Bani Israil ada seorang penguasa. Pada suatu hari ia duduk disinggasananya. Tiba-tiba ia melihat seorang laki-laki masuk melalui pintu rumahnya. Orang itu bertampang keji dan berbadan besar. Penguasa itu sangat ketakutan. Dia khawatir laki-laki itu akan menyerangnya. Wajahnya pucat pasi dan berkata, “Siapakah engkau? Siapa yang telah menyuruhmu masuk kerumahku.” Laki-laki itu berkata, “Pemilik rumah ini yang menyuruhku kesini. Tidak ada dinding yang dapat menghalangiku. Aku tidak memerlukan izin untuk masuk kemanapun. Aku tidak takut oleh kekuasaan para sultan. Aku tidak merasa takut oleh penguasa. Tidak ada seorangpun yang dapat lari dari jangkauanku.” Ketika mendengar perkataan orang itu, wajahnya menjadi pucat pasi dan badannya menggigil, dan ia berkata, “Apakah engkau Malaikat Maut?” Orang itu menjawab, “Benar.” Penguasa berkata, “Aku bersumpah demi Allah, berilah aku penangguhan satu hari saja agar aku dapat bertobat dari segala dosaku. Aku akan memohon keringanan dari Tuhanku. Aku akan mengimfaqkan harta benda yang aku miliki dan aku simpan hingga tidak terbebani oleh azab akibat harta itu, diakhirat kelak.” Malaikat berkata, “Bagaimana aku dapat menangguhkan padahal umurmu sudah habis, dan waktu sudah ditetapkan secara tertulis.” Penguasa itu berkata, “Tangguhkanlah sesaat saja.” Malaikat berkata, “Sesungguhnya jangka waktu itu telah diberikan tetapi engkau lalai dan menyia-nyiakannya. Jatah nafasmu sudah habis, tidak tersisa satu nafaspun untukmu.” Dia berkata, “Siapa yang akan menyertaiku jika engkau membawaku keliang kubur?” Malaikat berkata, “Tidak ada yang menyertaimu kecuali amalmu.” Dia berkata, “Aku tidak mempunyai amal kebaikan.” Malaikat berkata, “Jika demikian, neraka dan murka Tuhan adalah tempat yang layak untukmu.” Kemudian Malaikat Maut mencabut nyawanya sehingga dia terjatuh dari singgasananya. Terjadilah kegaduhan diseluruh kerajaan. Jika orang- orang mengetahui apa yang terjadi pada penguasa itu, yaitu murka Allah, pastilah tangisnya dan ratapan mereka akan lebih keras lagi. Hikayat Keempat: Diceritakan bahwa Malaikat Maut menemui Nabi Sulaiman bin Daud as. Malaikat Maut melihat dengan tajam dalam waktu yang lama kepada salah seorang pembantu Nabi Sulaiman. Ketika Malaikat Maut keluar, laki-laki itu bertanya, “Wahai Nabi Allah, siapakah orang yang masuk tadi?” Nabi Sulaman menjawab, “Malaikat Maut”. Laki-laki itu berkata, “Aku takut Malaikat maut hendak mencabut nyawaku. Oleh karena itu aku akan menghindar darinya.” Nabi Sulaiman berkata, “Bagaimana caramu menghindar darinya?” Laki-laki itu menjawab, “Suruhlah angin membawaku ke negeri India saat ini juga. Mudah-mudahan Malaikat Maut terkecoh dan tidak dapat menemukanku.” Nabi Sulaiman menyuruh angin untuk membawa laki-laki itu ke tempat yang dituju. Mlaikat Maut kembali dan menemui Nabi Sulaiman. Kemudian Nabi Sulaiman bertanya kepada Malaikat Maut, “Mengapa engkau melihat kepada laki-laki itu lama sekali?” Malaikat Maut berkata, “Aku sungguh merasa heran terhadapnya. Aku diperintahkan untuk mencabut nyawanya di negeri India padahal negeri itu sangat jauh. Tetapi ternyata angin telah membawanya ke sana. Itulah takdir Allah SWT. Hikayat Kelima: Diriwayatkan bahwa Dzul Qarnain melewati sebuah kaum yang tidak memiliki harta dunia sedikitpun. Mereka membuat kuburan bagi keluarga mereka yang telah mati di depan pintu rumah mereka. Setiap hari mereka mengamati kuburan itu, membersihkan, menyapu, menziarahinya dan beribadah kepada Allah di sekat kuburan itu. Mereka tidak makan kecuali rerumputan dan berbagai tanaman lain. Kemudian Dzul Qarnain mengutus seorang laki-laki. Utusan itu kemudian memanggil raja kaum itu tapi dia tidak memenuhi panggilan utusan itu, dan berkata, “Aku tak punya keperluan kepadanya, tidak juga dia kepadaku.” Maka kemudian Dzul Qarnain mendatangi kaum tersebut dan berkata, “Bagaimana keadaan kalian? Mengapa aku tidak melihat emas atau perak yang kalian miliki. Dan mengapa aku juga tidak melihat nikmat dunia yang kalian miliki?” Pemimpin mereka menjawab, “Karena nikmat dunia tidak pernah membuat kenyang seorang manusia pun.” Bertanya kembali Dzul Qarnain, “Mengapa kalian membuat kuburan di depan rumah kalian?” Dia menjawab, “Agar langsung terlihat oleh mata kami, sehingga akan mempengaruhi ingatan kami akan kematian, dan mendinginkan hasrat pada dunia dalam hati kami. Tujuan itu agar kami tidak disibukkan oleh dunia dan melupakan Tuhan kami.” Dzul Qarnain bertanya kembali, “Dan mengapa kalian hanya memakan rerumputan dan tanaman?” Dia menjawab, “Karena kami benci menjadikan perut-perut kami sebagai kuburan bagi hewan-hewan. Dan bagaimana pun lezatnya suatu makanan, tetap akan hancur.” Pimpinan kaum itu menjulurkan tangannya ke dalam lubang dan mengeluarkan satu buah tengkorak kepala manusia kemudian meletakkan tengkorak itu didepannya dan berkata, “Wahai Dzul Qarnain, apakah engkau tahu, siapa pemilik tengkorak ini? Ini adalah tengkorak seorang raja didunia yang telah menzhalimi rakyatnya, bersikap melampaui batas kepada mereka dan suka menyiksa orang-orang lemah, serta menghabiskan seluruh waktunya untuk mengumpulkan dunia. Maka Allah mencabut nyawanya dan menjadikan neraka sebagai tempat kembali untuknya.” Kemudian pemimpin kaum itu menjulurkan kembali tangannya dan mengambil sebuah tengkorak kepala yang lain dan meletakkan didepannya. Dia bertanya, “Apakah engkau tahu siapa pemilik tengkorak ini? Sesungguhnya kepala ini milik seorang raja yang adil. Dia mengasihi rakyatnya dan menyukai seluruh anggota kerajaannya, kemudian Allah mencabut nyawanya dan memasukkannya kedalam surga serta meninggikan derajatnya.” Setelah itu, pemimpin kaum itu meletakkan tangannya diatas kepala Dzul Qarnain dan berkata, “Termasuk golongan manakah kepalamu ini? Dzul Qarnain menangis tersedu-sedu sambil menundukkan kepalanya dan berkata, “Jika engkau mau menjadi sahabatku, akan aku serahkan sawah dan ladangku kepadamu dan memberikan sebagian kerajaan kepadamu.” Laki-laki itu menjawab, “Tidak mungkin, aku tidak menyukainya.” Dzul Qarnain bertanya, “Mengapa demikian?” Dia menjawab, “Karena seluruh manusia akan menjadi musuhmu karena harta dan kekuasaan. Sebaliknya, mereka akan menjadi saudaramu akibat perasaan qanaah dan kemiskinanmu. Maka Allah akan bersamamu.” Oleh karena itu sekarang engkau harus mengetahui hikayat-hikayat kematian tersebut dan meyakini keberadaannya. Ketahuilah, bahwa orang-orang yang lalai dan tertipu tidak suka mendengarkan cerita-cerita tentang kematian karena mereka tidak ingin kehilangan perasaan cinta dunia dan kelezatan makanan dan minuman mereka . Terdapat sebuah riwayat yang menyatakan bahwa orang yang banyak mengingat mati dan gelapnya liang lahat, maka kuburnya seperti salah satu taman dari taman-taman surga. Sedangkan orang yang melupakan kematian dan lalai dari mengingatnya, maka kuburnya seperti salah satu jurang dari jurang-jurang neraka. Pada suatu haru Rasulullah sedang membahas pahala orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang berbahagia, yaitu orang-orang yang terbunuh dalam medan perang melawan orang-orang kafir. Kemudian Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah, apakah pahala mati syahid akan diperoleh oleh orang-orang yang tidak mati syahid?” Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang mengingat kematian dua puluh kali setiap hari, maka pahala dan derajatnya sama dengan orang-orang yang mati syahid.” Rasulullah SAW bersabda, “Perbanyaklah mengingat mati karena hal itu akan menghapus dosa dan menghilangkan perasaan cinta dunia dalam hatimu.” Rasulullah SAW pernah ditanya, “Siapakah manusia yang paling berakal dan paling bijaksana?” Rasulullah SAW menjawab, “Orang yang paling berakal adalah orang yang paling banyak mengingat kematian. Sementara orang yang paling bijaksana adalah orang yang paling baik persiapannya. Dia akan mendapat kemuliaan di dunia dan akhirat.” Siapa saja yang mengenal dunia sebagaimana yang telah kami uraikan dan senantiasa mengingat kematian dalam hatinya, maka urusan dunianya akan menjadi mudah. Hal itu juga akan menguatkan fondasi keimanannya, menumbuhkan dan menambahkan keimanan dalam hatinya, serta menumbuhkan cabang pohon keimanan yang ada padanya. Dia akan menemui Allah dengan keimanan yang kokoh. Allah Yang Maha Sempurna Kekuasaan-Nya dan Maha Tinggi Perkataan-Nya, akan menerangi pandangan para penguasa dunia sehingga ia akan melihat hakikat segal;a sesuatu, bersungguh-sungguh dalam menggapai kehidupan akhirat, dan berbuat baik kepada hamba-hamba Allah serta makhluk-Nya. Sesungguhnya ditengah-tengah makhluk terdapat berjuta-juta rakyat jika diperlakukan dengan adil maka mereka akan memberikan syafaat. Siapa saja dari kalangan orang-orang yang beriman, yang mendapatkan syafaat dari seluruh makhluk, maka pada Hari Kiamat dia akan selamat dari azab. Tetapi, jika dia menzalimi mereka, maka mereka semua akan memusuhinya. Urusannya akan hancur berantakkan. Jika pemberi syafaat menjadi musuhnya, maka urusannya akan menjadi tidak menentu. *** ETIKA BERKUASA: Nasihat-nasihat Imam Al-Ghazali* Karya Imam Al-Ghazali from : http://www.jkmhal.com

0 comments:

Posting Komentar

Copyright @ 2013 Muslim Journey.