Maulana Ataul Mujeeb Rashid*
Suatu kehormatan bagi saya bisa berbagi dengan anda beberapa pemikiran saya pada subyek yang sangat tepat yaitu Apa pesan dari Islam, Agama damai yang banyak disalahpahami oleh orang-orang pada masa-masa sekarang.
Fakta bahwa tetap membangun perdamaian
adalah salah satu dari keinginan manusia yang paling bergejolak pada
saat ini. Tetapi sayangnya hal ini tidak terlihat dimanapun. Banyak
terjadi peperangan di berbagai tempat. Begitu juga begitu banyak
permasalah dan krisis yang serius yang dihadapai umat manusia, dan semua
orang begitu mendambakan jalan menuju kedamaian abadi sehingga mereka
dapat menikmati kehidupan mereka di dunia ini dan juga ketika mereka
kembali kepada Sang Pencipta.
Islam menyajikan perdamaian nyata bagi seluruh umat manusia, Kami tidak mengklaim bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang menyajikan kedamaian, kami juga tidak mengklaim Islam memonopoli suatu kebenaran. Kami mengakui bahwa semua agama yang benar diajarkan dan dikirim oleh Allah
taala, mereka membawa pesan perdamaian karena mereka semua bersal dari
satu pencipta yang sama yang merupakan sumber kedamaian sepanjang masa.
Tetapi Islam sangat dibedakan karena nama Islam
secara harfiah berarti damai. Hal itu menyajikan pesan perdamaian
dengan kejelasan yang penuh dan kebijaksanaan yang mendalam. Islam
berarti penyerahan diri kepada kehendak dan perintah Allah dan karena
mengikuti ajaran-ajarannya, orang dapat menikmati ketenangan setiap
saat.
Sayangnya pada saat ini Islam sedang disamakan sebagai agama teror,
agama penumpahan darah, dan sebagian orang – sebagian besar diantaranya
– benar-benar menganggap Islam sebagai agama yang mengajarkan kebencian
antara satu sama lain, dan antar negara dengan negara lain. Faktanya
adalah bahwa Islam adalah pendukung terbesar perdamaian dan Nabi Muhammad saw adalah kampium terbesar dalam perdamaian sepanjang masa, menyebarkan perdamian untuk seluruh umat manusia.
Ada dua sumber utama untuk memahami Islam. Yang pertama adalah
Alquran yang merupakan kitab suci Islam, wahyu lisan dari Allah taala
yang diberikan kepada Nabi Muhammad saw. Ini telah digambarkan sebagai
pedoman bagi seluruh umat manusia (Q.S. 2:186). Alquran juga telah
digambarkan sebagai “rahmah” (Q.S16:90 yang berarti rahmat.
Dan yang kedua adalah contoh mulia dari pendiri suci Islam Nabi
Muhammad saw. Dia adalah perwujudan perdamaian dan dinyatakan sebagai
personifikasi rahmat bagi seluruh umat manusia (Q.S 21:108). Sayangnya
pada kedua sumber tersebut, Alquran dan Nabi Muhammad saw orang tidak
benar-benar mengerti apa yang mereka maksud.
Sebagai contoh belum lama ini, Anggota parlemen di Belanda membuat
pernyataan bahwa menurut pemahamannya (tentunya ini salah) setengah dari
Alquran harus dibuang ke laut. Mengapa? Dia mengatakan: “Saya percaya
bahwa Alquran mengajarkan perang dan kebencian, pertumpahan darah serta terorisme.”
Apakah ada tuduhan yang lebih besar yang dikaitkan pada Alquran yang
merupakan perwujudan dari ajaran-ajaran damai? Padahal kenyataannya
Alquran tidak lain mengajarkan perdamaian, harmoni dan menghormati hidup
berdampingan antar umat manusia.
Hari ini saya ingin menyajikan beberapa pernyataan dari Alquran untuk
mendukung bahwa Alquran sebenarnya adalah pesan perdamaian, jauh dari
pesan kebencian, kekerasan dan pertumpahan darah.
Pertama-tama, Alquran telah mengatakan: Tidak ada paksaan dalam
urusan agama.” (Q.S 2:257) Ini secara kategori menyatakan bahwa
orang-orang dari seluruh dunia benar-benar bebas untuk memilih keyakinan
mereka, mana saja yang mereka suka dan senang dalam untuk
menjalankannya. Dan dan tak seorangpun di bumi ini yang dapat dengan
cara apapun memaksa orang lain menerima Agama Islam. Alquran menyatakan
bahwa kebebasaan berkeyakinan adalah hak dasar dari semua manusia.
Mereka bisa percaya pada agama apapun yang mereka suka dan mereka dapat
menjadi pengikut setiap keyakinan yang mereka pilih.
Alquran menyatakan:
“Inilah hak dari Tuhan-mu ; maka barangsiapa menghendaki, maka berimanlah, dan barangsiapa menghendaki, maka ingkarlah.” (Q.S 18:30)
Begitu tegasnya disebutkan bahwa Islam adalah manifestasi kebenaran:
Orang yang ingin mempercayainya biarkan mereka percaya dan mereka yang
tidak ingin percaya biarkan mereka menyangkalnya. Tdiak ada paksaan
dalam berkeyakinan.Orang-orang diberi pilihan bebas, jadi Islam tidak
memiliki intrumen pemaksaan atau paksaan untuk mengubah setiap orang
agar beriman ke dalam pangkuan islam.
Hukuman Murtad dari Islam
Kemudian muncul pertanyaan bahwa jika seorang muslim
ingin meninggalkan Islam apa yang akan terjadi padanya? Ada sebuah
kepercayaan keliru yang dihubungkan dengan Alquran, beberapa orang yang
sayangnya termasuk orang Islam sendiri, mempunyai pemikiran bahwa
Aqluran mengatakan bahwa orang semacam itu harus dipenggal. Kenyataannya
justru kebalikan dari itu. Alquran dimanapunj tidak pernah menyebutkan
bahwa hukuman murtad adalah membunuh orang yang bersangkutan. Alquran
menyatakan:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, kemudian ingkar, kemudian
beriman lagi, kemudian ingkar lagi, kemudian kian bertambah dalam
kekufuran, sekali-kali Allah swt. tidak akan mengampuni mereka dan tidak
pula akan menunjukkan jalan lurus kepada mereka.
(Q.S. 4:138)
Orang bisa membayangkan bahwa jika hukuman murtad adalah dengan
pembunuhan, maka apakah memungkinkan bagi seseorang yang murtad, kembali
ke pangkuan Islam untuk kedua kalinya? Jika hukumannya adalah kematian
– seperti yang mereka katakan – maka tidak ada kemungkinan bagi
seseorang kembali kepada Islam. Namun Alquran jelas menyatakan bahwa
adalah sangat mungkin bahwa seorang Muslim yang meninggalkan agamanya
untuk beberapa alasan bisa kembali pada keyakinannya jika ia
menginginkannya. Pilihan dan opsi selalu ada disini. Tidak ada hukuman
disebabkan kemurtadan maupun unsur paksaan untuk memaksa seseorang
dengan cara apapun untuk menerima Islam dan kemudian tetap menjadi Islam
sampai akhir hayat.
Menurut Islam, agama adalah permasalahan pilihan. Jika seseorang
senang dengan kebenaran islam dan mereka puas, tentu saja mereka sangat
dipersilahkan dan bergabung dengan Islam. Tetapi jika mereka memutuskan
untuk tidak melakukannya, maka tidak ada paksaan dan bahkan jika setelah
masuk Islam kemudian mereka ingin pergi, maka merekapun bisa pergi.
Allah taala akan melihat hal ini dalam kehidupan yang akan datang tetapi
tak seorangpun memiliki kewenangan untuk mengeluarkan hukuman bagi yang
murtad.
Hukuman penghujatan Terhadap Islam
Pertanyaan selanjutnya yang sangat sering ditanyakan adalah hukuman
penghujatan dalam Islam. Ini adalah satu hal lagi yang merupakan tuduhan
besar dalam menentang Islam. Pertanyaannya adalah bahwa jika seseorang
melakukan suatu penghujatan terhadap Allah taala, Rasulullah saw, atau
Alquran atau dalam hal ini, setiap hal yang suci dalam Islam dengan
menggunakan bahasa kotor atau menunjukkkan rasa tidak hormat dengan cara
apapun, maka apa hukuman untuk itu? Hal ini dikatakan dan diyakini oleh
banyak orang termasuk orang Islam sendiri bahwa hukuman bagi
penghujatan adalah kematian. Pernyataan seperti itu sama sekali tidak
benar.
Alquran tidak satupun menyebutkan bahwa hukuman untuk penghujatan
adalah kematian bahkan hukuman yang lebih rendah. Dan sebenarnya tidak
ada hukuman duniawi bagi kejahatan ini. Tidak diragukan lagi, menurut
Islam penghujatan merupakan bentuk kejahatan yang sangat tercela dan
menyakitkan hati, namun hukuman untuk ini sepenuhnya ada di tangan Allah
taala. Allah mungkin akan menghukum pelakunya di kehidupan ini atau
kehiduan nanti. Kami percaya bahwa setiap orang akan bertanggungjawab di
hadapan Allah. Pada hari penghakiman, Allah akan akan melihat itu,
tetapi Allah tidak memberi hak kepada siapapun dalam kehidupan ini untuk
memberikan hukuman apapun. Saya kutip disini referensi dari Alquran:
“Kamu pasti akan di uji dalam hartamu dan jiwamu, dan pasti kamu
akan mendengar banyak hal yang menyakitkan hati dari orang-orang yang
telah diberi Alkitab sebelummu dan dari orang-orang musyrik. Dan jika
kamu bersabar dan bertakwa, maka hal demikian sungguh merupakan urusan
keteguhan hati.” (Q.S 3:187)
Tidak disebutkan hukuman apapun disini. Allah taala mengatakan bahwa
berbagai hal yang menyakitkan akan dikatakan tentang kalian. Seorang
Muslim hanya diminta menunjukkan kesabaran ketika tindakan menghina
terhadap mereka dengan cara apapun. Tetapi tidak ada menyebutkan hukuman
apapun.
Lebih lanjut Alquran menyatakan:
“Dan, sesungguhnya Dia telah menurunkan kepadamu di dalam Kitab
ini bahwa apabila kamu mendengar Ayat-ayat Allah swt. diingkarnya dan
dicemoohkannya, maka janganlah kamu duduk bersama mereka sebelum mereka
beralih ke dalam percakapan lainnya. Jika demikian, sesungguhnya kamu
niscaya semisal mereka. Sesungguhnya Allah swt. akan menghimpun
orang-orang munafik dan orang-orang kafir semua di dalam Jahannam.” (Q.S 4:141)
Allah taala menyatakan bahwa ketika seseorang dengan suka hati
melakukan penghujatan, satu-satunya tindakan dari orang orang beriman
adalah jangan terus menemani orang tersebut dan duduk bersama mereka
lagi. Dan Perlu dicatat bahwa hukuman bagi penghujatan tidak disebutkan
sama sekali.
Hubungan Muslim dengan Pengikut Agama lain
Pertanyaan lain yang mengganggu pikiran banyak orang adalah bagaimana
ajaran Islam tentang hubungan dengan pengikut-pengikut agama lain.
Apakah Islam mengajarkan Muslim untuk menunjukkan rasa hormat dan kasih
sayang terhadap mereka?
Alquran memberikan pedoman yang cukup mengenai hal ini.
“Katakanlah, “Hai Ahli-kitab, marilah kepada satu kalimat yang
sama di antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah kecuali kepada
Allah swt., dan tidak pula kita mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa
pun, dan [a] sebagian yang lain sebagai Tuhan selalin Allah swt..”
Tetapi, jika mereka berpaling, maka katakanlah, “Jadilah saksi bahwa
kami orang-orang yang menyerahkan diri kepada Tuhan” ” (Q.S 3:65)
Ini adalah semangat kerjasama yang Islam telah tanamkan antara
kalangan umat Islam untuk mengundang pengikut agama lain secara
bersama-sama atas dasar umum dan bersama-sama bekerja dalam upaya
mencapai saling menghormati dan menghargai.
Pada subyek yang sama, Alquran menyatakan lebih lanjut:
“Dan, tolong-menolonglah kamu dalam kebaikan dan takwa; dan janganlah kamu tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kepada Allah; sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (Q.S 5:3)
Perlu dicatat disini bahwa Islam tidak menyebutkan dalam ajaran
kerjasama ini, atas pertimbangan agama apapun. Jika ajakan itu ditujukan
kepada kita berupa perbuatan baik untuk tujuan mulia, Alquran
mengatakan bahwa anda harus selalu menerimanya. Ajakan tersebut mungkin
dari Yahudi, seorang Kristen, seorang Hindu, Budha atau penganut agama
apapun atau bahkan dari seorang atheis; Islam mewajibkan kaum muslimin
untuk maju dan bekerjasama.
Mereka hanya harus melihat alasan mengapa mereka diundang, bukan melihat siapa yang mengundang untuk melakukan hal tersebut.
Islam telah memberikan prinsip emas yang dapat diikuti dan bermanfaat
bagi seluruh umat manusia. Islam mengajarkan bahwa segala urusan harus
didasarkan pada keadilan.
Alquran menyatakan:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu berdiri teguh karena
Allah, menjadi saksi dengan adil; dan janganlah kebencian sesuatu kaum
mendorong kamu bertindak tidak adil. Berlakulah adil; itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah swt. Sesungguhnya, Allah swt.
Maha Mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” (Q.S 5:9)
Ini membuat hal yang sangat jelas bahwa Islam memerintahkan pengikut
sejatinya, kendatipun dengan musuh sekalipun mereka harus selalu
bersikap adil. Apakah mungkin agama yang mengajarkan ajaran kerukunan
dan kerjasama yang indah ini – bisa mendorong kekerasan atau kebencian
terhadap orang lain?
Pada titik ini, izinkah saya menyebutkan bagian nasehat yang sangat penting dari Pendiri Jamaah Ahmadiyah
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (as) dari Qadian, Almasih dan Almahdi yang
dijanjikan. Beliau telah menjelaskan prinsip fundamental ini, karena
tujuan utama kedatangannya adalah untuk menghidupkan kembali ajaran
Islam dan pekerjaan menyebarkan ajaran Islam untuk seluruh dunia. Dalam
menjelaskan semangat sejati kerjasama dan membantu orang lain Beliau
berkata:
“Ini adalah prinsip kami untuk bersimpati pada seluruh umat
manusia. Jika seseorang melihat kebakaran di rumah tetangga Hindu, dan
ia tidak bangun membantu memadamkannya, saya katakan kepada kalian
dengan sebenarnya bahwa dia bukan dari ku. Jika salah satu pengikutku
melihat seorang Kristen terbunuh dan dia tidak pergi menolongnya, saya
katakan pada kalian dengan sebenarnya bahwa dia bukan dari kita…Saya
katakan dengan bersumpah dan kesungguhan bahwa saya tidak memiliki
permusuhan dengan siapapun…Jika ada seseorang mencaci makiku, saya
tujukan keluhanku kepada Tuhan, bukan pada pengadilan lainnya. Meskipun
dari semua itu, adalah kewajiban kita untuk memiliki rasa simpati pada
seluruh umat manusia.” (Siraj-e-Muneer, Ruhani Khaza’in, jilid 12,. Hal.28).
Tindakan ketika Islam diserang
Mari kita ambil pertanyaan penting lain yang umumnya diajukan oleh
banyak orang. Mereka mengatakan bahwa sementara Islam tidak mendukung
kekerasan, perang, kebencian terhadap orang lain dan tidak
memperkenankan setiap agresi terhadap orang lain. Kemudian jika orang
lain mengambil inisiatif dan memulai agresi terhadap orang-orang
beriman, maka apa yang harus dilakukan?
Sekali lagi saya mengacu pada Alquran untuk jawabannya. Alquran menyatakan:
“Dan perangilah di jalan Allah swt., orang-orang yang
memerangimu, namun jangan kamu melampaui batas, Sesungguhnya Allah swt.
tidak mencintai orang-orang yang melampaui batas. (Q.S. 2:191)
Izin untuk melawan adalah hak dasar manusia. Izin tersebut diberikan
pada umat Islam ketika mereka benar-benar diserang. Ketika Rasulullah
saw dipaksa untuk hijrah dari Mekkah ke Madinah, penduduk Mekkah tidak
meninggalkan beliau dan pengikut beliau dalam suasana damai. Sebaliknya
mereka (para musuh, pent.) terus menerus menyerang beliau; dan hampir
semua pertempuran terjadi di sekitar Madinah. Hal ini jelas menunjukkan
siapa aggresor sebenarnya.
Perlu dicatat bahkan izin yang diberikan pada umat Islam untuk
melawan dalam rangka membela diri – untuk pertama kalinya dalam sejarah
Islam – adalah ketika mereka benar-benar diserang. Mereka diizinkan
untuk membela dan melindungi kehormatan, harta, hidup dan agama mereka.
Alquran menyatakan:
“Telah diizinkan bagi mereka yang telah diperangi, disebabkan
mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah berkuasa menolong mereka. (QS 22:40)
Bahkan dalam hal izin ini, betapa humanis dan murah hatinya ajaran
Islam, bahwa izin ini tidak boleh melampaui batas. Alquran menyatakan:
“Barangsiapa menyerang kamu, seranglah dia sepadan dengan
serangannya kepadamu; dan bertakwalah kepada Allah swt., dan ketahuilah
bahwa Allah s.w.t. beserta orang-orang bertakwa. (QS 2:195)
Islam, pembela terbesar perdamaian – telah memastikan bahwa reaksi
dan respon terhadap agresi tidak boleh malampaui batas. Meskipun Muslim
diizinkan untuk melawan agresi, diperintahkan pada mereka segera setelah
musuh berhenti dari permusuhan mereka dan melakukan gencatan senjata,
Muslim, menang atau kalau diminta untuk menyetujui penghentian tindakan
bertahan mereka. Alquran menyatakan:
“Tetapi, jika mereka berhenti, maka tidak ada permusuhan kecuali terhadap orang-orang aniaya. ” (QS 2:194)
Saya telah sajikan disini hanya beberapa contoh dari ajaran Islam
sebagaimana disebutkan dalam Alquran. Suatu hal yang jelas menunjukkan
bahwa bahwa Islam tidak satupun menyebutkan ajaran yang mendorong terorisme atau peperangan melawan orang lain.
Satu hal yang harus ditambahkan disini untuk menjernihkan kesalahpahaman. Pada saat ini sebagian orang melakukan berbagai tindakan terorisme
yang sayangnya mengatasnamakan Islam. Saya akan mengatakan bahwa ini
hanya beberapa gelintir orang yang mengkhianati agama mereka sendiri
melalui tindakan yang bertentangan dengan Islam. Dengan demikian, mereka
melakukan tindakan yang sangat merugikan untuk keyakinan mereka
sendiri. Mereka yang melakukan kekejaman dan tindak teroris terhadap
orang lain atas nama Islam, tidak pernah diizinkan untuk membajak nama
Islam yang indah, juga tidak bisa dijadikan sebagai duta Islam.Mereka
adalah pelanggar dan layak dikutuk keras dan dihukum berat atas tindakan
agresi dan menodai citra Islam yang indah.
Sebagai faktanya, definisi seorang muslim sejati menurut hadits Nabi
saw adalah bahwa seorang muslim adalah dia yang dari tangan dan
lidahnya, orang lain tidak terganggu dari kerugian atau bahaya apapun.
Hal ini menunjukkan bahwa hanya orang damai yang benar-benar dapat
menjadi seroang Muslim. Sedangkan orang-orang yang melakukan kekejaman,
agresi dan tindakan barbar lainnya, walaupun dilakukan atas nama Islam –
tidak layak disebut Muslim.
Contoh dari Rasulullah saw dalam hal ini sangat cemerlang dan paling
baik. Beliau adalah duta perdamaian par excellence untuk seluruh umat
manusia. Beliau tidak pernah memulai perang apapun sepanjang hidupnya.
Beliau adalah orang yang selalu berusaha untuk membangun perdamaian
antara orang-orang yang bertikai. Tetapi ketika lawan melancarkan agresi
terhadap dirinya dan menyerang Madinah, Beliau tidak ada pilihan
kecuali mengangkat senjata untuk membela diri. Sebagian besar
pertempuaran defensif seperti itu terjadi di sekitar Madinah yang
membuktikan bahwa jauh dikatakan agresor, Rasulullah saw selalu menjadi
korban agresi.
Akhirnya saya ingin mengatakan bahwa pesan Islam sebenarnya adalah
sebuah pesan damai untuk seluruh umat manusia. Ini adalah undangan
terbuka bagi semua untuk datang dan mencari cahaya dari pesan dalam
Islam. Saya meyakinkan mereka semua, melalui cahaya yang kekal yang
diberikan oleh Allah, mereka akan mampu menerangi hati mereka. Dengan
hati mereka yang dipenuhi cahaya Ilahi dan perdamaian, mereka akan mampu
membangun perdamaian di sekitar mereka.
Jadi mari kita semua bekerja sama untuk pembentukan perdamaian. Mari
kita bergandengan tangan bersama-sama. Kita semua harus bekerja sama
untuk tujuan mulia menegakkan perdamaian ini sehingga kita benar-benar
dapat hidup dan menikmati surga damai di bumi. Semoga Allah memungkinkan
kita untuk melakukannya. Semoga Allah memberkati kita semua, aamiin.
* Tulisan ini ditulis oleh Ataul Mujeeb Rasded, Imam Masjid
Ahmadiyah London, Pada kesempatan Perayaan 100 tahun Khilafah Ahmadiyah
yang dihadiri oleh Presiden Mauritius, Aneerood Jugnauth pada 13
Desember 2008.
Sumber:
http://www.reviewofreligions.org/1518/islam-is-not-a-religion-of-terror/
Penterjemah: Khaeruddin Ahmad Jusmansyah
Selasa, 23 Oktober 2012
Filled Under:
Islam
ISLAM BUKAN AGAMA TEROR
Posted By:
Akhmad Firdaus
on 03.18
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar