Wanita Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup). “Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (QS 16:58-59) Demikianlah keberadaan wanita di Jazirah Arab. Dan keadaan wanita diluar Jazirah Arab pun tidak lebih baik dari mereka. Namun Islam datang untuk meletakkan segala perkara pada proporsinya yang benar. Nabi bersabda: “Wanita adalah saudara kandung pria” (HR:Tirmidzi) Ada seorang khatib terkenal berkhutbah dengan sangat emosional. Dia mengatakan: “Semoga Allah merahmati masa-masa di mana para wanita tidak keluar kecuali tiga kali, yaitu: 1. Dari rahim ibunya kealam dunia, 2. Dari rumah orang tuanya ke rumah suaminya, 3. Dan, dari rumahnya ke alam kubur. Masa-masa ini adalah masa-masa jahiliah, semoga hal ini tidak terulang kembali dalam sejarah umat islam. Bila kita kaji ajaran Islam, maka kita mendapati bahwa ISLAM MENJUNJUNG TINGGI HARGA DIRI DAN KEMULIAAN WANITA dengan menempatkannya sebagai anak, istri, ibu, dan anggota masyarakat. Yang sangat penting dari semua itu adalah Islam menempatkan wanita sebagai manusia. Dalam Al-quran banyak ayat-ayat yang membahas tentang wanita, tentang kewajibannya dalam beribadah kepada Allah, tentang hak-haknya yang setara dengan lelaki. Secara umum surat An-Nisa ayat 32, menunjuk kepada hak-hak perempuan: “Bagi lelaki hak (atau bagian) dari apa yang dianugrahkan kepadanya dan bagi perempuan hak atau (bagian) dari apa yang dianugrahkan kepadanya.” Islam telah mendudukkan wanita pada posisinya yang benar agar dapat menunaikan tugasnya dalam kehidupan insani, menciptakan peradaban, dan membuat sejarah dengan sempurna sebagaimana yang dilakukan saudaranya yang lelaki. Segala sesuatu punya spesialisasi, kewajiban dan perannya masing-masing. Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): “Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi-Nya pahala yang baik”. (QS. 3:195) Tidak ada agama yang bisa berbuat adil terhadap kaum wanita sebagaimana keadilan yang diberikan oleh Islam. “Dan kaum wanita itu memiliki hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf.” (2:228) Ada kata -kata yang patut kita renungkan, bahwa BAIKNYA SEBUAH MASYARAKAT, TERGANTUNG BAIKNYA WANITANYA, menjadi barometer baik tidaknya sebuah masyarakat. Tentunya mendidik wanita untuk menjadi baik adalah kewajiban kita sebagai bagian dari agama Islam itu sendiri. Diantara keagungan agama kita yang hanif ini adalah-bahwa untuk masa sekarang dan masa-masa sebelum ini, ia merupakan sistem perundangan pertama sekaligus terahir, yang menempatkan kaum wanita di tempat yang paling terhormat, paling baik dan paling indah. Islam mengkategorikan kaum wanita sebagai manusia yang utuh dan sempurna sebagaimana kaum pria dalam hal penciptaan, kemanusiaan, perasaan-perasaan serta hak-haknya. Dalam rentang sejarah umat Islam yang panjang, telah bermunculan wanita agung. Yang keharuman namanya takkan pernah pudar sampai ahir zaman. Dia adalah contoh wanita pada masanya dan masa setelahnya. Dialah sahabat wanita yang mulia, karena dia TERDIDIK DALAM MADRASAH TAUHID DENGAN IMANNYA YANG TINGGI. Dia menjadi panutan dan perannya sangat besar dalam mengemban risalah ini. Banyak wanita salaf dahulu yang yang menjadi gudang ilmu, keutamaan, dan fiqih dari Dien Allah. Dialah Aisyah RA, Nusaibah bin Kaab, Ummu Atiah Al-Anshoriah, Asma, Zainab, Fatimah, dan istri-istri Nabi yang mulia. Bila kita kaji ajaran Islam, maka kita dapati bahwa Islam menjunjung tinggi harga diri dan kemuliaan wanita dengan menempatkannya sebagai anak, istri, ibu, dan anggota masyarakat. Dan Islam juga menempatkannya sebagai manusia, yang punya hak dan kewajiban sebagaimana lelaki tentunya. Dalam pandangan Islam WANITA ITU BUKANLAH MUSUH PRIA, JUGA BUKAN SAINGANNYA, MELAINKAN PENYEMPURNA BAGINYA. “Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah, Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.” (Ar-Ruum:21) Ada beberapa hal yang dapat dilakukan antara wanita muslimah dengan suaminya dalam rangka kerjasama antara lain: 1. BEKERJASAMA DALAM KETAATAN PADA ALLAH Salah satu yang sangat membahagiakan pasangan suami-istri adalah manakala melihat suami/istrinya bersungguh-sungguh dalam beribadah pada ALLAH. Karena ketaatan merupakan faktor terpenting dalam kerjasama ini. Kita bisa saksikan contoh-contoh sahabat dan sahabiah dalam rangka melakukan ketaatan pada Allah. Suami-istri SALING MENGINGATKAN kalau salah seorang sedang kendur dan lemah untuk senantiasa menjaga ketaatan pada Allah, dan senantiasa saling membantu untuk menegakkannya. 2. BEKERJASAMA DALAM DAKWAH Kewajiban seorang laki-laki dan wanita adalah sama dalam rangka MENYAMPAIKAN DAKWAH ISLAM INI KEPADA SELURUH UMAT MANUSIA. Pada zaman Rasulullah, tidak hanya sahabat saja yang terjun di lapangan dakwah. Tetapi para sahabiah juga banyak yang belajar dan mengajarkan Islam. Kita bisa lihat dengan banyaknya sahabiah yang menjadi tempat rujukan dan sumber-sumber Islam setelah Rasulullah wafat. Begitu juga pada masa sekarang, WANITA DAPAT BEKERJASAMA DENGAN SUAMINYA DALAM RANGKA BERDAKWAH DI JALAN ALLAH. Saling MENYEMANGATI ketika salah seorang sedang turun imannya. Sebagian bentuk peranan seorang istri/muslimah bagi dakwah suaminya adalah MENGAJAK MUSYAWARAH, MEMBERI NASEHAT YANG IKHLAS serta MENDISKUSIKAN HAL-HAL YANG ADA KAITANNYA DENGAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI. Ini bisa kita lihat pada kisah Ummu Salamah ra, yang pendapatnya kemudian diikuti Rasulullah saw. Juga salah satu bentuk KERJA SAMA YANG INDAH adalah bila SEORANG ISTRI DAPAT MENEGUHKAN JIWA SUAMINYA, MENGHIBUR, dan MEMBESARKAN HATINYA DENGAN MENGANGGAP KECIL BEBAN YANG DIPIKULNYA. Selalu MENGINGATKAN BAHWA PERTOLONGAN ALLAH SELALU BERSAMANYA. Disaat-saat Rasulullah dilanda kecemasan yang sangat, Khadijah ra datang menghibur dan menentramkan hati Beliau dengan kata-kata yang sangat menyejukkan hati Rasulullah hingga Beliau menjadi tenang. 3. BEKERJASAMA DALAM JIHAD Salah satu yang dianjurkan Islam kepada suami-istri muslim dan muslimah adalah BEKERJASAMA DALAM RANGKA JIHAD DI JALAN ALLAH. Kisah sahabat Handhalah adalah KISAH KESUKSESAN SEORANG ISTRI YANG MENDORONG SUAMINYA BERJIHAD DI JALAN ALLAH. Beliau korbankan malam-malam pengantin mereka demi menggapai salah satu dari dua hal, menang atau syahid. Akhirnya Handhalah syahid dijalan Allah dan jenazahnya dimandikan para malaikat karena ketika berangkat kemedan jihad beliau masih dalam keadaan junub. Ada kisah sahabiah yang selalu menyemangati agar anak-anaknya selalu berjihad dijalan Allah sehingga seluruh anak-anaknya mendapat kemuliaan syahid dijalan-Nya. Peristiwa Al-Khansa, sang pelopor kaum ibu dan teladan para istri bisa kita jadikan panutan. Semoga kita bisa mengambil hikmah dan menjadikan panutan dalam kehidupan sehari-hari terutama untuk kaum muslimah senantiasa bisa melakukan peran -peran ini ,agar para Muslimah mendapatkan apa yang selama ini mereka harapkan yaitu TEGAKNYA ISLAM SERTA MENDAPAT SURGA ALLAH KELAK. Dikutip dari : 1. Alqur’an dan hadist. 2. Ceramah-Ceramah Hasan Al Banna. 3. Perjalanan 1000 mil, Zainab Al-Ghazali. 4. Membahagiakan Suami, M.Abdul Halim Hamid. 5.Panduan Wanita Sholehah, Abu Fathan. *** Dari Sahabat Suseno
Sabtu, 25 Januari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar